Ojo Cidro Marang Becike Atimu

Aurotan
Minggu ke-2, 13 Desember 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat Blitar
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Para wargo Padhepokan
Manusia itu ketika di alam wahdah masih manunggal dadi siji dan ginarising umur seperti orang kontrak. Kontrak kita masih di alam wahdah belum di alam jisim. Misal saya dikontrak 80 tahun, panjenengan mungkin lebih panjang lagi maka setiap saat setiap tahun kontrak itu akan berkurang. Pengurangan dari daun tahun ke daun tahun ini akan kita jadikan kajian kita semua. Salah satu perenungan itu adalah didalam daun tahun yang sudah gugur, apakah kita masih menepati janji kita dialam wahdah? Manusia ataupun makhluk lain ketika dialam wahdah, masih belum ada arwahnya, diberi janji

"Aku ki rosomu kowe ki ruh rosoku mulane kowe kabeh ojo ninggal Ingsun"

Artinya : Ngaweruhono marang Gustimu, ngaweruhono marang Pangeranmu.
Bagaimana caranya ngaweruhi?

"Besok yen kowe wis dumunung ono alam Jisim, perangono tuwin hawa nafsu utowo ngaweruhono tuwin ing badanmu, ing nafsumu, sukmomu moko saktenane kowe bakal ngaweruhi Ingsun".

Sekarang kamu masih menjadi satu denganku tapi besok ketika sudah aku turunkan di alam jisim maka ada akan pembatas sehingga kamu tidak bisa memandang Ingsun. Pembatas atau hijab itu adalah hawa nafsu.

Jika kamu mengerti bahwa Ingsun ada didalam hatimu. Oleh karena itu, hati ini jangan dipenuhi oleh hawa nafsu, Hati ini jangan dipenuhi dengan urusan dunia harus ada sebagain tempat yang kosong, hanya untuk tempat ngarsane Allah. Ati ini wajib ono kangge manekung ngarsane Allah ya itu kosongnya hati kangge dunung ngarsi Allah.

Para wargo Padhepokan
Kamu sebelum diturunkan didunia harus mengerti bahwa Laa ilaha illa ana 3x ora ono Pangeran kejobo Ingsun. Allah tidak menyebut dirinya sendiri dengan sebutan "Allah" namun Allah menyebut ora ono Pangeran kejobo Ingsun mergo isih manunggal karo jasad Ingsun, isih manunggal karo Ingsun.

Sun bakal menurunkan Nur Muhammad mulai besok nganti pupusing jaman. Oleh karena itu

"Ora ono pangeran kejobo ingsun lan Muhammad iku utusan Ingsun, Nur Muhammad yo Nur Ingsun".

Inilah tauhid inilah hakikat moko kulo lan panjenengan kedunungan Nur Muhammad yang selalu menuntun kita semua. Nur Muhammad bisa menuntun siapa saja. Makanya Muhammad pernah didatangi dan ditanya oleh sahabat, "Ya Muhammad, amalan apa yang harus aku jalani agar aku sampai kepada Allah", dan Muhammad berkata :

"Hai Fulan, nutno atimu ojo cidro marang becike atimu 3x".

Hati itu tidak membutuhkan dalil apapun karena disitu duduk palenggahanipun Allah. Sebelum kita mengerti hukum bahwa mencuri itu adalah tidak baik. Tanpa harus menunggu dalil-dalil tentang pencurian. Moko ajo pisan-pisan cidro marang becike atimu karena dihati itu dumunung,tahta Nur Muhammad. Becike ati itu kita ikuti.

Baik buruknya manusia tergantung dari segumpal hati yaitu roso dan didalam roso itu ada hawa nafsu yang selalu mengajak menjauhi Pangeran. Jika Hati ini tidak sadar bahwa hidup ini adalah penuh dengan cobaan. Sebagaimana disebutkan oleh Kanjeng Syekh Siti Djenar bahwa :

"Urip iki kebak pasiksan lan pacoban".

Ketika kita dicoba dengan kemelaratan, kita akan semakin kuat. Semakin banyak kita berdzikir, semakin banyak kita bertobat, semakin banyak kita mengingat Allah dan semakin keras kita bekerja. Jika kita diuji dengan sakit maka kita semakin dekat dengan Pangeran, sering berdzikir. Sholatpun bisa sambil duduk, kuat sebenarnya kita.

Namun jika kita diuji dengan dunia, kekayaan, derajat, pangkat maka Masya Allah....  Nafsu bergelora, iman menyingkir dan semakin jauh kita dari Allah. Kita lupakan hati nurani kita. Bahkan kebaikan-kebaikan didalam hati akan hilang.

Para wargo Padhepokan
Disaat banyak yang sakit maka kita akan datang ke Padhepokan.
Nyuwun sewu kulo nderek ngiyup...
Nyuwun sewu kulo nderek sholat...
Nyuwun sewu kulo nderek dzikir...
Nyuwun sewu kulo nderek lereh rogo kulo-pikir kulo-ati kulo dateng mriki...

Tapi disaat kekayaan datang, disaat derajat dan pangkat datang maka lupalah kebaikan-kebaikan dengan sahabat yang dahulu ngopi bareng, sahabat yang dahulu merokok bareng, sahabat yang dahulu ngobrol bareng di Padhepokan.
Merasa dirinya sudah lebih dari yang lain.

Padahal coba kita dengarkan hati kita bahwa yang membedakan kita hanya iman, taqwanya.
Inilah dunia, inilah yang kasat mata yaitu alam jisim.
Karena dunia ini penuh dengan gemerlap maka akan tertutup hati kita.
Lupa bahwa kemulyaan dunia itu hanya sementara.
Lupa bahwa kita ini sedulur dengan kaum fakir miskin dan yatim.
Lupa bahwa kemulyaan dan kekayaan kita ada karena adanya fakir miskin, ada karena yatim.

Karena itu para dulur...dengan ini maka kosongkan manah, kosongkan hati sebagai tempat Allah dan jangan gampang tenggelam urusan dunia. Jangan mudah senang. Jangan mudah susah. Makom Padhepokan itu adalah makom tenang.

Para wargo Padhepokan
Ketika kita mendapat jabatan maka akan senang dan senangnya kelewatan maka cenderung lupa dengan saudara yang lain. Ketika berbuat apapun bahkan kita tidak mengerti apapun tentang hukum dan dalil namun jika dirasa hati ini selalu menjawab "Bahwa itu jelek dan merugikan" maka janganlah dilakukan.

Tidak ada sesuatu yang menggerakkan kita kecuali do'a (dongo). Dongo tawakal ngarsane Allah, dongo pasrah ngarsane Allah. Bahkan jika kita mau berfikir bahwa bukan Hajinya yang akan memasukkan kita ke surga, bukan amalannya yang mengantar kita ke surga namun karena kersaning Gusti Allah, Allah maha Menghendaki bukan campur tangan manusia.

Semoga kita tidak disesatkan oleh hawa nafsu. Saling mengasihi dan dikasihi. Al-Fatihah

Wassalamu'alaikum Wr. Wb


****

Silaturahim ke Warga Padhepokan Magetan
dan Ziarah Makam Panembahan Romo (Kajoran)
10-11 Desember 2018

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Silaturahim ditempat tinggal Mbah Imam Magetan

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Mengunjungi warga Padhepokan Pusaka Cabang Magetan

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Menempuh perjalanan melewati sawah dan jembatan

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat


Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat



 Ziarah Makam Panembahan Romo (Kajoran)

Desa Kajoran, Wedi Kabupaten Klaten
Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Raden Kajoran, juga dikenal sebagai Panembahan Rama (wafat 14 September 1679) adalah seorang ningrat Jawa Muslim dan salah satu pemimpin utama Pemberontakan Trunajaya melawan Kesultanan Mataram. Dia memimpin pasukan pemberontak yang menyerbu dan Plered, ibu kota Mataram pada bulan Juni 1677. Pada bulan September 1679, pasukannya dikalahkan oleh gabungan pasukan Belanda, Jawa, dan Bugis pimpinan Sindu Reja dan Jan Albert Sloot dalam pertempuran di Mlambang, dekat Pajang. Raden Kajoran juga dikenal sebagai Panembahan Rama dan dan terkena memiliki kesaktian dan kemampuan bertapa. Babad Jawa menyebutnya "Raden Kajoran Ambalik"
Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Pangeran Bimo - Cucu Panembahan Kajoran

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Sendang

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
. Watu Gilang Tempat bertapa Panembahan Kajoran

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

 ***

Salik Pencari Cinta

Aurotan
Minggu ke-1, Desember 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat Blitar

Allah itu menciptakan manusia supaya menjadi pemimpin dibumi ini dalam bentuk apapun. Dimaknai kepemimpinan di alam raya ini dimaknai bahwa manusia itu jangan sampai berbuat kerusakan. Kerusakan itu bisa muncul dimana saja kapan saja manakala hatinya manusia punya keinginan. Yang dimaknai pemimpin atau wakil itu adalah pemerintahan. Pemerintahan itu ada sistem dan dapat memerintah siapa saja namun sistem itu harus bisa dipertanggung jawabkan kepada Khaliful mulk, rajanya raja, kepada suronatan maharaja yaitu Allah Azza wa jalla.

Konsep khalifatul fil ardi itu tertanam dihatinya manusia. Yang memerintah itu otak dan harus dihadapkan ke arah hati. Hati yang lurus itu disebut telenging ati. Namun sebelum berhadapan dengan telenging ati, otak itu harus bertemu dengan Bahrul qolbu, segarane ati kang jembar tanpa winates kang diarani Jagad Agung. Tapi jika jagad agung ini penuh dengan keinginan maka tidak ada ruh hati yang kosong untuk menyebut asma Allah, penuh dengan hawa nafsu maka yang terjadi adalah kerusakan dimuka bumi. Tidak akan ada kedamaian apapun bentuknya. Hati ini di Bahrul qolbu ada hasat dan hasut, ada milik. Nah...milik ini kadang ditumpangi dengan tatacara yang namanya politik.

Harusnya di dalam bahrul qolbu itu ada ruang kosong untuk Allah namun sebenarnya tingkah laku yang salah walaupun orang lain tidak tahu namun hati kecil akan tetap tahu. Maka Hati yang ada di bahrul qolbu selalu menyebut asma Allah. Disisi kiri hati manusia bertengger hawa nafsu. Ketika kita melakukan kesalahan maka bahrul qolbu itu akhirnya menghukum kita. "Aku ini sebenarnya tidak baik, namun aku tak macak baik didepan manusia. Aku ini salah tapi aku berpura-pura bener. Aku tak nulung uwong padahal kekarepanku ora arep nulung".

Konsep inilah yang terlahir oleh Kanjeng Sunan Kalijogo dan dimusyawarahkan dengan wirid Sunan Tembayat untuk membentuk suatu simbol sistem pemerintahan di tanah Jawa pada umumnya. Filosofi tentang kebenaran, filosofi tentang jagad raya didalam hati manusia ini dilukiskan dalam bentuk tata pemerintahan yang ada. Mari kita lihat sistem pemerintahan di tanah Jawa ini  yang penuh dengan filsafat.

Ada kantor kalau sekarang kantor Kota madya. Berseberangan dengan pasar. Di tengah-tengah ada jalan lurus keselatan dan kemudian lurus lagi keutara sampai kadipaten. Mari kita simak, jalan lurus keutara menghadap kadipaten itu jika kita lihat disebelah kanan ada papan panggonan panembahan suronatan, sebelah kiri pakunjarane rogo, ati. Kantor walikota itu dahulu adalah pusat pemerintahan untuk menjalankan apa saja untuk menggerakkan roda pemerintahan. Didepannya adalah pasar sejak jaman dahulu, jaman majapahit. Pasar itu sebenarnya adalah bagian daripada dinas purbakala yang tidak boleh dihancurkan namun karena gandeng hawa nafsu maka dirubah peruntukannya.

Pasar itu gambaran gebyaring dunia. Jika kita memerintah harusnya menghadap ke utara dan melewati kosongnya jiwa. Kosongkan hati kita hanya menyebut Allah. Ditengahnya ada kayu-kayu jati. Kayun yang sejati, hidup yang sebenarnya hanya untuk Allah. Kayun, kayu jati ini juga sebagai pembatas antara menyebut nama Allah atau menyebut duniawi. Jadi pasar itu adalah sebenarnya godaan untuk kita. Setiap memerintah pasti berhadapan dengan godaan. Didalam hati itu ada alun-alun, alun yang bermakna kosong. Jika kita menghadap Allah maka disebelah kiri adalah masjid yang bermakna bahwa kita biar kadang melupakan kebaikan. Sudahkan kita mencintai anak yatim, memberikan sebagain rejeki kita kepada fakir miskin, orang yang teraniaya. Namun kita kadang malah sering mendahulukan segala sesuatu untuk memenjarakan hati kita sendiri. Itulah yang ada disebelah kanan kita.

Maka kita lurus, disitu ada sebuah tempat untuk bertemu dengan Malikul mulk, sebuah tempat istirahat yang banyak didatangi dengan angin yang semilir dan sejuk. Itulah yang disebut alam barzah tempat menunggu untuk bertemu sang pencipta. Ketika menyebrang jalan, Sirathal mustaqim, disitu ada malaikat ridwan dan malik.

Itulah sebenarnya sistem pemerintah yang diajarkan Sunan Kalijogo dan Sunan Tembayat dan itulah sistem itu juga adalah filosofi pemerintahan di hati kita. Oleh karena itu, menghadap ke Pangeran itu harus seperti itu, kita jauhkan hati kita dari segala sesuatu nafsu untuk meng-enakkan diri sendiri. Inilah jalan bagi orang-orang Salik. Setiap orang tidak sama dalam mencari jalan kebenaran. Suluk tidak harus sama. Ada yang menuju Allah dengan mengasihi orang lain, ada yang ikhlas memberi kepada orang fakir, menyekolahkan anak fakir dll. Namun tetap sediakan sebuah tempat didalam hati, tempat kosong untuk bersemayam Allah. Itulah yang disebut Manunggaling Kawulo Gusti. Sehingga kita semua mengalir seperti air yang tidak pernah salah mengarah. Memanfaatkan segala sesuatu yang diberikan Allah untuk kebaikan. Mengarah kepada ridho Allah. Sehingga kita diberi kebaikan lahir dan batin. Mugi-mugi Allah paring pangapuro. Amin.....               

Napak Tilas Syekh Domba



Lahirnya seorang bayi untuk melanjutkan risalah dari Adam yang menggenapkan dan penyempurnakan dari semua ajaran itu adalah bernama Ahmad atau Muhammad.  Ketika lahir seolah-olah semua berhenti beraktifitas. Bayi ini yang kelak dinamakan Muhammad tidak mendirikan pemerintahan Islam, tidak mendirikan Khilafah namun meletakkan dasar-dasar Islam didalam kehidupan yang Rahmatan Lil Alamin.

Kelahiran bayi ini menyebabkan menara api orang-orang Majusi yang selalu menyala selama ribuan tahun di Bagdad akhirnya padam dan ambruk

Jika sekarag ini lucu, Rasulullah memang membuat bendera bertuliskan kalimat tauhid tapi kita tahu bahwa Rasululllah seorang yang umi tapi itu adalah pertanda Islam bukan pertanda khilafah, bukan pertanda mendirikan pemerintahan Islam namun meletakkan dasar-dasar ajaran Islam. Namun apa yang terjadi hari ini? Banyak orang sekarang membuat bendera tapi justru mengadopsi, mengambil kebudayaan Arab, kebudayaan bangsa-bangsa Timur tengah bahkan saya sebut kebudayaaan Jahiliyah yaitu suka berperang, senang mefitnah, senang mengadu domba dan jauh sekali dari ajaran asli Islam yaitu Rahmatan lil Alamin yang artinya mengayomi.

Jika kita kaya tapi lupa dengan orang miskin maka kekayaan kita adalah palsu. Jika kita kuat tapi lupa dengan yang lemah, lupa dengan yang selalu terdholimi maka kekuatan itu adalah palsu adanya. Oleh karena itu para warga padhepokan, Patembayatan yang diajarkan Kanjeng Sunan Tembayat, yang diajarkan Rasulullah harus selalu rukun dengan lingkungan kita apapun bentuknya maka yang terjadi adalah suatu nikmat Allah. Rasulullah pernah ditawari emas sebesar gunung dan diberi perempuan cantik namun Rasulullah tidak mau. Artinya apa? Rasulullah memilih kemiskinan agar selalu bisa bersama yang lain. Rasulullah mencintai kemiskinan tapi kita tidak. Apakah orang Islam tidak boleh kaya? Orang Islam harus kaya namun kekayaannya untuk kebaikan orang lain tidak untuk dirinya sendiri. 

Perjalanan hidup manusia itu tentunya kita harus bisa memilah dan memilih. Tentunya memilih menjadi hamba Allah yang menjadi hamba yang baik, menjadi hamba-hamba yang sempurna, kuntum Khairunnas anfa'uhum linnas, sak apik apike menungso, bukan karena kekayaaan, bukan karena jabatan, bukan karena kecantikannya namun kita bermanfaat untuk orang lain. Manakala kecantikan itu tidak bisa untuk kebaikan sesama maka kecantikan itu adalah fana. Begitu juga apabila kekayaan itu tidak bisa untuk membantu yang kekurangan, membantu yang miskin maka kekayaan itu adalah semu. Jika kita kuat namun kekuatan itu tidak digunakan untuk melindungi yang lemah maka kekuatan itu hanya kamuflase.

Jalan masuk menuju makam Syekh Domba

Jalan menanjak kurang dengan ketinggian bukit 500 m

Ujung anak tangga menuju Makam Syekh Domba

Makam Syekh Domba yan merupakan cagar budaya dan dilindungi oleh UU Ri. No. 11 Tahun 2010
Desa Paseban terlihat dari atas kompleks makam sebelah Selatan
Panorama Gunung Jabalkat dan Gunung Kidul Yogjakarta dari puncak Gunung Cakaran

Teringatlah sebuah kisah Kanjeng sunan Tembayat mempunyai dua orang santri. Yang pertama bernama Syekh Ula atau disebut Mbah Kewel yang makamnya di daerah Klaten berjarak tidak jauh dari makam Sunan Tembayat. Yang kedua adalah Ki Sambang Dalan atau lebih dikenal dengan Syekh Domba yang awalnya adalah seorang perampok dimakamkan di Gunung Cakaran. Tapi karena Sunan Tembayat ingin dirinya menjadi hamba Allah yang mencintai sesama dan hamba Allah yang mencintai Allah sebagaimana Allah mencintai hambanya maka beliau dengan ketekunan mendidik dua orang murid tersebut. Pada akhirnya Kedua murid tersebut menjadi seorang yang saleh yang mencintai sesama sesuai dengan ajaran Sunan Tembayat.

Bangunan utama makam sebelah selatan
Halaman bangunan makam sebelah Timur yang luas. Jalan setapak didepan adalah akses menuju Gunung Jabalkat dan puncak gunung lainnya
Kehidupan Syekh Domba yang sekian lama berada di Bayat desa Paseban sebelah selatan dari Makam Sunan Tembayat mengajarkan kebenaran, mengajarkan keheningan jiwa. Maka dalam keheningan jiwa itu Syekh Domba menemukan sesuatu yang sangat indah didalam kehidupannya yaitu Manunggaling Kawulo Gusti yang berarti menerima kehendak Allah dalam hidupnya dan tidak berontak atas takdir-takdir Allah. Menumbuhkan kebahagian manakala mengalir jiwanya atas kehendak Allah, disitulah Allah ridho atas dirinya. Setelah Syekh Domba meninggal, binatang piaraannya berupa Kuda dan Burung Merak dibiarkan kedua hewan itu berjalan dan terbanglah merak itu dipuncak sebuah bukit dan mencakar-cakar tanahnya maka dimakamkanlah Syekh Domba di tempat tersebut dan sekarang sering disebut Gunung Cakaran.

Salah satu sudut dapur makam

Tempat istirahat untuk yang bermalam

Stiker Padhepokan Pusaka ada di salah satu bagian makam

Makam pengikut Syekh Domba disebelah Barat komplek makam

Mushola didalam kompleks makam

Salah satu warga Padhepokan Pusaka menuruni anak tangga
Para warga padhepokan itulah perjalanan Syekh Domba yang awalnya dianggap seorang yang hina, perampok tapi beliau mengobarkan dirinya untuk kebaikan dan kemasalahatan umat bahkan keinginan untuk mementingkan diri sendiri hilang. Bisakah kita mencontoh begitu indahnya sebagaimana Rasulullah yang tidak kaya, yang tidak mau menang sendiri, yang tidak mau mendholimi  orang lain. Bisakah kita mencontoh patembayatan yang diajarkan Kanjeng Sunan Tembayat dan bisakah kita merelakan sebagaimana Syech Domba. Mari kita mengkaji hati kita. Kita meminta kepada Allah agar selalu menjadi hamba-hamba Allah yang Khairunnas anfa'uhum linnas. Matur nuwun.  

Patembayatan Sejati

Aurotan
Minggu ke-4, 25 Oktober 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar


Padhepokan Pusaka SUnan Tembayat Blitar

Assalamu'alaikum Wr. Wb


Kanjeng Nabi itu malu jika melakukan kemewahan namun saat ini banyak orang membangga-banggakan akan kemewahan. Jika kanjeng nabi itu miskin adalah pilihan namun orang jaman sekarang, kemelaratan adalah suatu keterpaksaan. Kondisi di Indonesia memang seperti itu saat ini, banyak orang bermain, memecah belah. Ketika Ahok yang diadu adalah institusi militer dan Kepolisian. Seolah-olah polisi itu jelek. Namun alhamdulillah semua bisa menahan diri.

Saat ini juga sedang ramai dibicarakan Banser yang ternyata menyusup dan membakar bendera sendiri. Nah...pada saat itulah terjadi demo yang berjilid-jilid, ada demo jilid satu, demo 212 dan lain-lain. Itulah salah satu upaya menjual agamanya. Karena mereka hanya mendengarkan tausiyah dengan kelompok mereka. Tausiyah itu hanya memberi tahu. Padahal yang jelas dalam diri Rasulullah itu tersapat uswah-uswah. uswah itu contoh. Rasulullah tidak pernah tausiyah bermacam-macam tapi uswah, memberikan contoh-contoh dalam kehidupan.

Menyinggung Sunan Tembayat maka beliau mengajarkan patembayatan tentunya manusia masih ada yang namanya perbedaan. Perbedaan itu adalah suatu nikmat. Tanpa perbedaan tentunya tidak akan tahu mana yang satu dan mana yang lainnya Tapi saat ini perbedaan itu diperkeruh, makanya saya berpesan kepada warga padhepokan bahwa mendekati pileg, pilpres dan sebagainya nanti kita arahkan semoga dapat memilih yang sesuai dan lebih baik.

Yang jelas....paling penting kita harus ngugemi ajaran Rasulullah, ngugemi ajaran Sunan Tembayat, patembayatan kerukunan. Sekarang begitu bangganya tiap orang menunjukkan, mempertontonkan suatu masalah, pertengkaran dan tidak jera untuk membuat berita bohong. Kawula lagi yang akan rugi dan menjadi korban.

Sunan Tembayat juga pernah berpesan didalam Sumpah Patembayatan bahwa manusia itu sejatinya sama namun taqwanya yang berbeda. Taqwa yang tidak sama itu berarti yang taqwanya lebih maka akan menuntun yang taqwanya kurang. Kalau kita cermati pesan dari Sunan Tembayat bahwa inti dari ajarannya adalah adanya kebersamaan, adanya tolong menolong. Bahkan dalam urusan batiniahpun harus tolong menolong.

Hidup itu relita, ada masalah demi masalah dan masalah itu kalau kita kaitkan adalah bagian dari takdir illahiyah. Takdir illahiyah itu dirubah oleh Allah melalui dan sesuai dengan permohonannya, permohonan dari kawulanya.

Pramilo ing ndlalu niki sareng-sareng maos Al- Fatihah, Mugi-mugi bangsa Indonesia niki ayem tentrem. Mugi-mugi kulo lan panjenengan anggene upokoro jiwo rogo ugi anak turun kito, upoyo ekonomi tansah diparingi kesaenan, dipun paringi hasil. Al-Fatihah 3x
 
Dumateng anak turun kito ingkang nglampahi ujian mugi-mugi Allah maringi lulus ugi dumateng anak kita ingkang nglampahi sekolah mugi-mugi Allah ngabulaken gegayuhanipun. Al-Fatihah.

 
Wassalamu'alaikum Wr. Wb              

Mbangun Roso Sak Padane Titah (Kesalehan Sosial)

Aurotan
Minggu ke-3, 20 Oktober 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Kesalehan Sosial untuk sesama

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Jika kita perhatikan baru-baru ini terjadi bencana alam yang merupakan fenomena dahsyat dan diluar perkiraan manusia, diluar perkiraan prediksi-prediksi alat yang dibuat oleh manusia. Fenomena alam seperti di Palu, Donggala, Sigi, Aceh dan NTB adalah bentuk-bentuk peringatan Allah. Peringatan itu bisa berbentuk suatu ujian. Artinya didalam penderitaan apakah kita melupakan Allah? Sehingga banyak yang menjual keimanan dan ditukar menjadi bahan makanan atau kita tetep netepi iman ngarsanipun allah lan derek tindak lampah kanjeng gusti rasulullah SAW. Yang kedua, Allah memberi kahanan sepert itu adalah untuk mengingatkan manusia, artinya Allah itu berkuasa atas segala-galanya, Innama Amruhu Idza Arada Syaian An Yaqula Lahu Kun Fayakun.

Kalau sudah menjadi ketetapan Allah, walaupun dipasang alat secanggih apapun, jika Allah sudah berkata kun fayakun maka pasti jadi. Walaupun disisi lain Allah juga berfirman bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum bilamana mereka tidak berusaha. Ayat ini asbabun yaitu ayatnya agar manusia bisa berusaha walaupun ketentuan-ketentuan itu ginaris ing kodrat irodat berupa takdir

Selanjutnya Allah menjadikan sesuatu yang diluar batas kekuatan akal  itu adalah untuk mengingatkan manusia. Saat ini manusia dibelenggu dengan kepandaiannya, dibelengu dengan akal pikirnya akhirnya pikiranitu dituhankan. Seolah-olah alam ini diatur, Allah diatur. Harusnya akal itu untuk penyeimbang. Padahal akal itu diberikan kepada manusia pertama yaitu Adam untuk mendudukkan posisi manusia ditengah-tengah antara malaikat dan setan serta akal ini menjadi penyempurnaning roso. Namun yang terjadi saat ini tidak....banyak terjadi manusia yang menuhankan akalnya. Sesuatu yang dikehendaki Allah terkadang dengan akalnya itu kehendak Allah dikait-kaitkan dengan seseorang, karena presidennya itu, karena gubernurnya itu, karena disana ada yang seperti ini akhirnya jadi seperti itu...masya Allah. Kehendak Allah bukan dijadikan untuk menghujat, kehendak Allah yang berupa penderitaan dijadikan untuk membangkitkan semangat sak padane titah, menjadi semangat untuk saling membantu.

Perjuangan saling membantu inilah yang mengingatkan saya pada perjalanan seseorang. Kanjeng Sunan Kalijogo dalam perjalanan spiritual kehidupannya, dibangkitkan hidayahnya oleh Allah karena melihat kemiskinan-kemiskinan yang ada disekitarnya. Walaupun beliau sendiri adalah putra dari Adipati Wilwatikta yang tentunya bergelimang harta namun begitu Allah menurunkan hidayah melalui mata hati dan pikirannya melihat sekeliling, Sunan Kalijogo aweh paweweh mengambil dari gudang perbendaharaan kadipaten dan dibagikan kepada sesama. Akhirnya tetap ketahuan oleh ayahandanya, dimarahi dan diusir dari kadipaten. Inilah  titik awal yang menjadi hidayah itu maujud dihatinya. Beliau pergi uzlah, mengkhatamkan Quran bahkan getaran bacaan quran yang dibaca dengan roso itu sampai menggetarkan Kadipaten Tuban Wilwatikta.

Beliau tidak akan pulang sebelum mampu menyelesaikan segala urusan ukhrawinya dalam bentuk kesejajaran jiwa sesuai keinginannya. Dikuburkan Sunan Kalojogo oleh guru-gurunya agar merasakan kematian dalam hidupnya. Sunan Kalijogo mampu membunuh hawa nafsunya dan beliau dibangunkan setelah 7 hari 7 malam dalam tidur panjangnya  tidak makan, kalau orang jawa menyebut ngebleng. Dalam tidurnya beliau berdzikir wa Allohu Allah... tapi dzikirnya ini siiri, qolbi. Pencerahan demi pencerahan hati, nuriyah-nuriyah sinar didalam hati dari pangeran muncul. Tidak langsung mengumbar hawa nafsunya dengan makan tapi hanya diberi  aroma bau nasi liwet, ini sebagai penguatnya. Setelah itu beliau mendapatkan petunjuk, mendapatkan karomah-karomah.

Dakwahnya pun beliau mengajarkan kesalehan sosial. Beliau tidak hanya duduk, wiritan dan berfatwa, tidak seperti itu. Beliau dengan tekun berkesalehan sosial, nulung sakpodo-podo maklu jumangkah ing bumine Allah. Setapak demi setapak mengajarkan kebaikan, mengajak kepada ketauhidan walaupun didalam kemasan-kemasan adat istiadat. Namun kecintaan beliau kepada lingkungannya dan kesalehan sosial membuat berkembangnya Islam dengan sangat pesat tanpa kekerasan.

Mungkin saat ini fenomenanya berbeda. Ayat Quran yang mestinya digunakan menjadi pembeda antara yang hak dan batil serta sebagai petunjuk yang lurus akhirnya dipergunakan, diperjual dengan sorbannya serta politiknya  untuk memecah belah bangsa, seolah-olah yang sudah bersorban itu ulama yang alim. Ternyata dibalik itu banyak hal-hal tendensius, tidak mampu membayar utang dan berusaha menggulingkan pemerintahan yang sah.

Kesalehan-kesalehan ini menurun kepada Kyai Hasyim Ashari. Pada awal-awal perjuangan Indonesia hanya memakai senjata keris, tombak, bambu runcing dan beberapa bedil yang kuno melawan senjata yang jauh lebih canggih milik Belanda dan Inggris. Dalam keadaan seperti itu Mbah Dirman, Panglima Besar Jendral Soedirman menyarankan Soekarno untuk sowan ke Mbah Hasyim untuk minta petunjuk. Mbah Hasyim tidak dengan serta menjawab tapi dipanggil Mbah Wahab menuju Tebu Ireng. Mbah Wahab itupun tidak langsung menjawab, beliau mengkaji kitab dan masih memanggil beberapa kyai khos bahkan dipanggil juga Kyai Abbas Munteg. Baru setelah itu diputuskan sebuah resolusi jihad, setiap laki-laki tua maupun muda wajib berjihad dalam radius tertentu bagi umat Islam. Dan Islam dikomandokan bukan dengan slogan yang lain namun dengan kata Allahuakbar untuk melawan penjajah bukan melawan bangsanya sendiri.

Kalau kita cermati, saat ini kesalehan sosial sudah hilang. Mengapa masih ada orang yang seperti itu? Mari kita bersama-sama ikut tindak lampah kanjeng rosul, kyai sepuh, orang alim sing betul-betul alim yang tidak menjual agamanya dan kepandaiannya untuk mendapatkan harta. Kesalehan sosial sangat-sangat dibutuhkan. Jika kita lihat dan kita mendengar sirah rasulullah tentang seorang pengemis Yahudi buta dan miskin yang setiap hari disuapi oleh Rasulullah padahal pengemis itu setiap saat menghujat Rasulullah. Apa yang ada didalam peristiwa tersebut? Jika kita kristalkan dan kita simpulkan bahwa intinya adalah jiwa paseduluran atau patembayatan. Apakah kita akan bertanya partainya apa jika akan membeli diwarung? Apakah kita akan bertanya agamamu apa jika akan menolong? Kita ini Indonesia, kita ini umat Islam, kita ini sama-sama manusia yang harus membangun roso antara manusia. Bahkan kalau kita mengkaji bahwa muslim itu adalah satu, jika jari kelingking merasa sakit maka mulut yang akan berbicara.

Mambangun roso sak padane titah atau kesalehan sosial itu dimulai dari hati kita. Apakah tidak ada manusia yang berkhianat kepada kebaikan? Banyak yang sudah berkhianat atas kebaikan. Kita beri kebaikan, dibalas dengan kejahatan. Kita berbuat baik dengan ikhlas tapi dibalas dengan khianat. Tapi kita harus percaya seberat dzarrah pun kebaikan akan ada balasannya begitu juga kejelekan sebesar dzarrahpun ada balasannya. Karena Allah mempunyai asma yaitu sebagai hakim yang adil. Oleh karena itu mari kita selalu berbuat baik sak padane titah. Sudahlah....jika kita berbuat baik maka Allah juga akan memberikan kebaikan bagi kita dan anak turun kita semua. Dan semua orang yang sudah berbuat dholim kepada kita maka Allah akan melempar dengan panasnya neraka.

Apakah tidak ada orang yang berkhianat kepada Padhepokan? banyak sekali para warga....Banyak yang berpendapat bahwa seolah-olah padhepokan ini mengajarkan kesesatan, tidak sholat, tidak mengajarkan puasa dan lain-lain. Sampai saya berkata, "Kalau seperti itu ayo masuk kesini, mari ikut jamaah sholat disini". Namun setiap sholat tidak serta merta saya umumkan kesemua orang. Sholat itu adalah kebutuhan kita kepada Pangeran. Kalau saya mau zakatpun tidak perlu digembar-gemborkan kepada yang lain. Kalau mau memberi kepada anak yatim tidak tiap muharram saja karena mereka tidak butuh makan ketika muharram saja namun mereka setiap hari harus kita beri sebagai bentuk kesalehan sosial. Ayat-ayat Quranpun sebagai besar berisi perintah-perintah untuk kesalehan sosial. Oleh karena itu para warga mari kita berbuat baik kepada sesama semoga Allah memberi kemudahan kepada kita semua dan anak turun kita semua. Al-Fatihah.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb            
 

Ngeningke Cipto Mbangun Sasomo


Aurotan
Minggu ke-1, 4 Oktober 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat


Assalamu'alaikum Wr. Wb
 
NAPAK TILAS BLITAR - MAGETAN - KULONPROGO

*****

Ki Kebo Kanigoro, Satrio Pinandhito
Pengembara Batin yang Membangun Masyarakat Madani

Manusia dalam perjalanan hidupnya ada beberapa tahapan yang menuju kematian. Ada yang mulai kecil baik sebagaimana para rosul sampai meninggal husnul khotimah. Manusia yang lahir baik meninggal tapi dalam keadaan su'ul khotimah. Orang yang awalnya jelek namun berakhir dalam kondisi baik seperti Kanjeng Sunan Kalijogo atau Umar bin Khatab. Yang keempat adalah orang yang awal sudah jelek dan meninggal dalam kondisi su'ul khotimah.

Yang menjadi penjahat dalam diri kita ini adalah banyaknya Firaun, masih ada Namrud, masih ada iblis dihati kita. Manakala kita sudah menjadi Sariraning Tunggal, ada Muhammad, Adam, idris, Nuh, Isa, Musa linuwih, Abu Bakar, Umar, Usman, Ali sebagaimana yang diajarkan Kanjeng Sunan Kalijogo yang direpresentasikan oleh Kanjeng Sunan Tembayat maka yang namanya sarira tunggal kita harus mampu membunuh yang ada dihati kita berupa firaun yang mewarisi rasa takabur dan merasa paling benar. Kita harus mampu membunuh rasa yaudiyah atau rasa pelit tidak mau berkorban.

Ki Kebo Kanigoro di Kulonprogo
Nah kepedihan hati semacam ini pernah dialami oleh seseorang yang sangat-sangat mencintai Allah dalam hidupnya yaitu Kanjeng Pangeran Kebo Kanigoro. Ki Ageng Kebo Kanigoro adalah ningrat Majapahit yang dalam darahnya mengalir trah Brawijaya V, penguasa terakhir Majapahit. Ia putera Adipati Andayaningrat, Ki Ageng Pengging Sepuh, Adipati Pengging yang menikahi Ratu Pembayun, Rr. Ayu Putih, puteri  Brawijaya V.

Urut-urutan sejarahnya dimulai saat Prabu Brawijaya V menikahi Putri Champa, Dewi Anarawati.  Lalu, lahir tiga anak :  seorang putri, dinikahkan dengan Adipati Handayaningrat IV, penguasa wilayah Pengging. Yang kedua, Raden Lembu Peteng, berkuasa di Madura. Dan yang ketiga Raden Jaka Gugur.

Adipati Handayaningrat IV dan putri sulung Prabu Brawijaya V, melahirkan Raden Kebo Kanigara dan Raden Kebo Kenanga. Selisih usia mereka hanya satu tahun, Kanigara lahir 1472 M sedang Kenanga tahun 1473 M.

Raden Kebo Kanigara sudah meninggalkan istana, sejak muda. Niatnya pergi meninggalkan Pengging untuk menjadi Vanaprastha, seorang pertapa muda. Perjalanan spiritual Kanigara sangat panjang, hingga kemudian sampai disalah satu daerah perbukitan Menoreh.

Sejak kepergian Raden Kebo Kanigoro dari kadipaten, Raden Kebo Kenanga kembali kehilangan orang yang dicintai. Sebab, ramandanya, Adipati Handayaningrat IV, mangkat. Sejak itulah, Kebo Kenanga  menggantikan sang ayah sebagai Adipati Pengging, yang kemudian berjuluk Ki Ageng Pengging dan berputra Jaka Tingkir yang kelak menjadi penguasa Pajang.

Maka begitulah. Kesemestaan yang bergeser ini, akhirnya member kisah lain, tentang siapa penerus trah Majapahit, saat Jaka Tingkir memproklamirkan Kerajaan Pajang dan kelak akan menurunkan raja-raja besar Jawa.
 
Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Beliau men-uzlah dalam hidupnya, mengasingkan diri didaerah Desa Kaligintung perbukitan Menoreh, daerah yang subur. Didalam uzlahnya beliau mengajarkan bagaimana menjadi seorang yang ikhlas, bagimana mengajarkan kebaikan dan mengajak menyerukan kebaikan untuk semua makhluk. Beliau rela menyisihkan perjalanan hidupnya dari keramaian kehidupan duniawi. Beliau lebih banyak "Ngeningke cipto mbangun sasomo" artinya mengheningkan dirinya sendiri, menjauhi nafsu duniawi namun tetap membangun kebersamaan.

Kalau kita lihat Ki Kebo Kanigoro adalah sejaman dan satu guru dengan Kanjeng Sunan Tembayat. Dan keduanya merupakan murid dari Syekh Siti Djenar dan Sunan Kalijogo. Bahwasanya Ki Kebo Kanigoro itu berada di Kaligintung adalah membangun masyarakat madani untuk menyokong kekuatan Mataram dan ikut membangun Mataram yang pada waktu itu disebut Kulonprogo perbukitan Menoreh. Beliau lebih dikenal dengan sebutan Eyang Dalmodal yang berarti menutup siapa jati dirinya oleh karena itu marilah kita ikuti jejak Ki Kebo Kenongo.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Napak Tilas Padhepokan Pusaka di Magetan dan Kulonprogo

Tahlil di Kediaman Mbah Dian Magetan

Silaturahim bersama warga Padhepokan Pusaka cabang Magetan

Silaturahim bersama warga Padhepokan Pusaka cabang Magetan


Silaturahim bersama warga Padhepokan Pusaka cabang Magetan


Suasana peserta acara peringatan 1 Muharram di Desa Lembeyan Kulon - Lembeyan - Magetan




Gus Hairi Mustofa menjadi pengisi acara puncak peringatan 1 Muharram Lembeyan - Magetan







Perjalanan dilanjutkan menuju Kota Yogjakarta daerah Kulonprogo.
Kota disebelah barat Jogja dengan ibu kota Wates. 



Suasana Pasar Klepu subuh dinihari
Bersama rekan seperjuangan




Ziarah Paku Alam Giri Gondo
Kulonprogo

Sejarah singkat Kadipaten Pakualaman
Kadipaten Pakualaman atau Negeri Pakualaman atau Praja Pakualaman didirikan pada tanggal 17 Maret 1813, ketika Pangeran Notokusumo, putra dari Sultan Hamengku Buwono I dengan Selir Srenggorowati dinobatkan oleh Gubernur-Jenderal Sir Thomas Raffles (Gubernur Jendral Britania Raya yang memerintah saat itu) sebagai Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam I. Status kerajaan ini mirip dengan status Praja Mangkunagaran di Surakarta.

Berawal dari pertikaian Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat di bawah Sri Sultan Hamengku Buwono II (HB II) melawan pemerintahan Gubernur Jenderal Belanda (di bawah pengaruh Perancis semasa Raja Lodewijk Napoleon dari Perancis) Herman Willem Daendels. Daendels mengirim pasukannya menyerang Kraton Yogyakarta pada Desember 1810 untuk memadamkan pemberontakan Raden Ronggo (KAA Ronggo Prawirodirdjo III, bupati Madiun dan penasihat politik HB II) yg akhirnya berakibat penurunan paksa HB II dari tahta. Tampuk kekuasaan dialihkan kepada GRM Soerojo yg diangkat sebagai wali raja (regent) dengan gelar Sultan Hamengku Buwono III. Saudara tiri HB II, Pangeran Notokusumo dan putranya Notodiningrat, yg mendukung pemberontakan ini pun ditangkap Belanda di Semarang dan dibawa ke Batavia.

Pada 1811, kekuasaan kolonial Belanda-Perancis di Pulau Jawa direbut oleh Inggris dengan Kapitulasi Tuntang 11 Agustus 1811, dan Inggris mengutus Sir Thomas Stamford Raffles untuk memimpin koloni ini dengan jabatan Letnan Gubernur Jenderal. Raffles berusaha mendapat dukungan dari para penguasa lokal, salah satunya Sultan HB II (yg dikenal sebagai Sultan Sepuh). Ia mengutus Captain Robinson ke Yogyakarta untuk mengembalikan HB II ke tahtanya dan dan menurunkan RM Suryo (HB III) kembali menjadi putra mahkota dengan gelar Kanjeng Pangeran Adipati Anom pada 10 Desember 1811.

Sampai di sini ada 2 versi mengenai peran Pangeran Notokusumo dalam ontran-ontran di Kasultanan Yogyakarta menurut sejarahwan KPH Sudarisman Poerwokoesoemo, mantan Wali kota ke-2 Yogyakarta dan salah seorang pendiri UGM.

Versi I:
BPH Notokusumo menemui HB II untuk menyampaikan proposal dari pemerintah kolonial Inggris untuk menyerahkan tahta kepada Adipati Anom dan meminta maaf kepada Inggris atas insiden pembunuhan Danureja II yang dilakukan menurut perintahnya dengan kompensasi Inggris memberi amnesti kepada Sultan. Sultan juga meminta agar sikapnya jangan dipublikasikan. Sultan menyambut sendiri kedatangan Raffles ke Yogyakarta dan mengadakan jamuan kenegaraan.

Konflik dan intrik berdarah ternyata tidak berhenti. Kondisi yang berbalik seratus delapan puluh derajat ini menyebabkan Adipati Anom menjadi ketakutan. Kali ini konflik turut menyeret Kasunanan Surakarta dan Kadipaten Mangkunagaran. Setelah ibundanya ditahan oleh Sultan Sepuh karena dianggap ikut memengaruhi Adipati Anom, Adipati Anom bekerja sama dengan Kapten Tan Jin Sing menemui John Crawford, residen Inggris untuk Yogyakarta. Dari hasil pertemuannya Crawford dalam suratnya kepada Raffles mengusulkan Adipati Anom diangkat lagi menjadi sultan. Dalam surat itu pula Notokusumo diusulkan menjadi Pangeran Merdika. Akhirnya diusulkan Raffles datang ke Yogyakarta dengan membawa pasukan untuk berperang.

Versi II:
Segera setelah penyerahan kekuasaan dari Belanda-Perancis kepada Inggris, Hamengkubuwana II kembali mengambil alih tahta dari putranya. Kepada pemerintah Inggris Sultan mengusulkan beberapa tuntutan, di antaranya, pembayaran kembali uang ganti rugi daerah pesisiran yang diambil Belanda, Penyerahan makam-makam leluhur, dan diserahkannya Pangeran Natakusuma dan putranya Natadiningrat.

Oleh Raffles HB II dibiarkan dalam kedudukannya dan bahkan diperkuat kedudukannya. Tuntutan Sultan untuk membebaskan kedua kerabatnya dipenuhi. Sebaliknya HB II diminta untuk membubarkan Angkatan Bersenjata Kasultanan. Akibat campur tangan Inggris terlalu jauh dalam urusan istana, HB II segera mengadakan perundingan dengan Sunan Pakubuwono IV untuk melepaskan diri dari Inggris. HB II secara terang-terangan menentang Inggris dengan menolak pembubaran pasukannya dan justru memperkuat pertahanan di istana serta menambah jumlah milisi bersenjata. Natakusuma dan Kapten Tan Djiem Sing-lah yang memberi tahu kepada Inggris segala rencana Sultan.

Dan akibatnya pada 18 Juni 1812, pasukan Inggris bersenjata lengkap dipimpin Admiral Gillespie mengepung Kraton Yogyakarta, dibantu oleh Legiun Mangkunegaran di bawah komando Pangeran Prangwedana. Gillespie segera mengirim ultimatum kepada HB II untuk segera menyerahkan tahta pada Adipati Anom dan menjadikan BPH Natakusuma menjadi pangeran mardika. Sultan HB II dengan tegas enggan memenuhi ultimatum. Sebuah versi lain mengemukakan mulai 18 Juni 1812 istana mulai dihujani meriam. Setelah mengepung tiga hari dan mengadakan serangan kilat pada hari terakhir, istana dapat ditaklukkan pada 20 Juni 1812. Versi lain berpendapat mulai 20 Juni 1812 keraton mulai diserang dan pada 28 Juni 1812 istana sepenuhnya dapat dikuasai Inggris. Pada tanggal itu pula Sultan HB II untuk kedua kalinya diberhentikan dan sekali lagi HB III dinobatkan sebagai Sultan Yogyakarta.

Akhirnya HB II ditangkap dan dibuang ke Pulau Penang dan putra mahkotanya RM Suryo dinobatkan sebagai raja penuh bergelar Sultan Hamengku Buwono III (HB III). Peristiwa ini dikenal sebagai GEGER SEPOY oleh orang-orang Yogyakarta. (catatan: Sepoy berasal dari kata nama pasukan Inggris yg direkrut dari kaum Sepoy/Sepohi/Sepehi dari India).

Akibat pertempuran tersebut, Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat harus menerima konsekuensi, antara lain:
Yogyakarta harus melepaskan daerah Kedu, separuh Pacitan, Japan, Jipang dan Grobogan kepada Inggris dan diganti kerugian sebesar 100.000 real setiap tahunnya. Angkatan bersenjata Kasultanan Ngayogyakarta diperkecil menjadi hanya beberapa kesatuan tentara keamanan keraton saja. Sebagian daerah kekuasaan keraton diserahkan kepada Pangeran Notokusumo, saudara tiri HB II yang berjasa mendukung Inggris, dan diangkat menjadi Pangeran Adipati Paku Alam I.

Berdasarkan point (3) di ataslah, kemudian Pangeran Notokusumo dinobatkan menjadi Gusti Pangeran Adipati Paku Alam I pada 29 Juni 1813, menyusul Political Contract 17 Maret 1813 antara Residen Inggris John Crawford dan Pangeran Notokusumo, yg isinya antara lain:
BPH Notokusumo diangkat sebagai Pangeran Mardika di bawah Kerajaan Inggris dengan gelar Pangeran Adipati Paku Alam I. Kepadanya diberikan tanah dan tunjangan, tentara kavaleri, hak memungut pajak, dan hak tahta yang turun temurun. Tanah yang diberikan meliputi sebuah kemantren di dalam kota Yogyakarta (sekarang menjadi wilayah kecamatan Pakualaman) dan daerah Karang Kemuning (selanjutnya disebut Kabupaten Adikarto) yang terletak di bagian selatan Kabupaten Kulon Progo sekarang.  Sumber : wikipedia


Pintu masuk komplek makam Paku Alam


******

Postingan Populer