Sak Jeroning Ati Enek Roso Lan Sak Jeroning Roso Enek Aku

Minggu ke-1, Februari 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar


Padhepokan Pusaka Suann Tembayat


Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para Warga Padhepokan
Ada salah satunya Kyai yang mempunyai santri jumlahnya 7. Setelah menamatkan beberapa pelajaran tentang kitab, akhirnya dipelajari suatu kitab yang sering disebut Ta'lim Muta'alim yang biasanya dipelajari diawal tapi oleh kyai tersebut dibuat diakhir pelajaran. Suatu kitab tentang budi pekerti. Suatu kitab tentang tata caranya menuntut ilmu juga mempelajari tentang bagaimana adab terhadap guru dan keluarga guru. Salah satu kisahnya adalah Kyai tersebut memberikan ke tujuh muridnya dengan seekor ayam dan guru tersebut berkata,  “Potonglah ayam ini dimana tidak ada seorangpun yang tahu atau melihat maka kamu akan lulus dan akan mendapatkan sebuah batu zamrud milikku ini”.

Akhirnya ketujuh santri ini menyebar kebeberapa tempat dan tidak mau diikuti oleh lainnya. Ada yang menuju ke gunung menoleh kiri kanan dan membaca ayat kursi berharap tidak ada yang melihat bahkan setanpun tidak berani melihat. Ada yang ke goa yang sepi dan membersihkannya ruangan goa tersebut berharap semutpun tidak melihat. Begitu juga beberapa santri yang lain.

Setelah 2 hari berjalan berkumpullah ketujuh santri tersebut dan melaporkan hasilnya dan dari ketujuh santri tersebut hanya 6 santri yang membawa ayam yang sudah dipotong namun satu orang santri masih membawa ayam yang masih hidup.

Kyai bertanya kesantri yang pertama, “Hai fulan, dimanakan gerangan kamu memotongnya”.
Jawab santri pertama, “Mohon maaf Guru, ayam ini saya potong ditengah hutan”.
“Ada yang tahu nggak”, sambung Guru tersebut.
“Tidak Guru, bahkan saya bacakan ayat kursi sehingga setanpun tidak akan melihat”.
“Baik, bawa ayammu dan duduk disana”, perintah guru itu.

Kemudian ditanya lagi santri yang kedua dan santri tersebut menjawab,”Wahai guru, saya memotong ayam ini dipuncak gunung yang sangat tinggi dan tidak ada seorangpun yang tahu”.
“Baik, sekarang kamu duduk disana”, sambil menunjuk tempat kesebelah santri pertama.
Begitu seterusnya sampai santri yang terakhir yaitu yang masih membawa ayam hidup.

Beberapa santri lainnya sempat mengejek bahwa dia tidak patuh kepada perintah guru dan tidak bersungguh-sungguh belajar di tempat tersebut. Santri yang terakhir itu akhirnya menangis. Dalam hati dia berkata, “Ya Allah, Aku memang bodoh, aku memang Dholim. Ya Allah, pancen mboten wonten panggenan sing kulo niki lepas dari segala sesuatu yang memandang kulo, ingkang ngawasi kulo.”

Kyai akhirnya berkata,”Mengapa ayammu masih hidup, Hai fulan”.
Santri itu menjawab,”Duh Guru nyuwun pangampunten, sebenarnya saya ini dholim, ya Allah. Tidak ada satu tempatpun dimuka bumi ini bahkan dialam raya ini yang kita bisa sembunyi. Tidak ada satu tempatpun yang tidak bisa lepas dari pengawasannya. Guru mohon maaf saya tidak bisa memotong ayam ini  karena pasti tahu pasti terlihat yaitu Allah.”

Mendengar alasan murid terakhir itu, Sang Guru merangkul murid tersebut. Santri yang lain kaget. Guru tersebut berkata, “Santri inilah yang paling betul, Mengertilah wahai muridku semua, anak ini yang paling benar karena tidak ada satupun di alam raya ini yang terlepas dari Allah. Kita semua adalah serpihan-serpihan kumparan Allah. Kita semua tidak ada. Alam raya ini tidak ada yang ada hanyalah Allah. Kita hanya diberi jatah umur beberapa tahun saja dan pada dasarnya kita tidak ada”.

Oleh karena itu apa yang disampaikan santri yang tidak bisa menyembelih ayam dan merasa tidak bisa karena memang alam raya ini dalam pengawasan Allah, Alam raya ini adalah bagian yang telah diciptakan Allah maka tak ada satupun yang luput dari Allah. Maka para dulur, jika berdasar ilmu hakikat jika seseorang merasa bisa lepas dari pada pengawasan Allah maka seseorang itu belum beriman. Karena dia masih membendakan Tuhan. Masih membendakan Allah. Seolah-olah kalau kita berdoa tidak menghadap kiblat (seumpamanya) maka tidak dikabulkan do’anya. Lain permasalahan dengan Sholat yang memang harus menghadap kiblat.

Kalau seseorang sudah membendakan Allah maka orang tersebut merasa sudah lepas dari pengawasan Allah. Tapi jika kita menyadari bahwa kita adalah bagian dari alam semesta dan semuanya adalah ciptaan Allah maka apapun yang kita lakukan tentunya tidak lepas dari pengawasan Allah. Apa saja yang kita lakukan tidak mungkin lepas dari perhitungan Allah.
Didalam Al-Quran disebutkan bahwa ketika kita sujud Allah lebih dekat dengan urat leher kita. Dalam arti sejatinya Allah ada didalam hati. Sakjeroning ati enek roso lan sak jeroning roso enek aku.

Para warga Padhepokan
Apapun namanya, cobaan demi cobaan hidup itu adalah bagian dari garis takdirnya Allah. Bagain dari kita mempertahankan keimanan kita. Seperti cerita diatas ketika kita dihadapkan oleh masalah maka muncul yang pertama adalah membendakan Allah sehingga seolah-olah menganggap Allah tidak tahu karena sudah berusaha sembunyi dan yang kedua adalah timbulnya hawa nafsu untuk mendapatkan hadiah berupa batu zamrud. Itulah hal-hal yang telah membelenggu kita selama ini. Dunia dan hawa nafsu sehingga menjadi hijab atau pembatas antara kita dan Allah.

Ada suatu kisah lagi ketika Rasulullah akan mencoba mengetes menantunya yaitu Syaidina Ali. “Ya Ali, kalau kamu bisa sholat khusu' maka aku akan memberimu hadiah berupa surban yang berwarna hijau atau putih,kamu boleh memiih sendiri.”
Setelah itu Ali segera melakukan sholat dan setelah selesai mengucapkan assalamu’alaikum segera Rasulallah bertanya kepadanya, “Warna apa yang kamu ingain wahai Ali.”
Segera Ali menjawab, “Warna hijau ya Rasulallah!.
“Kamu tidak khusu' Ali”, jawab Rasulullah.
“lho kenapa seperti itu ya Rasullullah”, Tanya Ali
“Ketika kamu mengucapakan niat maka terbayang dipikiranmu bahwa kamu sholat khusu' untuk mendapatkan sorban maka hilanglah keikhlasan itu”, jawab Rasulullah.

Para warga Padhepokan
Nrimo ing pandum ikhlas. Berkaitan dengan kehidupan dengan ketuhanan maka buanglah segala hawa nafsu. Jangan sekali kali membendakan Allah dan jangan sekali-kali menempatkan hawa nafsu di hati kita karena sebenarnya kita tidak menyembah Allah tapi menyembah hawa nafsu dan menyembah benda yang kita anggap Tuhan. Kerono nopo para dulur, Allah iki ono ning ora maujud. Sekali lagi jangan pernah sekalipun membendakan Tuhan. Ada yang menganggap Tuhan mirip patung sapi (Samiri) seperti kisah sebelumnya  Nabi Musa.

Sekali lagi membendakan Allah, membendakan Pangeran adalah suatu kemusyikan yang kadang-kadang tidak disadari, kadang-kadang kita terpengaruh oleh ungkapan-ungkapan orang lain. Karena itu para dulur warga padhepokan mari kita bersihkan nafsu yang membelenggu dihati kita sehingga akan muncul suatu keikhlasan. Manakala jika hijab ini sudah tersingkap maka yakin..yakin,  semua do’a kita akan dikabulkan oleh Allah. Al-Fatihah

Mugi kulo lan panjenengan yang ada masalah dan tidak ada masalah, yang ada masalah Allah nulungi lan sing mboten wonten masalah mugi Allah nuntun lan katur leluhur kita sedoyo mugi Allah paring mahfiroh.
Al-Fatihah

Sedulur kita ingkang wonten urusan kalian penegak hukum, ingkang wonten masalah hutang, ingkang wonten masalah ekonomi, mugi Allah nulungi lan paring pepadanging ati.
Al-Fatihah

Wassalamu'alaikum Wr. Wb













Postingan Populer