Sowan Ngarsane Pangeran Kanthi Roso Ikhlas

Minggu ke-4 November 2017
Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar





Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para warga Padhepokan
Islam tidak hanya menuntun jasad kita saja. Supaya ngabekti teng Allah tidak hanya jasad saja. Tapi Islam juga menuntun hati kita, rohani kita, tansah eling dateng Allah.
Manakala kita hanya sowan ngarsane Allah jasad saja maka hati kita kemana-mana, atine awake dewe masih men-Tuhankan yang lain masih men-Tuhankan sesuatu yang lain  diluar Allah maka kita sesungguhnya masih menyembah berhala

Para warga Padhepokan
Kalau kita semua betul-betul memahami hakekat kehidupan dan hidup itu sendiri, mari kita telaah, tidak ada satupun kecuali untuk Allah, tidak ada satupun dalam hidup kita apapun bentuknya kecuali Lillah. Mari, kalau kita mau nggalih :

“Inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahirabbil alamin”
(Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam)

bahkan diujung kematian kita,  tarikan nafaspun, semuanya harus Lillah kersanig Allah. Artinya apa dulur para warga padhepokan? urip iki tanpo ikhlas ing pandume sing gae urip maka hidup ini adalah sebuah kesengsaraan bathiniah yang amat panjang. Bukan hanya sengsara sifat jasad kita sendiri tapi juga sengsara sifat-sifat ruhani kita.

Orang ikhlas itu bukan berarti orang yang tidak berusaha, jangan salah sangka, orang yang ikhlas itu adalah segala sesuatu menyandarkan kepada Allah dalam bentuk apapun termasuk dalam usaha. Contohnya : ada orang yang belajar karena Allah. Bukan berarti orang  itu tidak punya gegayuhan (cita-cita) tapi cita-cita yang dituju itupun karena Allah maka menuntut ilmu itu adalah suatu keberkahan. Beda dengan orang yang menuntut ilmu pada sebuah cita-cita tertentu saja, tidak ada berlandaskan ikhlasing marang Allah. Maka permohonan dalam bentuk belajar itu ora nusul kersaning Allah dan jika orang tersebut diberi hasil oleh Allah maka yang sering terjadi adalah muncul sebuah kesombongan. Maka inilah yg dikatakan oleh Syekh Ibnu Atha’illah :

"Sak tenane apapun kegiatanmu bahkan keberhasilanmu itu bukan karena usahamu tapi karena ridhone Gusti Allah". 

Para dulur warga padhepokan 
Niki ingkang kita padosi, ridhoning pangeran. Pangeran niku paring ridho yen kita ridho ing ngatase Pangeran, ing ngatase peparinge Pangeran. Kalau kita  tengok sejarah Sunan Tembayat, seseorang yang saat ini kita sebut Sunan Pandanarang. Awalnya adalah Adipati Semarang yang ke dua. Tidaklah kurang kehidupannya. Istri pertama meninggal di Pajang. Kalau sekarang Masjid Belukan, daerah Laweyan ke Selatan sedikit terus ke Barat ada masjid kecil paling tua se Solo, itulah Masjid Belukan yang awalnya adalah pura Hindu kepunyaan Ki Ageng Beluk yang ditundukkan oleh Ki Ageng Ngenis. Sementara itu istri yang dua dimakamkan di Jabalkat. Jadi total istrinya tiga. Pada saat itu tidak kurang kehidupannya. Akan tetapi karena tidak pernah menerima ikhlasing pandum sing gae urip, apapun yang diberikan Allah merasa kurang dan merasa itu semua adalah usahanya sendiri karena beliau masih menganggap adalah seorang adipati Semarang. Akhirnya yang menjadi Malik didalam hatinya adalah nafsu.

Ada nafsu Aluamah, nafsu ingin makan tidak peduli apapun. Nafsu amarah, marah terus, dilayani apa saja masih tetap marah. Nafsu supiah, nafsu tentang keduniawian dan dicari terus sampai dapat. Akan tetapi nafsu mutmainah (mulamah) yang berwarna putih didalam hatinya, sangat-sangat kecil peranannya karena sudah tertutup oleh nafsu-nafsu yang lain. Ketidak ikhlasaan inilah yang menjerumuskan Ki Ageng Pandanarang menjadi tidak pernah bisa mendapat petunjuk dari Allah melalui hamba-hambanya. Bahkan untuk menerima petunjuk tentang Islam yang kaffah, harus melalui proses keangkuahan dari seorang Pandanarang. Lalu muncul pertanyaan apakah sudah masuk Islam waktu itu? Jawabnya sudah! Karena setelah setelah ada pergeseran pemerintahan Majapahit semua adipati sudah banyak yang masuk Islam kecuali Bali dan Banyuwangi.

Para warga Padhepokan
Karena tidak bisa memahami Islam yang kaffah. Beliau tidak menyadari jika Rasul pernah berpesan  bahwa umat Islam suatu saat nanti akan seperti buih ombak dilautan dan hanya terapung-apung jika sudah cinta dunia dan takut mati.

Tidak berfikir bahwa ketika nanti menghadap ke Rob ku. Suatu saat aku ngadep pangeranku yang Maha Agung, Pangeran Suronatan Maharaja Al-Malik, apa yang akan saya dibawa? Kita dinaiki oleh kepentingan duniawi. Bukan duniawi menjadi alat kepentingan kita untuk agama. Namun apabila Allah menghendaki hidayah diturunkan, maka diutuslah Kanjeng Sunan Kalijogo untuk menggerakkan hatinya, menyampaikan dakwahnya, menyampaikan kebenarannya dengan akhlakul karimah. Jangan salah, Rasul dakwah juga dengan akhlakul karimah tidak mengangkat pedang atau panah sebagaimana orang barat memahaminnya tapi Rasul membela diri, membela muslim yang akan diserang orang Quraisy.

Kalau sekarang ini mungkin ada  sekelompok orang yang memaksakan kehendak dengan menggunakan kalimat Allah dan takbir tapi menggunakan senjata. Berbeda dengan Rasul, Rasul menggunakan senjata manakala diserang. Rasulullah tidak pernah menyerang terlebih dahulu.

Para warga Padhepokan
Kembali ke  Cerita Sunan Tembayat. Sunan Kalijogo berpura-pura menjadi penjual rumput ke Ki Ageng  Pandanarang waktu itu. Berkali-kali tidak dibayar dan yang terakhir bahkan dituduh mencuri. Bagi orang yang ikhlas atas pandume Allah, dunia itu tiada abadi. Dunia itu hanya kendaraan maka Sunan Kalijogo mencangkul tanah menjadi emas. Awalnya Ki Ageng Pandanaran mengejar emas ini. Bagaimana kayanya jika bisa seperti itu, mencangkul tanah menjadi emas. Tapi akhirnya muncul suatu kesadaran dalam diri Ki Ageng Pandanaran bahwa selama ini beliau menempuh jalan yang salah.

Para warga Padhepokan
Akhirnya Ki Ageng Pandanaran bisa menerima bahwa hidup ini tidak hanya dunia. Tapi rohani ini tidak bisa diberi makanan duniawi saja. Maka dengan kesadaran, beliau menghadap kepada  Sunan Kalijogo, Duh kanjeng sunan kalijogo, panjenengan akoni kulo murid panjenengan, kulo derek dawuh lamapah panjenengan. Maka kemudian diperintahkan oleh Sunan Kalijogo untuk melakukan perjalanan, hijrah dari Semarang ke Klaten. Banyak sekali peristiwa didalam perjalan itu. Disebutkan pula beliau akhirnya bertemu dengan salah satu muridnya yaitu Syekh Kewel dan Syekh Dumbo. Kalau di Jateng disebut Mbah Kewel dan Mbah Dumbo.

Hijrah kedua adalah proses pindahnya Sunan Tembayat dari seseorang yang mempunyai harta dan kedudukan yang tinggi menjadi orang biasa. Dalam arti, urip sak madyane bahkan beliau harus mencuci kekayaannya dengan menjadi tukang merebus air untuk minuman di warung Nyai Tasik. Hijrah inilah yang terjadi, hidup apa adanya. Karena latar belakang beliau adalah seorang negarawan maka seiring waktu beliau mengajarkan kepada orang-orang disekitarnya untuk belajar ilmu ketatanegaraan, ilmu Islam dll di Padhepokan Tembayat.

Para warga Padhepokan
Apa yang kita cari didunia ini? Sudah siapkah kita ini mati? Maka Rosul berpesan, ibadah itu seperti kita hidup selama-lamanya. Ibadah itu tidak hanya sholat dan membaca Al-Quran saja. Ibadah itu semuanya untuk kebaikan. Bahkan membuang duri di jalan adalah ibadah. Bergaul dengan tetangga dengan baik itupun juga termasuk ibadah. Tersenyum kepada setiap orang juga bagian dari ibadah. Lakukan semua kebaikan kecuali yang dilarang dengan didasari keikhlasan maka Allah akan mencukupkan, akan mencukupi apa yang dibutuhkan hambanya.

Para warga Padhepokan
Semoga dengan keikhlasan inilah maka Allah akan menjawab semua permasalahan kita, apapun masalahnya, baik itu masalah ekonomi, masalah rumah tangga, apa itu permasalahan dunia dengan ikhlas kanti rosone awake dewe sowan ing ngarsane Allah.

Mari kita tauladani Rasulullah, para wali, para kekasih Allah yang lain. Lakukan kebaikan dengan ikhlas kepada semua orang tanpa melihat dan membedakan agama, partai dan lain-lainnya. Karena itu para dulur, malam ini mari kita mengheningkan pikir, ngresiki ati, kencenge ati kita , membaca Al-Fatihah umul kitab ing ngasane Allah.

Mugi kulo lan panjenengan, sak anak turun kulo lan panjenengan tansah diparingi hidayah, tansah dipun paringi kekuatan dhohir lan bathin, kekuatan iman, keselamatan dunia akhirat lan tinabulaken ingkang dados penyuwunipun, Al-Fatihah 3x

Ya Allah dzat kang maha agung, kang ngratoni segalane poro ratu, kang ngabulaken sedanten penuwunipun  makhluk-makhluk panjenengan ya Allah, nyuwun kabulaken penyuwun kulo, penyuwun jamaah kulo, penyuwun wargo padhepokan teng pundi mawon sak anak piturunipun ya Allah,  nyuwun paringan hidayah ya Allah…Al-Fatihah

Ya Robi…Panjenengan dadosaken kulo sak wargo kulo sak rirone tunggal, kados dening panyuwunipun kanjeng Sunan Kalijogo..Al-Fatihah 3x

Ya Allah…Panjenengan tuntun kulo, wargo kulo dadosaken kawulo ingkang tansah nresnani kekasih Panjenegan, Rasulullah Muhammad, Al-Fatihah 3x 

Ya Robi…Panjenengan pindahaken saking imane donya dumateng imane panjenengan, imane sedanten perintah-perintah panjenengan, dadosake kulo lan wargo padephokan sak turunipun sedoyo, dados hamba-hamba ingkang ikhlas, hamba-hamba yang Kau kasihi ya Robii, Al-Fatihah.

Wassalamualaikum Wr. Wb




Postingan Populer