Noto Ati, Noto Roso, Noto Jiwo

Minggu ke-3, 21 Desember 2017

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar


Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat Blitar

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para warga Padhepokan
Suatu saat, Kanjeng Sunan Kalijogo ketika itu masih muda bernama Raden Mas Said. Ada suatu niat yang baik yaitu ingin membantu rakyat miskin dengan merampok orang-orang kaya untuk dibagi-bagikan kepada rakyat miskin (Maling Cluring) tapi tingkah laku Raden Mas Said tersebut tidak benar.

Suatu saat Raden Mas Said melihat Ko Bong Ang atau Sunan Bong Ang atau Sunan Bonang, berjalan dipesisir sungai menggunakan tongkat. Dengan berdzikir Sunan Bonang berjalan menyisiri sungai, karena kuat dalam ber-dzikir maka tongkat beliau seolah-olah terlihat seperti emas. Raden Mas Said ketika melihat itu maka timbul rencananya untuk merampok tongkat tersebut. Raden Mas Said sangat jengkel karena disaat kondisi susah seperti ini masih ada orang sombong dengan tongkatnya yang terbuat dari emas. Disuatu kesempatan tongkat tersebut direbut oleh Raden Mas Said. Pada saat direbut, Sunan Bonang kehilangan keseimbangan, terjatuh dan tidak sengaja memegang rumput untuk berpegangan dan rumput itupun tercabut. Sunan Bonang menangis. Beliau menangis, bukan karena direbut tongkatnya tapi menyesali tercabutnya rumput tersebut yang mengakibatkan kematian sang rumput yang sia-sia. Lalu Sunan Bonang berkata kepada Raden Mas Said, “Kamu itu butuh apa, itu lho buah Kolang-kaling”. Sesaat  itu juga buah Kolang-kaling yang ditunjuk oleh Sunan Bonang berubah menjadi emas. Inilah kemampuan Ilmu Kalam dari Sunan Bonang.

Terulang ketika jaman Sunan Pandanarang. Sunan Kalijogo mencangkul tanah menjadi emas untuk menyadarkan Sunan Pandanarang bahwa apa yang kita kejar pada hakekatnya hanya kekosongan belaka. Maka yang terjadi adalah suatu pendidikan jiwa bagi kita semua.


Para warga Padhepokan
Dari cerita diatas maka dapat kita petik pesan yang pertama bahwa kalau kita mengerti, dunia ini tan guno, hanyalah kendaraan untuk menuju Allah. Sehingga sesuai dengan pesan Ibnu Atho’illah :

“Barang siapa yang mengetahui sesuatu yang haq yaitu Allah maka dirinya memandang yang lain adalah tidak kekal yang kekal hanyalah Allah”. 

Apapun yang berwujud yang terlihat dengan kasat mata maka hakekatnya tidak akan kekal dan tidak ada kekekalan apapun kecuali Allah. Inilah yang diajarkan Sunan Bonang kepada murud-muridnya, kepada Sunan Kalijogo. Begitu juga Sunan Kalijogo mengajarkan kepada Sunan Tembayat.

Apa yang mau  kamu kejar didunia ini, wong donyo niku sak kedeping netro, sak gebyaring mata. Walaupun tidak memungkiri bahwa hidup itu pasti ada hawa nafsu. Yen ora ono urip mesti ora ono hawa nafsu itu mesti memerlukan dunia. Tapi jangan dibuat dunia ini menjadi tujuan utama. Krono sak tenane kabeh niku fana kecuali Allah kang baqa’.

Yang kedua, apa yang dijarkan Sunan Bonang dan Sunan Kalijogo kepada Sunan Tembayat, sebaik apapun tujuan kita maka kita tetap harus menggunakan etika. Benar tujuan kita tapi harus baik dan baik harus menggunakan etika. Nah, etika ini yang dimaknai adalah berbudaya.  Maka kebaikan berbudaya ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh kanjeng Sunan Tembayat yaitu rasa paseduluran. Saat ini para dulur, kebaikan, rasa kemanusiaan saat ini sudah hilang yang muncul hanyalah retorik-retorik saja. Ada suatu kelompok yang meneriakkan khilafah islamiyah, selalu menyalahkan orang lain. Merasa dirinya paling benar.



Para dulur warga Padhepokan
Manakala kita mempunyai tujuan baik tapi harus tetap menggunakan etika dimata masyarakat. Rasulullah, orang yang paling tinggi derajatnya yang paling diterima segala doanya oleh Allah, beliau kang angon langit dan bumi itupun bermasyarakat dengan baik. Beliau selalu memakai pakaian yang sederhana dan tidak pernah memakai pakaian yang mewah gemerlapan dilapisi emas.

Kadang-kadang orang itu sudah puas jika sudah berguru ke “Mbah Google”, sudah merasa pintar hanya membaca kitab tipis- tipis, akhirnya yang mucul selalu menyalahkan orang lain, membid’ah orang lain. Merasa dirinya yang paling benar dan orang lain salah. Sholat pakai Qunut dianggap bid’ah. Ada orang ba’da Adzan melakukan pujian dianggap bid’ah. Padahal pujian itu adalah do’a secara pribadi dan dibidang kemasyarakatan untuk mengisi waktu antara adzan dan iqomat dengan sebuah pesan. Do’a dimakam dianggap bid’ah, di tuduh kafir, tahayul dan lain-lain. Seolah-olah dianggap Wali Songo itu tidak ada dan kalau perlu kuburan-kuburan ditiadakan. Jadi sangat menyedihkan para warga cara berpikirnya.

Perlu diketahui Wali Songo sudah ada sejak dahulu kala. Wali Songo merupakan bentuk organisasi dakwah. Jadi jumlah 9 itu artinya pemimpin dan kasampurnaan sebelum menuju angka nol. Angka 9 juga merupakan yang tertinggi. Jika ada salah satu wali yang meninggal atau tidak ada maka segera digantikan oleh yang lain.

Nah, ini dianggap tidak ada oleh mereka karena kurangnya membaca sejarah, kurangnya memahami tata kehidupan bermasyarakat, seolah-olah penyebaran agama itu hanya berakal saja padahal ada rasanya (roso). Kalau kita secara beragama hanya mengandalkan akal saja pasti kita akan selalu kecewa, karena bisa jadi jika kita berdoa setiap hari belum tentu dikabulkan saat itu juga. Tapi kalau kita menggunakan rasa/roso maka tidak ada sesuatu yang haq, tidak ada sesuatu yang benar kecuali Allah.

Para warga Padhepokan
Oleh karena itu mari kita semua menata hati, menata rasa, menata jiwa (noto ati, noto roso, noto jiwo) sehingga ketika menghadap Allah adalah benar-benar segenap jiwa dan raga, bukan hanya gambar sholatnya saja tetapi dengan sebenar-benarnya sholat jiwa dan raga.

Rasa/roso itu mari kita hidupkan. Jangan hanya berdiri diakal saja tapi jadikan rasa/roso itu menjadi salah satu bagian untuk pijakan. Inilah yang diajarkan Rasulullah, yang diajarkan Sunan Tembayat dan yang diajarkan oleh para wali-wali dan ulama-ulama, para sesepuh lain. Selain akal maka harus kita mengedepankan roso ne awake dewe. Sholat sering kali hanya sebuah ceremonial saja dan melakukan ibadah itu hanya berdasarkan karena perintah Allah saja bukan karena sesuatu keinginan kita dan bukan karena kebutuhan kita untuk beribadah kepada Allah.

Pramilo monggo ing dalu niki, ing malam Jum’at legi kautamane dalu ing tanah jawi, kanthi jiwo kita, kanthi ati-roso kita nenuwun ngarsaning  Allah, mugi kulo  lan panjenengan lan sak anak kulo lan panjenengan tansah pinaringan iman kang jejeg, pinaringan keselametan dunia akhirat, pinaringan tiyang-tiyang ingkang mahanani mangerteni nglakoni persaingan ugi sae tumrap sak padane titah.
Al-Fatihah

Mugi-mugi wasilah poro alim, wasilah kanjeng Sunan Tembayat, kulo lan panjenengan tansah pinaringan keselametan donya akhirat sak anak turun kita sedoyo.
Al-Fatihah

Ya Allah ngabulaken gegayuhan kita, gegayuhan anak turun kita.
Al-Fatihah


Wassalamu'alaikum Wr. Wb



Silaturahmi Ke Cabang Padhepokan Pusaka Magetan


Hari itu Sabtu pagi, 15 Desember 2017, rombongan kecil dari Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat berjumlah 2 mobil bersiap-siap melakukan Ziarah ke makam Sunan Tembayat di Klaten Jawa Tengah. Satu mobil lagi rombongan Pak Anggo menyusul sore hari untuk langsung bertemu di Makam Sunan Tembayat.

Menurut rencana rute hari ini akan melewati Magetan sekaligus melakukan kunjungan rutin ke salah satu Cabang Padhepokan tepatnya di Dusun Marokan, Desa Pupus, Kecamatan Lembeyan Magetan Jawa Timur. Jam 9.00 tepat rombongan berangkat dengan diawali bacaan Basmallah bersama-sama untuk mengiringi kegiatan ini agar senantiasa selalu diberkati, diberi keselamatan selama perjalanan dan selamat sampai tujuan.

Jam 12.00 rombongan sampai di Kota Ponorogo, mampir sebentar di Masjid Agung Ponorogo untuk sholat Dhuhur, rehat dan menunggu jemputan dari Magetan. Jam 14.00 penjemput sudah tiba dan langsung menuju Desa Pupus. Perjalanan satu jam yang melewati jalan desa tibalah di Padhepokan Pusaka Magetan yang dipimpin oleh Mbah Imam.

Kunjungan Ke Cabang Padhepokan Pusaka Magetan

Kunjungan Ke Cabang Padhepokan Pusaka Magetan

Kunjungan Ke Cabang Padhepokan Pusaka Magetan

Kunjungan Ke Cabang Padhepokan Pusaka Magetan

Kunjungan Ke Cabang Padhepokan Pusaka Magetan

Kunjungan Ke Cabang Padhepokan Pusaka Magetan


Ditempat tersebut sudah ditunggu oleh para warga dan disambut dengan suasana patembayatan (kerukunan). Setelah melepas lelah dan menikmati hidangan sekadarnya Gus Hairi menyempatkan untuk memberikan pesan kepada warga Padhepokan Pusaka Magetan untuk selalu meningkatkan ketaqwaan kepada Allah dengan jalan menata hati (Noto ati, Noto Roso dan Noto Jiwo) yang merupakan kunci dari semua itu. Diceritakan juga sejarah Padhepokan Pusaka secara singkat semenjak awal pendirian sampai saat ini. (Sejarah Padhepokan Pusaka akan disusun dalam artikel yang berbeda).


Kunjungan Ke Cabang Padhepokan Pusaka Magetan

Kunjungan Ke Cabang Padhepokan Pusaka Magetan

Kunjungan Ke Cabang Padhepokan Pusaka Magetan

Kunjungan Ke Cabang Padhepokan Pusaka Magetan

Kunjungan Ke Cabang Padhepokan Pusaka Magetan

Kunjungan Ke Cabang Padhepokan Pusaka Magetan

Kunjungan Ke Cabang Padhepokan Pusaka Magetan
Panorama depan Padhepokan Pusaka Magetan

Karena malam hari rombongan sudah harus tiba di Komplek Makam Sunan Tembayat maka pukul 16.00 rombongan dari Blitar berpamitan untuk meneruskan perjalanan menuju Klaten. Perjalanan kali ini langsung menuju Sarangan melewati Poncol dan diteruskan lewat Kota Karanganyar. Setelah beristirahat dan Sholat Magrib di salah satu SPBU Karanganyar perjalanan dilanjutkan kembali menuju Solo dan langsung menuju Klaten. Jam 21.00 tepat rombongan tiba di Komplek Makam Sunan Tembayat.

Ora Ono Kesekten Sing Ngalahake Pepesten

Minggu ke-2, 14 Desember 2017

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Ora ono kesekten sing ngalahake pepesten-Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para warga padhepokan
Jika kita berbicara tentang hukum Islam, tidak pernah berdiri sendiri tapi selalu terkait dengan yang lainnya. Ada hadist riwayat Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa’i dan Ahmad :

عَنْ أبِى هُرَيْرَة (ر) أنَّ رَسُول الله .صَ. قَالَ: إذَا مَاتَ الإنسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ:
(صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَو عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ, اَووَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُولَهُ (رواه ابو داود)

“Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdoa kepadanya.” (HR Muslim).

Tapi ada yang memaknai bahwa jika dikirim do’a sudah tidak bisa. Jumhur ulama, pendapat ulama,  apapun yang kita sampaikan kepada arwah, kepada si mayit, kepada si fulan itu akan sampai. Kenapa begitu para warga? Kita mempunyai beberapa kewajiban jika ada yang meninggal seperti memandikan, mengkafani, menyolatkan dan menguburkan. Didalam sholat jenazah itu ada do’anya yang intinya mendoakan si mayat padahal kita juga punya kewajiban kepada si mayat maka bisa diambil kesimpulan bahwa doa itu sampai kepada si fulan.

Para warga padhepokan
Ada suatu sejarah yang sangat kompit tentang Rasulullah. Ketika penaklukan kota Mekah semua kaum Muhajirin yang dulu pindah ke Madinah akhirnya berhasil  menaklukan Mekah bersama kaum Anshar, itu pulang ke rumahnya masing-masing. Ada yang kangen ibunya, menemui saudaranya, saudara laki-lakinya, kangen rumahnya dan lain-lain.  Begitu kangennya mereka karena selama ini bertahun-tahun tidak bisa masuk ke Mekah karena ke-Islamannya maka pada saat penaklukan kota Mekah yang tanpa peperangan bisa kembali lagi ke kota tersebut. Tapi tidak dengan Rasulullah. Kanjeng Nabi itu langsung menuju makam Siti Khadijah dan mendirikan tenda didekat makam Siti Khadijah. Beliau kangen dengan Siti Khadijah, baginya tidak ada yang bisa menggantikannya dihati beliau. “Kamu benar wahai Khadijah, kamu benar”, ucap Rasulullah.

Disaat awal-awal penerimaan wahyu Khadijah sudah meramalkan bahwa Islam akan besar, Allah akan menolong Islam karena hanya Islam yang benar. “Kamu benar wahai Khadijah, kamu benar”, inilah komunikasi antara Kanjeng Nabi dengan Siti Khadijah. Namun ada beberapa paham yang mengharamkan, menyalahkan jika kita ke makam, tapi Rasulullah menjalani.


Para warga padhepokan
Apa yang sudah disampaikan diatas menunjukkan bahwa hakikatnya ruh itu tidak meninggal. Ruh itu langgeng. Kelanggengannya ruh itu dibawah malaikat. Yang maha langgeng itu hanya Allah setelah itu malaikat baru ruh. Didalam ilmu Hakikat ruh itu pulang disisi Allah dan sebaik-baiknya tempat adalah disisi Allah. Jadi ketika kita nenuwun donga ngarsaning Allah, ada yang begitu khusuknya disuatu makam yang selama hidupnya berkorban untuk kebaikan maka akhirnya yang muncul, Allah akan mengabulkan segala permintaan kita karena begitu bersihnya hati kita lan kencenge pikir. Ini ilmu hakikat.

Orang berdoa adalah bagian dari menyapa Allah, bagian berdzikir, mengingat Allah sehingga kembali di alam wahdah dimana semua ruh jadi satu belum ada disebut fulan fulanah. Roh itu masih akan dinaris di Lauhul Mahfudz dan masih akan diproses melalui kodrate dewe-dewe, ginarising kodrat lalu terlahir dan diberi nama.

Maka Sunan Tembayat pernah berpesan :

"Ora ono kesekten sing ngalahake pepesten"

Sesakti apapun manusia maka tidak akan bisa merubah kodrat. Semua kehendak Allah. Jika ada kyai yang menganggap doanya manjur maka itu adalah salah satu sifat sombong. Sebenarnyalah hanya Allah yang mengabulkan, bukan karena doanya itu tapi kerono Allah ridho ing ngatase penuwun. Yang kedua, apapun yang terjadi, apapun yang kita lakukan landasono ikhlas ing ngatase peparinge Allah. Sehingga apapun yang kita punya, kesaktian, ilmu atau apapun itu, yen mpun lelandasan allah niku kang aran Lillah. Kalau sudah seperti itu maka menjadikan hilangnya rasa dengki, hilangnya rasa iri, hilangnya rasa benci terhadap orang lain karena kita menyadari semua itu kehendak Allah tapi bukan berarti kita semua tidak berusaha.

Para warga padhepokan
Yen mpun ngoten para dulur maka hanya Allah yang berhak merubah setiap ketentuannya bukan hamba-hambanya. Cuma didalam Qurani manusia itu sendiri yang merubah tapi secara Syariat manusia itu disuruh ngupadi, harus berusaha  tapi juga harus sadar bahwa semua itu ketentuan Allah.

Maka sahabat Nabi berpesan :

"Bekerjalah engkau untuk kepentingan duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya, dan bekerjalah engkau untuk kepentingan akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok"

Inilah keseimbangan dunia dan akhirat. Ilmu hakikat juga seperti itu, meletakkan sebuah kesadaran mutlak bahwa kita semua Bani Adam itu tidak ada. Yang ada hanya Allah. Asalnya tidak ada dan akhirnya juga tidak ada. Manusia bergerak karena digerakkan dan manusia punya kekuatan karena diberi kekuatan oleh Allah, Lahaula Wala Quwata Illa Billah.

Tapi dibalik kesadaran itu manusia disuruh ngupadi gawe apik ing bebrayan ning gesang. Walaupun sebagian besar kandungan Al-Quran adalah kaitannya hubungan manusia dengan manusia tapi sekecil apapun tentang tauhid niku kudu tumancep ning kolbu yen sejatining awake dewe iki ora iso opo-opo. Harus dimunculkan suatu keadaran aku ini bukan siapa-siapa dan tidak bisa apapun. Ketika Allah menciptakan alam ini karena Allah itu kangen dipuji. Yang memuji Allah sendiri. Maka jika kita bisa memuji  Allah, itu karena sejatinya  Allah telah memberi kekuatan kepada kita. Sejatining Allah memuji dirinya sendiri, oleh karena itu Allah mempunyai sifat Al-Mutakabbir.

Para warga padhepokan
Kita letakkan pada diri kita. Kita letakkan didalam hati yang paling dalam, kita bersihkan segala kesombongan diri kita, tentang pangkat kita, derajat kita, kondisi fisik kita, kita harus sadar bahwa suatu saat kita tidak ada. Dengan kesadaran itu, insya Allah, Pangeran ridho ing ngatase penuwun kita.


Sepindah malih monggo nenuwun dumateng Allah kanthi ikhlas, kanthi resik ing penggalih, resik ing pikir, tebih ing penggayuh olo. Mugi Allah ngabulaken sedanten penuwunan kita, penuwune anak turun kita. 
Al-Fatihah

Mugi-mugi kulo lan panjenengan lan sak anak turune kulo lan panjenegan tansah diparingi slemah kesehatan dhohir lan bathin, fikir, amal kita, ekonomi kita kerono Allah.
Al-Fatihah

Mugi-mugi kita selalu menebarkan salam, menebarkan kerukunan sebagaimana yang diajarkan Rasulullah diakhir sholat dengan salam kita mengajarkan keselamatan, kedamaian disekeliling kita.
Al-Fatihah.



Wassalamu'alaikum Wr. Wb


Nompo Kanthi Ikhlas Ora Ngedumel Lan Iri Marang Liyan

Minggu ke-1 Desember 2017

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar


Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat


Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para Dulur Warga Padhepokan
Allah menjadikan kita semua dalam bentuk macam-macam. Dalam bentuk pakar yang berbeda-beda. Tapi dalam ilmu Hakikat, orang itu harus ngaweruhi awake dewe-dewe. Kalau sudah mengerti awake dewe-dewe maka sejatine ngaweruhi Pangerane. Mengenai Hakikat sebenarnya diatas Ma’rifat tetapi karena sudah terlanjur salah ucap, orang itu menaruh Ma’rifat dipuncak iman. Sejatine sing bener niku urutane Syariat, Tharekat, Ma’rifat, Hakikat, maknanya "orang itu kalau sudah tahu jalan maka “eruh”. Kalau sudah eruh maka akan mengerti asluhune nopo", seperti itu.

Para Dulur Warga Padhepokan
Dalam hal ini “wong yen wis ngaweruhi awake dewe-dewe” itu artinya menerima segala sesuatu yang sudah diberikan Allah kepeda kita dalam bentuk fisik dalam bentuk pakaryan, nompo kanthi ikhlas, ora ngedumel lan ora iri marang liyan. Orang itu kalau sudah tidak ikhlas karo pandume urip maka yang akan tumbuh rasa iri. Kalau penyakit ini sudah muncul maka rasa patembayatan, rasa kerukunan akan hilang. Yang muncul adala sifat-sifat munafik. Sifat-sifat fasik. Kelihatannya baik tapi hatinya jelek. Kelihatannya baik tapi dibelakang itu menikam. Misal, Jika diberi sesuatu oleh seseorang maka akan selalu menjelek-jelekkan barang itu didepan orang lain.

Makanya orang tua kita berpesan bahwa : Ojo ndelok sing diwenehne tapi lihatlah maknawi yang diberikan. Itulah hakikatnya, memberi itu rasa welas asih, roso tresno. Kalau itu hilang dihati kita semua maka sebuah kemunafikan muncul iri dan dengki. Maka jika hati ini sudah terkena penyakit iri dan dengki, insya Allah akan susah untuk menerima hidayah.


Karenanya ada sebuah kitab menerangkan seperti ini : Malaikat Jibril diutus Allah untuk menanyakan hamba-hamba Allah selain manusia. Pada waktu itu malaikat Jibril disuruh menanyai Kerbau, Katak dan Cacing. Bertemulah Jibril dengan Kerbau, Assalamu’alaikum, wahai Jibril apakah ada wahyu datang? tanya sang Kerbau. Tidak wahai Kerbau, wahyu sudah ditutup dan terakhir diturunkan kepada Muhammad. Aku hanya mau bertanya, apakah kamu wahai Kerbau sudahkah menerima dengan kondisimu seperti ini. Sering dipukul pakai cemeti ketika membajak sawah, berpanas-panasan dan makanmu hanya rumput. Jawab Kerbau, Ya jibril yang Maha Agung, sampaikan ke Robku Allah bahwa aku nompo panduming Allah, saya terima. Saya tidak bisa membayangkan seandainya aku menjadi seekor Cacing, yang bisa hidup didalam tanah. Aku tidak bisa membayangkan jika aku menjadi Anjing, walaupun hidup dirumah mewah tapi setiap saat harus terjaga dan ketika ada orang datang harus menggonggong. Masya Allah nikmatnya Gusti Allah yang seperti ini, saya terima.

Lalu Jibril menemui Katak dengan pertanyaan yang sama. Jawab Katak, wahai Jibril Alhamdulillah dengan ikhlas kulo terimo titahing Allah dumateng kulo digae koyo ngene, sing penting atiku ayem. Aku tidak dapat membayangkan seandainya aku menjadi Kerbau, setiap hari dilecut dengan cemeti untuk membajak sawah. Biarlah hidup saya merdeka. Biarlah setiap saat aku mendendangkan cintaku kepada Allah dan kepada Rasulullah sebagai penjaga keseimbangan alam. Sampaikan kepada Robku ya Jibril, sungguh…ini adalah suatu nikmat yang aku terima.

Terakhir Jibril juga bertanya kepada sang Cacing, wahai Cacing sudah terimakah kamu seperti ini. Hidup ditempat yang kotor, becek, penuh lumpur. Maka jawab Cacing, Alhamdulillah Jibril, sampaikan kepada yang maha Agung, Dzat Wajibul Maulana, sungguh Allah sudah memberi nikmat kepadaku, wahai Jibril. Aku tidak bisa membayangkan seandainya aku menjadi Katak, mau makan saja harus bersusah payah mengejar nyamuk. Sampaikan keikhlasanku untuk menerima apa yang sudah diberian kepadaku.

Padahal para dulur warga, ketiga hewan itu hakekat-nya sama yaitu menyuburkan bumi ini yang diberikan Allah kepada manusia. Seandainya itu ditanyakan kepada manusia maka jawabannya, aku ingin jadi raja, aku ingin jadi ini, itu dan lain-lain. Hilanglah keikhlasan itu. Apa yang menjadikan ini? adalah nafsu para dulur. Nafsu inilah yang membungkus kebenaran. Sehingga kebenaran itu terkunci dan kita kehilangan keseimbangan. Makanya kalau diringkas, ojo sok melu kanikmataning liyan, yen awake dewe melu utowo milek kanikmatane liyan maka bakal tukul iri lan dengki. Ikutlah menikmati saja artinya apa, menikmati apa yang diberikan Allah kepada kita.



Para Dulur Warga Padhepokan
Monggo kulo lan panjenengan menyikapi peparingin Allah. Rasa syukur kita kepada Allah. Dengan rasa syukur yang agung, kita menghayati diri kita sendiri. Seperti Cacing tidak bisa membayangkan seandainya menjadi Kerbau, begitu juga Kerbau tidak bisa membayangkan jika menjadi Cacing. Maka dengan kerendahan hati kita, seharusnya sujud kepada Allah, ya Allah sudah kau beri nikmat yang agung kepadaku dalam bentuk apapun. Kalau sudah seperti ini kita akan terasa bahwa lelaku sak jerone urip niku sejatining ujian, Shirothol mustakim. Surga tidak hanya milik seorang kyai saja tapi surga ini  juga milik kita semua yang sudah dapat merasakan nikmat menjadi diri kita sendiri.

Para Dulur Warga Padhepokan
Apa yang menjadi sumber sifat iri itu? Punjering milek niku teng pundi. Punjere sifat milek niku teng hati kita sendiri. Makanya jika ada seseorang mendapat nikmat Allah berupa rejeki kita harusnya ikut mengucapkan Alhamdulillah semoga rejeki itu menjadi barokah kepadamu. Tapi kadang-kadang berpikir seperti ini, kok tidak aku yang memperoleh. Akhirnya ikut-ikutan meniru usaha tersebut walaupun dengan cara yang sama tapi hasilnya belum tentu sama. Maka timbullah iri dengki. Seperti cerita orang yang memancing dilaut, ketika mendapat satu selalu meminta lagi dan lagi. Inilah yang disebut hawa nafsu. Hawa nafsu didalam hati inilah yang disebut Jagad Agung. Manakala manusia tidak bisa menguasai atau mengendalikan  Jagad Agung di hati ini maka akan timbul iri dengki, angah-angah.

Para Dulur Warga Padhepokan

Mari kita evaluasi diri kita. Kita jaga nafsu kita kerono Allah 
Mugi-mugi kulo lan panjenengan lan sak anak turune kulo lan panjenegan saget lan tansah saget  mengendalikan diri, akhiripun saget diparingi hasil kados gegayuhanipun kulo lan panjenegan,
Al-Fatihah

Mugi-mugi kulo lan panjenengan lan sak anak turune kulo lan panjenegan nandang gerah dipun paring sehat, sehat lahir sehat batin. Keluarga kita , keluarga anak turun kita warga padhepokan sedoyo dipun paringi sehat dhohir batin, dipun paringi sehat ekonomi,
Al-fatihah

Mugi-mugi Allah ngabulaken penuwun kulo lan panjenegan mugi-mugi kulo lan panjenengan sak anak turun kulo lan panjenengan tansah dipun paringi padange ati teteping iman, selamat dunia akhirat, mulyo dunia akhirat, ya Karim ya Karim...
Al-Fatihah…



Wassalamu'alaikum Wr. Wb



Memaknai Nur Muhammad dengan Kerukunan dan Patembayatan

Minggu ke-5 November 2017

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar



Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para Warga Padhepokan 
Memperingati maulid Nabi Muhammad sebenarnya bukan maulidun nabi tetapi maulidun Muhammad. Nama Muhammad itu sudah ada sejak jaman Nabi Adam. Bahkan ketika Adam dinikahkan, menyebut nama Muhammad dengan mas kawin Asyhadu an Laa Ilaaha Illallah Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah. Mengapa seperti itu? Karena yang dinamakan Nur Muhammad sejatinya adalah  hidayah. Nur Muhammad adalah sesuatu yang diberikan kepada umat manusia dari Allah untuk mencapai tahapan-tahapan keimanan sehingga mencapai apa yang dinamakan hakikat, yaitu pemahaman bahwa sesungguhnya Pangeran itu hanya satu tidak ada yang lain. Tan ono kang patut disembah kejobo Allah. Tan ono kang patut disuwuni pitilung kejobo Allah

Para Warga Padhepokan 
Nur Muhammad itu masukkan ke hati manusia siapa saja. Namun Nur Muhammad itu banyak diabaikan. Maka kalau kita berfikir, Nur Muhammad itu mengajak kepada satu yang disembah. Nur muhammad itu memberikan satu pencerahan didalam hati bahwa Pangeran itu hanya satu. Agama itu dari jaman Adam sampai sekarang namanya tetap Islam tidak ada yang lain. Jasad muhammad yang lahir di Rabi’ul Awal ini memberikan contoh teladan. Makanya kalau kita membaca Injil disitu disebutkan, kelak akan lahir seorang nabi yang kalam-Ku akan Aku letakkan dimulutnya. Kenapa seperti itu? Muhammad seorang umi dan orang yang paling dipercaya, Al-Amin. Pada jaman itu beliau (muhammad)  menjadi orang yang dipercaya untuk membagi tanah kaum Quraisy dengan adil sebelum hijrah ke Madinah. Makanya ketika Muhammad mau berangkat hijrah ke Madinah, beliau berpesan kepada Ali bahwa ada beberapa tanah yang belum diukur atau diselesaikan. 


Para Warga Padhepokan 
Rasulullah ketika dilahirkan pasti Allah sudah memberikan tanda-tanda diantaranya adalah matinya api yang hidup 500 tahun lebih yaitu di Irak Iran atau kalau dulu disebut Persia. Api ini disembah oleh pemeluk Agama Bahaqi. Arca-arca yang ada di sekeliling Mekah juga berjatuhan. Itulah tanda-tanda dari Allah ketika Rasul dilahirkan. 

Ketika Muhammad diangkat menjadi Rasul maka yang menetang adalah orang-orang Quraisy. Dimana kita ketahui kaum Quriasy adalah bangsawan dan ahli pedagang. Kenapa memusuhi Muhammad? Ada beberapa yang perlu kita catat. Pertama, orang itu takut akan kehilangan martabatnya, Padahal Islam justru mengangkat harkat martabat manuasia. Kedua, jika Islam mengajarkan kebenaran sesuai risalah Allah, Seumpamanya jika Rasul meluruskan tentang adanya zakat, sedekah, kepedulian sosial maka kaum Quraisy ini takut kekayaannya yang kemungkinan akan berkurang. Rasul baik kepada siapa saja. Tidak hanya kepada umat Islam. Tidak hanya kepada pengikutnya saja. Tapi terhadap siapa saja. Inilah akhlak para dulur Warga Padhepokan.

Ternyata Rasul mengajarkan Ukuwah Basyariah, suatu tingkat kerukunan dan kebersamaan dalam bernegara walaupun beliau dimusuhi oleh kaumnya. Sampai malaikat Jibril berkata “wahai Muhammad akan aku timpakan gunung itu kepada kaum Quraisy. Tapi beliau menjawab, “jangan wahai Jibril, mereka belum mengerti jika sebenarnya Islam itu yang benar.  Itulah salah satu akhlak Rasulullah, kebersaaan dan patembayatan. 

Para Warga Padhepokan 
Rasulullah mengajarkan, suatu kerukunan terhadap sesama orang muslim. Muslim ibarat  satu tubuh. Jika salah satu disakiti yang lain merasakan sakit. Tapi Rasulullah  juga mengajarkan ukuwah basyariah. Sehingga ketika hijrah ke Madinah Rasul tidak mendirikan Negara Islam tapi meletakkan dasar-dasar Islam dalam membuat suatu Negara. Di Madinah ada sebongkah batu disebelah pintu Great Umar, dulu dipakai oleh Rasul untuk memberikan makanan kepada fakir miskin  dan banyak diantaranya adalah orang-orang Yahudi, Nasrani dll. Patembayatan inilah yang diajarkan Rasul.

Tetapi tetap suatu saat ada yang berkhianat. Menjelang ajalnya, Siti Khadijah berbicara kepada Fatimah untuk meminta menyampaikan kepada Rasul bahwa dia meminta maaf tidak biasa memberi kebahagian kepada Muhammad. “Ya Fatimah,  mintakan juga surban nabi Muhammad yang biasa untuk menerima wahyu, untuk membungkus jasadku”. Maka Muhammad menangis mendengar itu, wahai Khadijah  sebenarnya kecintaanku kepadamu melebihi segalanya dan tidak tergantikan dihatiku dan aku sudah meminta kepada Allah lewat Jibril agar kamu dimaafkan. Maka Jibril memberikan 3 kain surban kepada Muhammad. Wahai Muhammad kain ini yang pertama untuk Khadijah, kedua untukmu dan yang terakhir untuk cucumu Hasan. Terus Husein cucuku bagaimana ya jibril? Lalu jibril menjawab, wahai Muhammad, mengetilah bahwa suatu saat ada sebuah penghianatan kebersamaan dan kerukunan ke-Islaman kepada keturunan Ali termasuk Husein yang dalam sejarah dicatat bahwa Husein dibunuh (tidak dikafani) yang lebih dikenal dengan tragedi Padang Karbala. 

Para Warga Padhepokan 
Penyebaran Islam sampai ke Indonesia maka terbentuk beda karakter. Kalau dahulu penyebaran Islam disana melalui pedagang tapi faktanya jika di Indonesia, proses penyebarannya dilakukan oleh para Wali. Karena karakter orang Indonesia adalah berbeda, tidak begitu saja menerima ajaran dari pedagang/saudagar maka dikembangkanlah dengan menumpangkan ajaran Islam dengan kebudayaan setempat.

Salah satu contoh adalah pada jaman dahulu di Padhepokan Tembayat setiap malam suro, Sunan Kalijogo selalu datang untuk mbabar kaweruh bab Islam. Salah satunya adalah pertunjukan wayang kulit dengan lakon Dewa Ruci, termasuk mbabar arti manunggaling kawulo gusti. Artinya apa para warga? Sebagai hamba Allah, jika kita diberi hidup maka kita diberi hawa nafsu tapi jika kita mengerti bahwa hawa nafsu itu harusnya ditelukake yen ora maka saktenane kita ora bakal kepanggih kaleh Gusti. Allah jangan diartikan  melihat dengan wujudnya tapi kita harus menyadari Allah ada dan satu. Allah berkehendak yang tidak mungkin bisa ditandingi. “Sepiro gedene kesakten  tanpo bakal biso murungke pepesten” itulah salah satu ajaran Sunan Tembayat. 

Para Warga Padhepokan 
Maka lakon Dewa Ruci tersebut pertama kali mengacu :

“Man Arofa Nafsahu Faqod Arofa Robbahu” 
(Sebaik baik dalam menjalankan Ibadah kepada Allah adalah dengan
terlebih dahulu mengenal Allah)

Artinya: Allah itu tidak berwujud tapi orang ngaweruhi. Beda kehendak Allah dengan kehendak hawa nafsu. Maka disampaikanlah melalui dakwah yang berkembang dengan kebudayaan berlandaskan patembayatan dan kerukunan. Termasuk kerukunan terhadap sak padane titah. 


Para Warga Padhepokan 

Mari kita nenuwun kersaninipun  Allah supados kulo lan panjenengan sak anak turun kulo lan panjenegan tetep ngugemi keimanan ke-Islaman. Dadosaken kulo lan panjenenan sebagai hamba-hamba yang terkabul doanya..Al-Fatihah 3x

Mugi-mugi Allah ngabulaken penuwun kulo lan panjenegan mugi-mugi kulo lan panjenengan sak anak turun kulo lan panjenengan tansah dipun paringi padange ati teteping iman, selamat dunia akhirat, mulyo dunia akhirat, ya Karim ya Karim  Al-Fatihah…


Wassalamu'alaikum Wr. Wb




Postingan Populer