Nompo Kanthi Ikhlas Ora Ngedumel Lan Iri Marang Liyan

Minggu ke-1 Desember 2017

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar


Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat


Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para Dulur Warga Padhepokan
Allah menjadikan kita semua dalam bentuk macam-macam. Dalam bentuk pakar yang berbeda-beda. Tapi dalam ilmu Hakikat, orang itu harus ngaweruhi awake dewe-dewe. Kalau sudah mengerti awake dewe-dewe maka sejatine ngaweruhi Pangerane. Mengenai Hakikat sebenarnya diatas Ma’rifat tetapi karena sudah terlanjur salah ucap, orang itu menaruh Ma’rifat dipuncak iman. Sejatine sing bener niku urutane Syariat, Tharekat, Ma’rifat, Hakikat, maknanya "orang itu kalau sudah tahu jalan maka “eruh”. Kalau sudah eruh maka akan mengerti asluhune nopo", seperti itu.

Para Dulur Warga Padhepokan
Dalam hal ini “wong yen wis ngaweruhi awake dewe-dewe” itu artinya menerima segala sesuatu yang sudah diberikan Allah kepeda kita dalam bentuk fisik dalam bentuk pakaryan, nompo kanthi ikhlas, ora ngedumel lan ora iri marang liyan. Orang itu kalau sudah tidak ikhlas karo pandume urip maka yang akan tumbuh rasa iri. Kalau penyakit ini sudah muncul maka rasa patembayatan, rasa kerukunan akan hilang. Yang muncul adala sifat-sifat munafik. Sifat-sifat fasik. Kelihatannya baik tapi hatinya jelek. Kelihatannya baik tapi dibelakang itu menikam. Misal, Jika diberi sesuatu oleh seseorang maka akan selalu menjelek-jelekkan barang itu didepan orang lain.

Makanya orang tua kita berpesan bahwa : Ojo ndelok sing diwenehne tapi lihatlah maknawi yang diberikan. Itulah hakikatnya, memberi itu rasa welas asih, roso tresno. Kalau itu hilang dihati kita semua maka sebuah kemunafikan muncul iri dan dengki. Maka jika hati ini sudah terkena penyakit iri dan dengki, insya Allah akan susah untuk menerima hidayah.


Karenanya ada sebuah kitab menerangkan seperti ini : Malaikat Jibril diutus Allah untuk menanyakan hamba-hamba Allah selain manusia. Pada waktu itu malaikat Jibril disuruh menanyai Kerbau, Katak dan Cacing. Bertemulah Jibril dengan Kerbau, Assalamu’alaikum, wahai Jibril apakah ada wahyu datang? tanya sang Kerbau. Tidak wahai Kerbau, wahyu sudah ditutup dan terakhir diturunkan kepada Muhammad. Aku hanya mau bertanya, apakah kamu wahai Kerbau sudahkah menerima dengan kondisimu seperti ini. Sering dipukul pakai cemeti ketika membajak sawah, berpanas-panasan dan makanmu hanya rumput. Jawab Kerbau, Ya jibril yang Maha Agung, sampaikan ke Robku Allah bahwa aku nompo panduming Allah, saya terima. Saya tidak bisa membayangkan seandainya aku menjadi seekor Cacing, yang bisa hidup didalam tanah. Aku tidak bisa membayangkan jika aku menjadi Anjing, walaupun hidup dirumah mewah tapi setiap saat harus terjaga dan ketika ada orang datang harus menggonggong. Masya Allah nikmatnya Gusti Allah yang seperti ini, saya terima.

Lalu Jibril menemui Katak dengan pertanyaan yang sama. Jawab Katak, wahai Jibril Alhamdulillah dengan ikhlas kulo terimo titahing Allah dumateng kulo digae koyo ngene, sing penting atiku ayem. Aku tidak dapat membayangkan seandainya aku menjadi Kerbau, setiap hari dilecut dengan cemeti untuk membajak sawah. Biarlah hidup saya merdeka. Biarlah setiap saat aku mendendangkan cintaku kepada Allah dan kepada Rasulullah sebagai penjaga keseimbangan alam. Sampaikan kepada Robku ya Jibril, sungguh…ini adalah suatu nikmat yang aku terima.

Terakhir Jibril juga bertanya kepada sang Cacing, wahai Cacing sudah terimakah kamu seperti ini. Hidup ditempat yang kotor, becek, penuh lumpur. Maka jawab Cacing, Alhamdulillah Jibril, sampaikan kepada yang maha Agung, Dzat Wajibul Maulana, sungguh Allah sudah memberi nikmat kepadaku, wahai Jibril. Aku tidak bisa membayangkan seandainya aku menjadi Katak, mau makan saja harus bersusah payah mengejar nyamuk. Sampaikan keikhlasanku untuk menerima apa yang sudah diberian kepadaku.

Padahal para dulur warga, ketiga hewan itu hakekat-nya sama yaitu menyuburkan bumi ini yang diberikan Allah kepada manusia. Seandainya itu ditanyakan kepada manusia maka jawabannya, aku ingin jadi raja, aku ingin jadi ini, itu dan lain-lain. Hilanglah keikhlasan itu. Apa yang menjadikan ini? adalah nafsu para dulur. Nafsu inilah yang membungkus kebenaran. Sehingga kebenaran itu terkunci dan kita kehilangan keseimbangan. Makanya kalau diringkas, ojo sok melu kanikmataning liyan, yen awake dewe melu utowo milek kanikmatane liyan maka bakal tukul iri lan dengki. Ikutlah menikmati saja artinya apa, menikmati apa yang diberikan Allah kepada kita.



Para Dulur Warga Padhepokan
Monggo kulo lan panjenengan menyikapi peparingin Allah. Rasa syukur kita kepada Allah. Dengan rasa syukur yang agung, kita menghayati diri kita sendiri. Seperti Cacing tidak bisa membayangkan seandainya menjadi Kerbau, begitu juga Kerbau tidak bisa membayangkan jika menjadi Cacing. Maka dengan kerendahan hati kita, seharusnya sujud kepada Allah, ya Allah sudah kau beri nikmat yang agung kepadaku dalam bentuk apapun. Kalau sudah seperti ini kita akan terasa bahwa lelaku sak jerone urip niku sejatining ujian, Shirothol mustakim. Surga tidak hanya milik seorang kyai saja tapi surga ini  juga milik kita semua yang sudah dapat merasakan nikmat menjadi diri kita sendiri.

Para Dulur Warga Padhepokan
Apa yang menjadi sumber sifat iri itu? Punjering milek niku teng pundi. Punjere sifat milek niku teng hati kita sendiri. Makanya jika ada seseorang mendapat nikmat Allah berupa rejeki kita harusnya ikut mengucapkan Alhamdulillah semoga rejeki itu menjadi barokah kepadamu. Tapi kadang-kadang berpikir seperti ini, kok tidak aku yang memperoleh. Akhirnya ikut-ikutan meniru usaha tersebut walaupun dengan cara yang sama tapi hasilnya belum tentu sama. Maka timbullah iri dengki. Seperti cerita orang yang memancing dilaut, ketika mendapat satu selalu meminta lagi dan lagi. Inilah yang disebut hawa nafsu. Hawa nafsu didalam hati inilah yang disebut Jagad Agung. Manakala manusia tidak bisa menguasai atau mengendalikan  Jagad Agung di hati ini maka akan timbul iri dengki, angah-angah.

Para Dulur Warga Padhepokan

Mari kita evaluasi diri kita. Kita jaga nafsu kita kerono Allah 
Mugi-mugi kulo lan panjenengan lan sak anak turune kulo lan panjenegan saget lan tansah saget  mengendalikan diri, akhiripun saget diparingi hasil kados gegayuhanipun kulo lan panjenegan,
Al-Fatihah

Mugi-mugi kulo lan panjenengan lan sak anak turune kulo lan panjenegan nandang gerah dipun paring sehat, sehat lahir sehat batin. Keluarga kita , keluarga anak turun kita warga padhepokan sedoyo dipun paringi sehat dhohir batin, dipun paringi sehat ekonomi,
Al-fatihah

Mugi-mugi Allah ngabulaken penuwun kulo lan panjenegan mugi-mugi kulo lan panjenengan sak anak turun kulo lan panjenengan tansah dipun paringi padange ati teteping iman, selamat dunia akhirat, mulyo dunia akhirat, ya Karim ya Karim...
Al-Fatihah…



Wassalamu'alaikum Wr. Wb



Postingan Populer