Lamun Esem Siro Manis Braholo Suwito

Minggu ke-2, 11 Januari 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar





Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para Warga Padhepokan
Dikisahkan  Sunan Tembayat membangun Masjid Golo di puncak gunung Jabalkat. Jabal-ahad, jabal artinya gunung dan ahad artinya satu. Pada waktu itu ketika beraktifitas keagamaan diantaranya akan sholat yaitu adzan maka suara adzan menjadi sangat kencang dan menjangkau daerah yang jauh bahkan sampai ke tempat Sultan Bintoro yaitu Raden Patah. Karena suara adzan mengganggu masyarakat disekelilingnya maka beberapa waktu kemudian Sultan Demak Raden Patah meminta kepada Sunan Tembayat untuk memindahkan Masjid Golo tersebut ke tempat yang lebih rendah. Sunan Tembayat mendengar perintah tersebut maka dengan kekuatan do’a dan kelebihannya beliau dapat memindahkan Masjid Golo ke tempat yang lebih rendah yaitu tepatnya di lereng bukit daerah Dadap.

Dalam kesempatan kanjeng Sunan Kalijogo berpesan, “Anakku Pandanaran, ingsun diutus oleh Sultan Akbar Kanjeng Raden Patah untuk menghormati atau memberi hormat kepada keyakinan penduduk lain maka diperintahkan untuk memindahkan masjid itu ketempat yang lebih rendah”. Ketika kita ke komplek  makam Sunan Tembayat, Masjid Golo terletak lereng bagian bawah sedangkan yang dipelataran makam atas adalah masjid yang dibangun oleh Sultan Agung.

Para Warga Padhepokan
Apa yang terkandung dari peristiwa diatas adalah sangat maknawi. Islam adalah agama Rahmatan lil alamin. Islam adalah agama besar yang menyebarkan kedamaian, walaupun saat ini ada yang masih menggunakan takbirnya, mayoritasnya untuk kepentingan sepihak dan politik. Hanya oknum-oknum yang berkedok agama menggunakan jubahnya sebagai simbolis Islam. Islam adalah Rahmatan lil, Islam bukanlah Arab dan Islam tidak sama dengan Arab hanya kebetulan saja Rasulullah adalah orang Arab.


Apa yang dimaknai oleh Sunan Tembayat pada waktu itu adalah sebagai agama yang Rahmatan lil alamin, tentunya tidak boleh mengganggu ketenangan orang lain, walaupun hanya berupa suara, walaupun hanya suara adzan, tidak boleh mengganggu orang-orang yang berkeyakinan lain. Kedua, masjid itu bukan milik segolongan umat saja. Masjid itu milik siapa saja dan itu membuat suasana menjadi lebih sejuk. Sebab kalau dibangun dipuncak gunung Jabalkat maka hanya sebagian orang saja yang beribadah disitu akan tetapi ketika dipindah kebawah, ditepi jalan maka banyak masyarakat disekitar dapat melakukan aktifitas keagamaan di Masjid Golo tersebut. Siapa saja bisa sholat, siapa saja bisa beribadah.

Para Warga Padhepokan
Begitulah perkembangan Islam di tanah jawa dengan rasa damai. Pindahnya Masjid Golo tersebut didaerah Cokro Kembang daerah Bayat adalah menjadi suatu tanda bahwa masyarakat bisa sholat dengan mudah. Masyarakat Tembayat menyadari betul bahwa segala sesuatu itu didasari dari hatinya. Ada yang ketika adzan berkumandang segera datang ke Masjid Golo padahal rumahnya jauh. Ada juga yang dekat dengan Masjid tapi enggan untuk berangkat. Ini menandakan bahwa yang menjadi pembeda adalah hatinya bukan jarak. Oleh karena itu  Islam bukan hanya menata raga saja tetapi juga jiwa.  Dan sebenarnya dibelakang Masjid Golo tersebut pada awalnya adalah makam dari Sunan Tembayat sebelum dipindahkan keatas oleh Sultan Agung.

Pada saat Perang Prambanan dikisahkan Joko Tingkir  atau Mas Karebet atau Hadiwijaya sebagai murid Sunan Tembayat datang ke makam Sunan Tembayat untuk berziarah akan tetapi Joko Tingkir tidak mampu membuka pintu makam. Sang Sultan Pajang tersebut akhirnya sadar bahwa inilah tanda bahwa waktunya sudah tiba atas kehendak Allah untuk menyerahkan kursi Pajang ke putra angkatnya yaitu Raden Ngabehi Loring Pasar  atau Danang Sutawijaya (anak dari Ki Ageng Pamanahan) yang kelak menjadi Raja Mataram yang terkenal dengan gelar Panembahan Senopati.

Turunnya Masjid Golo ke bawah adalah bagian dari akhlak umat islam kepada lingkungannnya. Islam tidak pernah mengajarkan kepentingannya sendiri tapi Islam mengajarkan kebersamaan seperti di dalam Al-Quran, “Ruku' dan sujudlah kamu bersama orang yang ruku' adan sujud”. Termasuk disini ruku' dan sujud hati. Jangan hanya melakukan ruk'u tetapi hanya gambar ruku' begitu juga melakukan sujud tapi hanya gambar sujud.

Oleh Karena itu jika kita mengerti ada salah satu pesan Sunan Tembayat :

"Lamun  esem siro manis, braholo suwito"

Kalau senyum kita  manis, jika akhlak kita baik, braholo itu angkara murka orang yang berakhlak jelek pun akan suwito atau akan nderek atau mengikuti. Contoh braholo suwito didalam sejarah Rasulullah adalah seorang Umar bin Khattab beliau sebelumnya adalah orang yang keras, suka berkelahi, ahli perang akan tetapi dengan akhlak Muhammad maka Umar menjadi suwito.

Para Warga Padhepokan
Kita hayati Islam kanthi roso kang inggil. Kita seimbangkan dengan nalar kita. Jangan menjadi orang yang berorientasi kekerasan isinya hanya menyalahkan orang lain. Hanya dengan berbekal kalimat Allahu Akbar maka dengan mudahnya menyalahkan orang lain dan berperang dengan bangsanya sendiri, seagama dan orang-orang yang berpakaian putih itu ternyata bukan orang yang ikhlas kepada Allah akan tetapi digiring dan dibayar untuk kepentingan politik Pilkada. Ini menyesatkan. Bukan berarti  Islam tidak boleh mewarnai apapun yang terjadi akan tetapi jangan sampai Islam yang Rahmatan lil alamin ini di warnai, dicoreti dan ditunggangi kepentingan duniawi.

Termasuk didalam diri kita ini. Kita harusnya menerima ikhlasing pandum dari Allah. Bukannya kita tidak berusaha akan tetapi sebelum berusaha berdoa, “Ya Allah gesang niki kagungane panjenegan, penjenengan paringi gesang kulo khusnul khotimah”. Usaha itu juga doa. Usaha itu juga tuntunannya Allah. Sehingga apa yang kita lakukan hanya lillah kerono Allah.

Apapun yang kita lakukan Allah akan tahu. Karena sebetulnya Allah berada di Bahrul Qolbi kita. Sujud kita karena Allah atau sujud kita karena duniawi. Sujud kita karena Allah atau sujud kita karena mengharap surga. Sujud kita karena Allah atau sujud kita karena takut neraka. Masya Allah…sejatine urip niku mung kerono Allah, mbalik yo kerono Allah lan dumateng Allah.
Kerono niku, kita olah roso kita , kita dandani roso kita sehingga tukul ing tindakan, apa yang kita lakukan benar-benar menuju Allah.

Mugi kulo lan para warga sak anak turun sedoyo tansah dipun paring nikmat Allah, nikmat iman,nikmat cukup sedayane namung Allah kang nyukupi sedayane.
Al-Fatihah

Khususan Rasulullah, kanjeng Sunan Tembayat…Al-Fatihah

Dumateng Bapak ibu kita sedoyo lan anak turun kita sedoyo mugi Allah maringi iman, maringi keikhlasan maringi kemulyaan donya akhirat.
Al-Fatihah








Postingan Populer