Uzlah Kangge Noto Ati Noto Roso

Minggu ke-4, 25 Januari 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar




Assalamu'alaikum Wr. Wb
Para Warga Padhepokan
Ada sebuah kisah menggambarkan betapa keluasan jiwa, keluasan hati para pemimpin, para ulama jaman dahulu. Suatu ketika dalam perjalanan Sunan Pandanarang dari daerah Asem Arang, sekarang disebut Semarang sampai di Kabupaten Klaten, seorang yang pada awalnya adalah bupati dan mempunyai jabatan yang tinggi, Kanjeng Sunan Pandanarang begitu melepas atribut duniawi dengan jalan uzlah.

Ketika sampai di  daerah Wedi karena sudah tidak ada lagi yang bisa dimakan maka beliau akhirnya menghamba kepada seorang panjual makanan yang bernama Nyai Tasik (karena sebenarnya berasal dari Tasikmalaya). Dengan segala kesederhanaannya Ki Ageng Pandanaran menerima kondisi menjadi seorang pembantu di warung Nyai Tasik bahkan bertempat tinggal dibekas kandang ayam. Bisa dibayangkan seorang bekas adipati tidur dibekas kandang ayam tapi karena keluasan jiwa sudah melepas segala urusan duniawi dan beliau sangat  bersyukur sudah ada yang menolong.

Suatu hari Sunan Pandanaran tertidur setelah sholat Subuh dan beliau lupa untuk menyiapkan segala sesuatu untuk kebutuhan warung Nyai Tasik termasuk mencari kayu dan mengisi air. Mengetahui hal itu Nyai Tasik sangat marah kepada Sunan Pandanaran. “Ini bagaimana, harusnya kemarin sudah mencari kayu, harusnya sudah mengisi air yang banyak, kenyataannya kayu dan air habis, terus dengan apa aku memasak sekarang”, hardik Nyai Tasik. Mengetahui junjungannya diperlakukan seperti itu, Syech Ula dan Syech Dumba sebenarnya merasa tidak terima akan tetapi Sunan Tembayat berkata, “Sabar ing ngatase cobo alam donya”.

Setelah itu Kanjeng Sunan Tembayat segera mengisi gentong air tapi aneh dengan "kelebihannya" bukannya menggunakan kendi atau jun yang biasa dilakukan orang lain tapi beliau menggunakan keranjang yang terbuat dari anyaman daun kelapa (blarak) dan membuat orang-orang disekitarnya heran. Salah satu pembeli ketika itu ingin memesan kopi kemudian disuruhlah Sunan Tembayat untuk memanaskan air dan sekali lagi dengan kelebihannya Sunan Tembayat tidak menggunakan kayu tapi menggunakan tangannya untuk memanaskan air. Secara tidak sengaja kejadian itu diketahui oleh beberapa orang dan Nyai Tasik sendiri maka akhirnya mereka menangis dan menyesal karena sudah berbuat sewenang-wenang kepada seorang yang ternyata adalah Sunan Tembayat. Tapi dengan kerendahan hati justru beliau yang meminta maaf karena sudah membuat orang tahu dengan apa yang dilakukan.

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Sunan Tembayat memanaskan air dengan tangan

Para Warga Padhepokan
Kalau cerita ini diimplementasikan di jaman ini, sudah titimangsane jaman mpun kados ngaten, tidak karuan keadaannya. Urusan segalanya diarahkan ke duniawi bahkan menyembah Allah pun. Ibadah apapun bentuknya sudah dipoles seolah-olah beribadah kepada Allah tapi sebenarnya untuk kepantingan pribadi. Jaman sudah berubah dan sudah saatnya kita harus uzlah atau bahasa lain “mengasingkan diri”.

Uzlah artinya mengasingkan diri dari dunia ramai, masuk ke dunia kesendirian, dengan tujuan menghidupkan jiwa dan mensucikan pikiran dari pengaruh yang merusak. “Tak ada sesuatu yang lebih bermanfaat atas hati sebagaimana uzlah sebab dengan memasuki uzlah alam pemikiran kita akan menjadi lapang. "Dengan uzlah akan memperkuat pikiran sehat, menerangi logika dengan sinar Allah, menjauhkan diri dari pikiran maksiat dan perbuatan dosa.

Dalam arti yang kita asingkan adalah hati kita , yang kita kosongkan adalah hati kita dari urusan duniawi tapi bukan berarti kita melepas seluruhnya urusan duniawi, bukan berarti kita terlepas urusan duniawi, tidak peduli lagi dengan urusan duniawi tapi segala sesuatu yang terkait dengan dunia jadikan itu sebagai pawatan anggone ngibadah ngarsaning Allah Gusti kang Maha Agung. Jika kita memiliki kelebihan harta maka gunakan itu untuk berbaik kepada sesama, kepada lingkungan, kepada diri sendiri. Manakala kita punya kekuatan, punya jabatan, gunakan hal  itu untuk kita sendiri dan untuk lingkungan sekitar.

Para Warga Padhepokan
Apakah Allah memerlukan kekuatan kita? Apakah Allah butuh kelebihan kita? Demi dzat yang menjadikan hidup, Allah tidak butuh semua kekuatan kita. Bahkan Allah tidak butuh sholat kita. Tapi kita yang perlu sholat. Kita yang perlu ibadah. Kekuatan itu bagi Allah adalah sesuatu yang diberikan kepada kita dan tinggal kita sendiri, bagaimana untuk menggunakannya? Apakah itu untuk kebaikan sesama? Apakah itu untuk kebaikan diri kiata atau justru sebaliknya. Begitu juga dengan kekuasaan.
Manakala saat ini kita pada posisi yang terlemahkan. Pada posisi yang terdholimi oleh keadaan, bisa keluarga, bisa masalah ekonomi, punya hutang, kesulitan dalam hal pembiayaan, bisa terdholimi oleh waktu maka kita pergunakan saat-saat ini dengan panuwun kita ngarsane Allah kanthi ati kita. Karena apa para dulur, do’anya orang-orang yang terdholimi ini maka do’anya tidak ditolak.

Seperti kejadian Sunan Tembayat diatas, tidak ada sama sekali unsur sombong Karena ilmunya, tapi karena Sunan Tembayat terdholimi oleh kata-kata yang menyakitkan maka beliau meminta kepada Allah agar diberi anugerah kekuatan untuk memanaskan air dengan tangannya.  Oleh karena itu ada pesan dari Sunan Tembayat,


"Ora ono kasekten sing ngalahake pepesten"

Uzlah kita saat ini adalah melepas segala urusan duniawi, melepas segala kesenangannya menuju kepada hakikat dan makrifat. Ada yang bertanya apakah makrifat itu? Jawaban yang paling sederhana dan mudah adalah, yang asalnya tidak tahu menjadi tahu. Artinya apa para dulur, dari yang kita tidak tahu akan kebenaran menjadi tahu sebuah kebenaran. Yang selama ini kita tertutup akan kesenangan duniawi, yang tidak sadar bahwa kesenangan itu akan menyakiti yang lain, akan mendholimi yang lain dan akhirnya kita sadar. Maka kita tidak lagi melakukan hal-hal yang menyakiti dan mendholimi yang lain. Itulah uzlah. Maka uzlahlah mulai sekarang, buanglah segala kesombongan. Yakini kita ini tidak ada apa-apa. Bani Adam itu artinya tidak ada maka nantinya juga tidak ada. Apa yang kita banggakan? Inalilahi wa inna lillahi roji'un. Kita akan kembali kepada Allah. Semua ini tidak ada, fana dan nantinya tidak ada. Oleh Karena itu para dulur, dengan uzlah dengan noto roso, kita pindahkan keinginan kita untuk menguasai dunia menjadi hamba Allah yang tidak merugikan orang lain dan pada akhirnya kita akan menjadi Abdullah, hanya abdinya Pangeran.

Para Warga Padhepokan
Oleh karena itu orang jawa ada namanya manekung, mendel , meneng, wirid dalam istilah lain adalah tafakur. Ada proses perenungan alam diri kita, ada proses merenung dihati kita sambil kita menyebut nama Allah. Sudahkah benar yang kita lakukan? Sudahkan yang kita tidak membuat sakit orang lain? Kalau sudah begitu akan ingat urutan kehidupan yaitu yaumul mizan.
Dahulu Rasulullah menerima wahyu untuk disebarkan tapi Kaum Quraisy tidak mau menerima. Muhammad dinilai masih muda dan masih belum punya kemampuan untuk itu padahal beliau adalah keturunan bangsawan dan istrinya juga kaya raya tapi tetap mereka masih tertutup hatinya. Makanya kita selalu meneladani akhlaq beliau. Kita jaga hati kita. Tidak ada yang besar selain Rasulullah dan setelah itu adalah Allah dan yang lain adalah tidak ada.

Para Warga Padhepokan
Marilah kita bersama dipadhepokan ini untuk belajar bersama mendekatkan diri kepada Allah dalam dzikirnya, dalam tingkah lakunya , dalam hatinya.  Kita bukan belajar perdukunan. Kita disini hanyalah tempat lereng jiwo, lereng pengarep-arep, lereh hanya kepada Allah yang sesuai dengan pesan Sunan Tembayat,

“Padakno lisanmu karo atimu”.

Manakala seseorang sudah sama antara lisan dan hatinya maka sudah tidak ada lagi pengingkaran karena Allah sudah didalam qolbu kita. Marilah kita bersihkan hati kita, kita bersihkan jiwa kita dari ujub, takabur, iri dan dengki yang membuat kita akan melupakan Pangeran, melupakan sak padane titah.

Mugi kulo  lan panjenengan lan sak anak kulo lan panjenengan tansah dipun paringi tetep imanipun, jejeg imanipun, tebih ing panggodaning ati, tansah dipun paringi hidayah dening Allah dipun paring slamet donyo slamet akhirat, mulyo dunyo mulyo akhirat.
Al-Fatihah

Wassalamu'alaikum Wr. Wb





Berdzikir Kepada Allah Sepenuh Jiwa Dan Raga

Minggu ke-3, 17 Januari 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar


Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Assalamu'alaikum Wr. Wb
Para Warga Padhepokan


Ya Allah kang Maha Agung paringono kulo lan jama’ah kulo, kamulyaning donya akhirat, kabejan donya akherat Al-Fatihah

Berdzikir kepada Allah itu menjadi tombone loro ati. Yang dimaknai berdzikir atau mengingat Allah itu tidak hanya sekedar wiritan, tidak hanya kita membaca Bismillah ribuan kali tapi  adalah mengingat Allah dalam segala hal. Pada saat duduk, pada saat berbaring, pada saat apa saja. Sholat itu sendiri sebenarnya adalah berdzikir. Banyak dzikir yang ada dalam kehidupan manusia yang dilupakan. Contohnya ketika kita ziarah kubur. Mendo’akan si fulan, mendoakan orang tua, mendoakan orang alim, mendoakan orang yang berjasa kepada kita, guru-guru kita, “Allahumma firlahu warhamhu wa`afihi wa`fu`anhu”.

Entah kapan kita ini bakal menyusul mereka, mungkin besok lusa atau mungkin nanti malam atau mungkin Allah masih memberi kita kesempatan untuk bertanam amal, bertanam kebaikan di dunia yang serba fana ini, dunia yang tidak nyata ini. Kita lupakan dunia, kita sudah lupa bab dunia. Walaupun dunia kita melimpah, mobil kita banyak, harta kita melimpah tapi tidak akan kita bawa menghadap Allah, yang kita bawa adalah tanaman-tanaman kita ketika Allah belum mencabut nyawa kita. Tanaman kebaikan terhadap sesama manusia. Tanaman kebaikan terhadap lingkungan sekitar. Tanaman kebaikan ketika kita sehat terhadap diri kita dan tidak dholim terhadap diri sendiri. Mari kita berpikir, dunia ini jika salah guna maka akan menjadikan selewengnya iman maka akan “tan guno” apa yang kita peroleh. Kita lupa bahwa kita mencari dunia ini sebenarnya untuk bekal mati kita nanti. Mestinya untuk berbuat baik “sak padane titah”. 

Para Warga Padhepokan
Ada dzikir-dzikir lagi untuk mengingat Allah untuk berbuat amal baik, kangge nyambut gae, kangge tetulung marang fakir miskin. Mengingat Allah dalam berbagai tindakan. Dzikir ini membuat kita terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Makanya dzikrullah menjadi tombo ati karena dari hati segala sesuatu itu berawal dari niat. Niat itu sebenarnya dari hati. Jika hati ini sudah bersih dari bisikan syetan sehingga kita nglungguhi derajatnya manusia jika hidup mati ibadah sholat manusia itu hanya untuk Allah dan semata-mata untuk beribadah.

Begitu kuat keinginan untuk beramal untuk keimanan kuncinya adalah dihati, bersihnya hati apapun namanya. Jika hati ini sudah bersih dan hilang penyakitnya maka hadirnya kita kehadirat Allah akan bersama dengan hati kita maka jika sudah seperti itu pasti Allah akan menjawab semua permasalahan kita.

Pada saat manusia masih atma belum diberi ruh oleh Allah, 3 bulan diberi nyawa maka manusia akan diberi nafsu. Diberinya nafsu ini bebarengan dengan ruh maka akan muncul keinginan-keinginan. Oleh karena itu kita harus berpikir dan sadar  bahwa dihati ini ada nafsu yang akan menjadi hijab/pembatas utuk kita sowan ngarsane Allah. Tapi dihati ini juga dumunung roso kangge Allah.

Makanya penyakit utama adalah dihati ini, ada iri, ada dengki, ada hasad, ada hasut, ada takabur. Hanya bisa disirnakan dengan dzikrullah, mengingat Allah. Bahkan Rasulullah pernah berkata, “Apik elek e manungso kuwi soko getih kang kempel, yaitu hati”.

Para Warga Padhepokan
Tapi didalam hati kita ini juga terdapat kebenaran sejati. Contoh, ketika kita akan mengambil sesuatu yang bukan hak kita maka hati kecil kita akan menolak walaupun akal ini memberi jawaban bahwa “toh tidak ada yang melihat dan tahu kalau kita mengambil barang tersebut”. Berawal dari situ mari kita semua para warga padhepokan tahsah eling marang ngarsane Allah, mengingat Allah dalam segala hal, dalam keadaan duduk, dalam kedaan berbaring agar Allah menjawab semua permasalahan kita. Sebenarnya masalah itupun memang sudah disiapkan oleh Allah agar kita bisa milah dan milih. Memilah permasalahan yang ada sehingga kita ketika sudah dipilah maka kita bisa memilih, mana yang baik untuk kita dan sebaliknya.

Jangan kaget banyak orang yang melakukan sesuatu yang berkedok agama tapi sebenarnya itu adalah urusan dunia. Misalnya, Ada seseorang yang menampung anak yatim tapi dibalik itu dia menjual keyakinan kepada pemerintah. Anak-anak yatim itu menjadi alat untuk mencari sumbangan. Menampung anak 10 tapi dilaporkan kepada pemerintah 200 anak dan sumbangannya turun bukan lagi untuk anak yatim tapi sisanya untuk dia sendiri. Maka inilah orang yang sudah kehilangan nuraninya. Ada seorang perempuan yang berhijab tapi dibalik itu muncul kesombongan. Hijab yang harusnya untuk menutup aurot tapi yang muncul justru membuka kesombongan. Hanya memunculkan pamer bahwa hijabnya bagus dan mahal.

Para Warga Padhepokan
Sepindah maleh, monggo kita sareng-sareng noto ati kita sowan ngarsanipun Allah, nenuwun ngarsanipun Allah, mengingat Allah dalam segala hal bersama hati kita bukan hanya raga kita tapi hati kita sepenuh jiwa raga kita, sehingga kita semua akan terjawab permasalahan kita semua, sehingga kita semua tansah sesarengan kaleh Allah

Mugi-mugi Allah tansah paring  pitulung apapun masalahipun donya lan akherat,
Al-Fatihah

Mugi-mugi Allah menjawab panuwun ndalu niki, mugi Allah ngijabahi, paringono keslametan donya akherat, bejo donya bejo akherat, ing ngatase kulo jamaah kulo, anak turun kulo lan  anak turun jamaah kulo, Allah nyukupi kekurangan kulo jamaah kulo, anak turun kulo lan  anak turun jamaah kulo lan membayar hutang ini, ya Allah… melunasinya, memberinya kesehatan ya Allah,
Al-Fatihah

Assalamu'alaikum Wr. Wb





Lamun Esem Siro Manis Braholo Suwito

Minggu ke-2, 11 Januari 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar





Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para Warga Padhepokan
Dikisahkan  Sunan Tembayat membangun Masjid Golo di puncak gunung Jabalkat. Jabal-ahad, jabal artinya gunung dan ahad artinya satu. Pada waktu itu ketika beraktifitas keagamaan diantaranya akan sholat yaitu adzan maka suara adzan menjadi sangat kencang dan menjangkau daerah yang jauh bahkan sampai ke tempat Sultan Bintoro yaitu Raden Patah. Karena suara adzan mengganggu masyarakat disekelilingnya maka beberapa waktu kemudian Sultan Demak Raden Patah meminta kepada Sunan Tembayat untuk memindahkan Masjid Golo tersebut ke tempat yang lebih rendah. Sunan Tembayat mendengar perintah tersebut maka dengan kekuatan do’a dan kelebihannya beliau dapat memindahkan Masjid Golo ke tempat yang lebih rendah yaitu tepatnya di lereng bukit daerah Dadap.

Dalam kesempatan kanjeng Sunan Kalijogo berpesan, “Anakku Pandanaran, ingsun diutus oleh Sultan Akbar Kanjeng Raden Patah untuk menghormati atau memberi hormat kepada keyakinan penduduk lain maka diperintahkan untuk memindahkan masjid itu ketempat yang lebih rendah”. Ketika kita ke komplek  makam Sunan Tembayat, Masjid Golo terletak lereng bagian bawah sedangkan yang dipelataran makam atas adalah masjid yang dibangun oleh Sultan Agung.

Para Warga Padhepokan
Apa yang terkandung dari peristiwa diatas adalah sangat maknawi. Islam adalah agama Rahmatan lil alamin. Islam adalah agama besar yang menyebarkan kedamaian, walaupun saat ini ada yang masih menggunakan takbirnya, mayoritasnya untuk kepentingan sepihak dan politik. Hanya oknum-oknum yang berkedok agama menggunakan jubahnya sebagai simbolis Islam. Islam adalah Rahmatan lil, Islam bukanlah Arab dan Islam tidak sama dengan Arab hanya kebetulan saja Rasulullah adalah orang Arab.


Apa yang dimaknai oleh Sunan Tembayat pada waktu itu adalah sebagai agama yang Rahmatan lil alamin, tentunya tidak boleh mengganggu ketenangan orang lain, walaupun hanya berupa suara, walaupun hanya suara adzan, tidak boleh mengganggu orang-orang yang berkeyakinan lain. Kedua, masjid itu bukan milik segolongan umat saja. Masjid itu milik siapa saja dan itu membuat suasana menjadi lebih sejuk. Sebab kalau dibangun dipuncak gunung Jabalkat maka hanya sebagian orang saja yang beribadah disitu akan tetapi ketika dipindah kebawah, ditepi jalan maka banyak masyarakat disekitar dapat melakukan aktifitas keagamaan di Masjid Golo tersebut. Siapa saja bisa sholat, siapa saja bisa beribadah.

Para Warga Padhepokan
Begitulah perkembangan Islam di tanah jawa dengan rasa damai. Pindahnya Masjid Golo tersebut didaerah Cokro Kembang daerah Bayat adalah menjadi suatu tanda bahwa masyarakat bisa sholat dengan mudah. Masyarakat Tembayat menyadari betul bahwa segala sesuatu itu didasari dari hatinya. Ada yang ketika adzan berkumandang segera datang ke Masjid Golo padahal rumahnya jauh. Ada juga yang dekat dengan Masjid tapi enggan untuk berangkat. Ini menandakan bahwa yang menjadi pembeda adalah hatinya bukan jarak. Oleh karena itu  Islam bukan hanya menata raga saja tetapi juga jiwa.  Dan sebenarnya dibelakang Masjid Golo tersebut pada awalnya adalah makam dari Sunan Tembayat sebelum dipindahkan keatas oleh Sultan Agung.

Pada saat Perang Prambanan dikisahkan Joko Tingkir  atau Mas Karebet atau Hadiwijaya sebagai murid Sunan Tembayat datang ke makam Sunan Tembayat untuk berziarah akan tetapi Joko Tingkir tidak mampu membuka pintu makam. Sang Sultan Pajang tersebut akhirnya sadar bahwa inilah tanda bahwa waktunya sudah tiba atas kehendak Allah untuk menyerahkan kursi Pajang ke putra angkatnya yaitu Raden Ngabehi Loring Pasar  atau Danang Sutawijaya (anak dari Ki Ageng Pamanahan) yang kelak menjadi Raja Mataram yang terkenal dengan gelar Panembahan Senopati.

Turunnya Masjid Golo ke bawah adalah bagian dari akhlak umat islam kepada lingkungannnya. Islam tidak pernah mengajarkan kepentingannya sendiri tapi Islam mengajarkan kebersamaan seperti di dalam Al-Quran, “Ruku' dan sujudlah kamu bersama orang yang ruku' adan sujud”. Termasuk disini ruku' dan sujud hati. Jangan hanya melakukan ruk'u tetapi hanya gambar ruku' begitu juga melakukan sujud tapi hanya gambar sujud.

Oleh Karena itu jika kita mengerti ada salah satu pesan Sunan Tembayat :

"Lamun  esem siro manis, braholo suwito"

Kalau senyum kita  manis, jika akhlak kita baik, braholo itu angkara murka orang yang berakhlak jelek pun akan suwito atau akan nderek atau mengikuti. Contoh braholo suwito didalam sejarah Rasulullah adalah seorang Umar bin Khattab beliau sebelumnya adalah orang yang keras, suka berkelahi, ahli perang akan tetapi dengan akhlak Muhammad maka Umar menjadi suwito.

Para Warga Padhepokan
Kita hayati Islam kanthi roso kang inggil. Kita seimbangkan dengan nalar kita. Jangan menjadi orang yang berorientasi kekerasan isinya hanya menyalahkan orang lain. Hanya dengan berbekal kalimat Allahu Akbar maka dengan mudahnya menyalahkan orang lain dan berperang dengan bangsanya sendiri, seagama dan orang-orang yang berpakaian putih itu ternyata bukan orang yang ikhlas kepada Allah akan tetapi digiring dan dibayar untuk kepentingan politik Pilkada. Ini menyesatkan. Bukan berarti  Islam tidak boleh mewarnai apapun yang terjadi akan tetapi jangan sampai Islam yang Rahmatan lil alamin ini di warnai, dicoreti dan ditunggangi kepentingan duniawi.

Termasuk didalam diri kita ini. Kita harusnya menerima ikhlasing pandum dari Allah. Bukannya kita tidak berusaha akan tetapi sebelum berusaha berdoa, “Ya Allah gesang niki kagungane panjenegan, penjenengan paringi gesang kulo khusnul khotimah”. Usaha itu juga doa. Usaha itu juga tuntunannya Allah. Sehingga apa yang kita lakukan hanya lillah kerono Allah.

Apapun yang kita lakukan Allah akan tahu. Karena sebetulnya Allah berada di Bahrul Qolbi kita. Sujud kita karena Allah atau sujud kita karena duniawi. Sujud kita karena Allah atau sujud kita karena mengharap surga. Sujud kita karena Allah atau sujud kita karena takut neraka. Masya Allah…sejatine urip niku mung kerono Allah, mbalik yo kerono Allah lan dumateng Allah.
Kerono niku, kita olah roso kita , kita dandani roso kita sehingga tukul ing tindakan, apa yang kita lakukan benar-benar menuju Allah.

Mugi kulo lan para warga sak anak turun sedoyo tansah dipun paring nikmat Allah, nikmat iman,nikmat cukup sedayane namung Allah kang nyukupi sedayane.
Al-Fatihah

Khususan Rasulullah, kanjeng Sunan Tembayat…Al-Fatihah

Dumateng Bapak ibu kita sedoyo lan anak turun kita sedoyo mugi Allah maringi iman, maringi keikhlasan maringi kemulyaan donya akhirat.
Al-Fatihah








Totonen Atimu Yen Milek Noto Uripmu

Minggu ke-1, 4 Januari 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar



Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para Warga Padhepokan
Kalau kita mempelajari pelajaran ilmu hakikat, jagad itu ada dua yaitu jagad agung dan jagad alit. Jagad alit itu yang bisa kita lihat, samubarang sing ketok netro, contoh : mobil, gedung, uang dan lain-lain. Sedangkan yang dimaknai jagad agung itu adalah suatu ruang dalam hati kita dimana Allah bersemayam atau sering disebut Bahrur Kalbu. Jagad agung itu manakala bisa tertata dengan baik, manakala jagad agung ini bisa tentrem maka jagad alit dan semuanya akan tentram termasuk gesang. Oleh karena itu di padhepokan ini ada pitutur, “Totonen atimu yen milek noto uripmu”.

Para Warga Padhepokan
Hati kita ada didalam jagad agung, cita-cita kita bahkan mobil, gedung bisa masuk ke dalam hati. Inilah yang harus kita “toto”. Apapun yang kita miliki didunia ini, jabatan, kesehatan, kekayaan, derajat, pangkat, harta, tahta, wanita, apapun itu manakala hati ini, jagad alit ini tidak bisa kita toto maka seolah-olah kita hidup didalam penderitaan, urip niku tan guno. Contohnya, Ada orang kaya, hartanya banyak tapi hatinya tidak pernah tertata. Hidupnya berantakan tidak karuan. Maka yang didapatkan adalah kebahagian sesat dan sesaat. Mainan sabu atau obat-obatan, mainan wanita, mainan judi dan lain-lain.

Ada seseorang yang mempunyai jabatan tinggi manakala hatinya tidak bisa tertata maka jabatan itu tidak membawanya kedalam keberkahan. Bergerak sedikit bingung merasa seperti didalam neraka. Seperti yang kita semua lihat, seorang ketua partai besar bingung karena hatinya tidak bisa ditoto akhirnya melakukan korupsi besar-besaran dan bertindak seolah-olah malah seperti orang yang sakit, sakit hati, sakit jiwa.

Ada orang yang hidupnya sederhana, biasa saja. Tapi jagad agungnya sehat, hatinya sehat. Kebahagian itu pasti akan dicapai. Kebahagiaan itu ada didirinya. Maka orang ini tidak gumunan, ora kagetan melihat tetangganya mobra-mubru sugih, tidak kaget. Tidak ikut hibah, tidak ikut menggunjing karena dia menganggap bahwa dunia ini sementara.

Para warga Padhepokan
Ditoto atine….menghadapi kehidupan-kehidupan, dari tahun ke tahun dimana  umur kita semakin berkurang…berkurang dari jatah umur yang diberikan Allah. Kenapa hidup ini disengsarakan? Kenapa hidup ini kita lebih mementingkan dunia?  Ati ini yang ditoto agar hidup kita bahagia . Bahagia adalah manakala kita bersama Allah. Bahagia kita manakala bisa memberi manfaat bagi sesama makhluk hidup. Punya derajat, pangkat, jabatan, kekayaan jika  urip niki ora migunani marang sak padane titah maka mokal anane arep bahagia. Sugih o koyo ngopo yen urip iki ora sesarengan marang pangeran mokal anane arep bahagia. Maka kebahagian itu didalam hati, itu yang harus ditata, apapun keberadaannya.

Ada beberapa orang yang ketika akan diberi kelimpahan rejeki akan takut menggunakan dunia ini diluar kehendak Allah. Maka inilah bentuk-bentuk orang yang tawadhu’, sopan kepada Allah. Umumnya jika orang itu ketika hatinya sudah kegubel hawa nafsu maka yang dicari bukan tentang kebahagian abadi, yang dicari bukan kebersamaan  dengan Allah, yang dicari bukan mampukah atau bergunakah saya bagi masyarakat tapi yang penting aku senang.  Hatinya sudah terbungkus hawa nafsu.

Kita  harus menyadari , Inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahirabbil alamin, maka hidup ini kudu migunani. Tarikan nafas kita ibadah apapun yang kita lakukan ibadah.

Para warga padhepokan jangan membatasi berpikir jika ibadah itu tidak hanya sholat, puasa dan lain-lain tapi harus berwawasan luas bahwa segala yang kita lakukan untuk kebaikan tentunya adalah ibadah.

Kalau sudah hatinya seperti itu maka yakin demi Allah, maka hidup kita tentunya mesti toto dan menyadari bahwa hidup ini adalah sebuah ujian. Ada ujian mudah dan ada ujian sulit. Ada yang kelihatannya kaya karena dielu-elu oleh Allah. Ada yang kelihatannya miskin karena Allah kangen karo pangrintihe wong. Orang kalau sudah toto ketika ada musibah maka selalu menyebut, Allah..Allah..Allah. Jika belum toto maka selalu timbul menyalahkan orang lain, menggunjing dll.
Oleh karena itu para dulur warga padhepokan, jagad agung mari kita kendalikan.

Para Warga Padhepokan
Diceritakan ketika Sunan Kalijaga sedang bertapa, bertemulah beliau dengan Nabi Khidir dan dijelaskan tentang ilmu jagad agung dan jagad alit serta  diperintahkan masuk kedalam diri Nabi Khidir melalui telinganya. Sempat ragu Sunan kalijaga mendengar peritah tersebut. Apakah mungkin aku bisa masuk melewati telinga, Apakah cukup? Lalu Nabi Khidir membentak, “Hai Kalijaga, Jebeng…jangan dianggap tidak bisa, masuklah!”. Dalam serat Dewa Ruci ini salah satunya dijelaskan bahwa hakikatnya didalam telinga kita, apapun….berita sebesar apapun pasti bisa masuk. Inilah yang harus kita kendalikan, harus kita saring. Benakah itu? Ada manfaatnyakah itu?


Maka yang paling penting didalam hidupnya adalah tumataning ati manfaating diri. Atine awake dewe papak lungguh ing roso manfaatne  jiwo kita lan rogo kita tumrap sak padane titah gawe sowan ngarsane Allah. Banyak orang yang hanya melakukan gambar sholat, gambar zakat, gambar haji, seolah-olah kalau sudah pulang dari barat pulang dengan segala sesuatu yang sudah dianggap suci berlabelkan Mekah adalah segalanya. Lupa…lali…jika pangeran itu Maha suci Maha mengetahui. Nawaitu itu apa? Tumataning ati itu apa?

Orang itu jika sudah mencapai puncak iman maka akan melakukan segala sesuatu itu ikhlas kerono Allah, dia tidak lagi takut neraka, dia tidak lagi berburu pahala tapi yang dilakukan adalah sebuah keikhlasan, ikhlas pandume Allah, ikhlas peparinge Allah, yang diharapkan hanyalah cinta dari Allah.

Para Warga Padhepokan
Mari menata hati, menata jiwa, menata raga. Kita menyadari bahwa Islam bagaikan anggota tubuh. Kaki  tidak perlu ingin menjadi kepala dan kepala tdak perlu ingin menjadi kaki. Yang jadi petani tidak perlu ingin menjadi presiden begitu juga sebaliknya. Tapi yakinkan yang petani memberi manfaat untuk presiden  dan presiden memberi manfaat untuk petani. Yakini semua ada manfaatnya. Seperti kita ingat bahwa Allah menjadikan segala sesuatu itu pasti ada manfaatnya. Ora kedunungan milek marang barange liyan. Jika Jagad agung mpun tumoto, Insya Allah bahagia. 


Pramilo niku itu para dulur padhepokan, kita nenuwun ing ngarsane Allah, mugi kulo  lan panjenengan lan sak anak kulo lan panjenengan tansah dipun paringi tetep imanipun, jejeg imanipun, dipun paring slamet donyo slamet akhirat, mulyo dunyo mulyo akhirat.
Al-Fatihah

Semoga hidayah Allah disadari sehingga menjadikan kita tidak dangkal untuk berfikir dan diberi rejeki halal banyak barokah sehingga dapat menutup segala kekurangan.
Al-Fatihah

Wassalamu'alaikum Wr. Wb



Sak Bejo-bejone Wong Kang Lali, Isih Luwih Bejo Wong Kang Eling Lan Waspodo

Minggu ke-4, 28 Desember 2017

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar


Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para Warga Padhepokan
Pemahaman tentang sebuah ilmu, pemahaman-pemahaman tentang llmu agama ataupun ilmu ke-Islaman sampai tingkat  hakekat maka akan muncul suatu kebijakan suatu kedamaian. Dahulu  Buya Hamka, Kyai Hamka, kalau di Sumatera Kyai itu dipanggil Buya, Haji Abdul Malik Karim Amrullah pernah berkata, “Awalnya aku menganggap bid’ah apa yag dilakukan oleh saudara-saudaraku Islam yang lain seperti  ke kubur, seperti membaca sholawat-berjanji, namun setelah aku memahami semuanya dan telah membaca lebih dari 1000 buku maka aku memahami itulah yang benar”. Itulah kehakekatan seseorang. Kalau kita ketahui beliau adalah salah satu tokoh organisasi besar dari Muhammadiyah dan seorang tokoh yang sangat disegani didunia.

Adalah seseorang, beliau adalah putra mahkota raja Ar-Rum, kalau sekarang Turki. Beliau mendapat tugas untuk dakwah ke tanah Jawa. Karena tanah Jawa sudah menjadi pembicaaraaan dikalangan penguasa Islam di Timur Tengah. Ada sebuah pertanyaaan, Kenapa penyebaran Islam di pulau Jawa tidak begitu cepat? Setelah dipelajari ternyata kultur masyrakat Jawa itu tidak sama dengan yang lain. Orang Jawa jika disebari agama Islam dengan orang-orang yang berdagang atau saudagar maka orang Jawa akan mengatakan, “Aku tidak, aku sudah punya keyakinan, aku sudah punya agama”. Kenapa seperti itu? Karena saudagar/pedagang mereka anggap masih berburu tentang duniawi. Padahal Al-Quran menyebut bahwa memperbolehlan berdagang asal tidak riba. Bahkan Rasulullah adalah seorang pedagang yang jujur.  Masyarakat Jawa saat itu menganggap kejujuran pedagang yang datang ke Indonesia masih kurang. Mereka belum begitu menerima. Tetapi jika dilakukan oleh seorang Kyai, Resi atau Wali maka akan jauh lebih cepat.

Para Warga Padhepokan
Tersebutlah seorang yang bernama Syekh Samsu Zein seorang guru yang datang dari Turki ke Indonesia. Beliau datang ke Indonesia menemui Raja Kaweswara I pada saat itu. Beliau mendekati pertama kali seorang penguasa, bukan karena kekuasaan dan kekayaannya tapi karena pengaruhnya dimasyarakat. Karena berkulit bersih dan kuning serta hidungnya yang panjang dan melengkung maka pada saat itu orang jawa menyebut beliau dengan Resi Mayangkara dan kelak disebut Syekh Subakir. Beliau adalah seorang ahli Ekologi dalam Islam dan membawa beberapa ajaran serta buku-buku terjemahan tentang Ilmu Falaq/ilmu perbintangan (Tulisan Abu Mansyur Al-Falaqi) yang mengajarkan dan melihat  bahwa kedepan akan terjadi sesuatu berdasarkan kondisi saat ini  tapi bukan ramalan.

Para Warga Padhepokan
Disebutkan bahwa Syekh Subakir memberi pesan kepada Raja Kameswara I bahwa “Orang jika ingin selamat harusnya akan selamat tidak hari ini saja tetapi selamat untuk semua dan seterusnya”. Slamet rikolo enek beboyo. Kapan marabahaya itu ada? Ya, selama kita hidup di alam dunia ini. Kalau kita pelajari lebih jauh kata slamet/selamat berasal dari kata aslama/Islam. Oleh karena itu sebagai umat Islam haruslah selamat baik selamat lahir dan selamat batin. Selamat dunia juga selamat akhirat. Maka oleh Syech Subakir, Kameswara I diberi nama Jayabaya.

Jika kita lihat sejarah masa lalu Syekh Siti Djenar, Syekh Al-Hallaj bahkan Jalaludin Ar-Rumi mengatakan bahwa dunia ini adalah tempat bertanam. Kadang bisa tumbuh kadang tidak bisa menghasilkan. Mereka menyebut hidup di alam dunia ini ibarat neraka. Kenapa seperti itu? Coba kita lihat, semua yang ada didunia ini adalah penuh godaan. Makanya di alam dunia ini bagaikan berjalan diatas rambut dibelah tujuh atau jika ingin selamat harus bisa melewati Sirathal Mustaqim. Sangat sulit para warga. Mohon maaf jika berbeda dengan pandangan syariat tentang Sirathal Mustaqim. Untuk mencapai hakekat Allah, mencapai seorang yang mencintai Allah dan betul-betul karena Allah itu sangat–sangat susah. Banyak contoh kyai yang notabene adalah seorang abdi Tuhan, pekerjanya Allah atau PNS didunia agama, banyak  yang sekedar menjual ayat-ayat Allah dan hanya mementingkan kepentingannya sendiri untuk hanya mengejar ambisi duniawi. Oleh karena itu makanya dunia ini penuh dengan godaan, penuh jebakan baik dari diri sendiri maupun dari luar diri.

Para Warga Padhepokan
Maka diajarkanlah seorang Jayabaya oleh Syekh Subakir tentang kitab Al-Falaq dan oleh Jayabaya diterjemahkan kedalam bahasa Jawa yang kelak diberi nama Al-Musaror yang dibawa oleh Kanjeng Sunan Kalijaga. Jayabaya mengeluarkan  jangka. Jangka itu waktu, masa, panjongko panemu. Jayabaya mengeluarkan panemuning ati dalam menghadapi masalah-masalah duniawi bahwa kita akan selamat manakala kita berpegang teguh pada keislaman. Ya Allah…begitu indah Syekh  Subakir dalam mengajarkan ke-Islaman, menjajarkan dengan hakekatnya, mengandengkan budaya Jawa dan tidak menimbulkan gesekan dengan pihak lain.

Jika seseorang mempelajari ilmu hakekat secara benar seperti Syekh Subakir, mereka akan berprinsip bahwa manusia adalah keturunan Nabi Adam dan Nabi Adam berasal dari tanah maka jika kita memandang keatas akan selalu muncul hawa nafsu  dan ketika memandang kebawah akan mensyukuri nikmat. Ini juga adalah bagian dari sirathal mustaqim ingatase urip ning donya.
Maka orang jawa mempercayai jongko/jangka ini dan panemune Jayabaya ini terjadi dan dilakukan/dijalankan sendiri oleh Jayabaya. Maka jayabaya meninggalkan atribut keduniawiannya. Orang menyebut Jayabaya itu mokhsa padahal beliau menjalankan kehidupan kerakyatan yang sederhana dan makamnya di Botoputih dekat Klanderan.

Kalau kita sudah memahami seperti ini bahwa didunia ini betapa sulitnya. Kita berbuat baik dan menolong orangpun juga belum tentu benar. Mempunyai niat baik menolong juga belum tentu benar. Ada orang sholat itupun belum tentu sholat yang sebenarnya. Ada yang sholatnya  karena berharap pahala dan takut pada neraka. Ada yang sholatnya karena sebatas perintah saja. Ada yang memang membutuhkan sholat untuk lebih dekat kepada Allah.

Sak Bejo-bejone Wong Kang Lali, Isih Luwih Bejo Wong Kang Eling Lan Waspodo

Oleh karena itu diakhir panjangka Jayabaya ditulis :


"Sak bejo-bejone wong kang lali, isih luwih bejo wong kang eling lan waspodo”.

Eling itu kepada Allah, eling itu vertikal. Eling marang Allah, kita ini tidak bisa dan bukan apa-apa dan akan kembali keasalnya. Selalu berdzikir kepada Allah sehingga diantara yang dzikir itu menjadi obat hati. Innalillahi wa inalillahi roji’un.

Waspodo niki horizontal. Ojo sampe ngreridu atine ewake dewe ing ngatase iman. Kita harus selalu waspada tentang duniawi supaya iman kita tidak tergoda oleh dunia dalam bentuk apapun. Panggodane ning alam donya niki kathah sanget. Berupa uang, mungkin kita diuji dengan kekayaan, kita lupa Allah. Diuji dengan kemiskinan, kita lupa Allah. Diuji dengan anak, istri, saudara, jabatan dan berbagai macam bentuk godaan lainnya.

Pramilo niku itu para dulur padhepokan, kita nenuwun ing ngarsane Allah diparingi jejeg-e iman, ing ngatase kita lan anak turun kita kanthi umul kitab Fatihah. Kita suwunaken dumateng Allah, kita anak turun kita sedoyo ingkang susah paringi bungah, ingkang sakit paring sehat, ingkang ekonominipun rusak mugi Allah enggal paring rejeki ingkang halal barokah, ingkang kagungan utang enggal saget nyahur, Allah nglimpahaken rahmat, Allah paring barokah,
Al-Fatihah

Ya Allah ya Robi, nyuwun paring keselametan dumateng jama’ah kulo, ya Allah, paring keselametan dunia akhirat. Mugi kulo lan panjenengan diparingi ketentreman batin,
Al-Fatihah

Wassalamu'alaikum Wr. Wb





Postingan Populer