Menjadi Jiwa-jiwa Padhepokan Pusaka

Minggu ke-4, 22 Maret 2018


Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat Blitar


Para Warga Padhepokan
Pernahkah kita berfikir terhadap Allah yang Maha Agung terhadap nasib diri kita sendiri. Pernahkan kita memotong kekuasaan Allah menjadi beberapa bagian potongan dan bahkan seolah-olah potongan itu milik kita. Ada beberapa orang alim, orang yang punya ilmu didunia ini, baik itu ilmu tentang alam ini maupun ilmu hikmah, justru tergelincir hatinya dan terperosok kejurang kekeliruan yang amat dalam. Mereka menganggap bahwa kekuasaaan Allah adalah kekuasaannya bahkan  perjalanan Allah adalah bagian dari perjaanannya. Perlu kita ketahui bahwa Allah itu adalah dzat yang Maha Agung, Allah adalah dzat yang Maha Mulya, Allah itu maha sempurna dan Allah itu tidak akan keliru dalam melakukan apapun, menciptakan apapun dan menentukan apapun.

Para Warga Padhepokan
Dalam sebuah kisah perjalanan manusia ada orang-orang yang berdo’a terus menerus dan dia salah cara berfikirnya, salah paradigmanya. Kenapa Para Warga? Mereka berdo’a bukannya berkomunikasi kepada Allah tapi menganggap do’a itu bagi mereka adalah sebuah permohonan yang wajib dikabulkan sesuai dengan keinginan si pemohon dan bukan wajib dikabulkan oleh yang maha segala, Allah Gusti Pangeran. Manakala permohonan itu tidak diberikan Allah sesuai dengan keinginannya /pemohon tapi diberikan Allah sesuai kehendak Allah maka orang tersebut akan berpaling. Aku sudah wiritan, Aku sudah berdoa, Aku sudah melakukan apa saja tapi kok seperti ini?

Para Warga Padhepokan
Perlu diketahui bahwa Allah itu berkehendak. Berdiri sendiri. Kalau sudah seperti itu maka kita harus berfikir bahwa apapun yang dilakukan Allah pasti benar. Tidak pernah salah Gusti Allah itu. Jadi kalau ada orang yang permohonannya dikabulkan atau orang yang tidak pernah berdo’a pun jika diberi oleh Allah sebuah kebaikan itu sebenarnya bukan karena doanya itu tapi karena kekuasaan Allah, Dzat yang mutlak. Bahkan orang-orang yang tidak pernah sholat dan orang yang tidak percaya Allah-pun sebenarnya dimuliakan oleh Allah. Jika ada orang alim mengaku “dongaku mandi” itu  sebenarnya sudah takabur, padahal hanya Allah yang berhak takabur.

Ada orang yang berpengetahuan tentang agama yang luas. Setiap hari menulis atau posting di media sosial yang berhubungan dengan kepandaiannya dan menganggap itu semua adalah berkat ilmunya tapi jika suatu saat diberi ujian oleh Allah dititik terendah karena kelakuannya yang salah maka orang itu masih tega menyalahkan orang lain. Inilah suatu kesombongan, seolah-olah orang yang mempunyai ilmu tidak pernah salah. Tidak ada sesuatupun didunia ini dari jaman Adam sampai sekarang yang tidak pernah bersalah kecuali Allah.

Suatu contoh, Allah menjadikan kita semua menjadi masyarakat Jawa itu tidak salah. Kita tidak perlu dipaksa menjadi orang Arab, menjadi orang Eropa tapi Allah dengan kebenarannya menciptakan kita yang kebetulan adalah orang Jawa. Akhirnya bagaimana kita menyikapi menjadi orang Jawa, ke-Indonesiaan kita, ke-Islaman kita, ketawakalan kita bahkan dibalik ketawakalan itu kita tidak berwenang mencampuri kehendak Allah yang kita lakukan hanyalah memohon, nenuwun sebagai media komunikasi kepada Allah. Allah itu berkuasa atas segalanya. Jika Allah berkehendak atau 'Kun Fayakun' maka jadilah.

Kalau kita sudah paham dengan itu, buang rasa iri, rasa takabur, yakini semua itu kuasa Allah, yakini semua itu kehendak Allah Dzat wajibul Maulana, Dzat kang Maha Mulya. Jika sudah dapat membuang ini semua maka akan “seleh roso ning kito” yang ada hanyalah penyatuan kehendak dengan Allah, yang ada adalah rasa sumeleh, rasa manunggal dening Allah, inilah yang disebut “warongko manjing curigo” yang berarti raga kita ini menyadari betul apapun yang dilakukan Allah.

Para Warga Padhepokan
Jangan sekali-kali kambing ingin menjadi Sapi. Sapi ingin menjadi Harimau dan Harimau ingin menjadi Ular. Allah sudah membuat porsi-porsi yang benar yang ditetapkan oleh Allah. Kalau seseorang itu ingin menjadi Kaya seperti si A atau si B, belum tentu kebaikan-kebaikan itu ada pada dirinya bahkan bisa mendatangkan mudhorot.

Ada sebuah cerita dari Jawa. Didaerah Kulon Progo di Kali Gintung. Orang ini dalam kehidupan kekurangan tetapi selalu bahagia dengan kondisinya. Setiap hari bisa kumpul dengan keluarga. Setiap hari bisa ngaji, bisa jama’ah, bisa membantu tetangga sekitar walaupun hanya dengan tenaganya. Suatu saat salah satu anaknya ingin merubah nasib menjadi lebih baik dan ingin pergi ke Jakarta merubah kehidupannya. Bapaknya akhirnya berpesan, “Tidak apa-apa jika ingin merubah nasibmu tapi jangan lupa dengan sesama. Kalau kamu punya rejeki, banyak-banyaklah memberi. Kalau kamu kaya jangan lupa dengan yang tidak punya dan jangan lupa dengan saudara-saudaramu disini.”

Setelah sekian tahun maka berkembanglah usahanya dan menjadi orang yang berlimpah harta. Namun lambat laun merasa lupa dengan pesan orang tuanya dahulu. Merasa bahwa semua yang didapatkan adalah karena usahanya sendiri bukan karena ridho Allah, tidak ada campur tangan Allah. Maka yang terjadi adalah kegersangan-kegersangan jiwa. Akhirnya orang tersebut suatu saat bertemu dengan orang yang sangat miskin tapi dari wajahnya terpancar raut bahagia. Sebenarnya orang itu adalah orang tuanya sendiri. Namun anak itu tidak mengakui bahwa itu adalah orang tuanya.
Setelah sampai di Jakarta maka timbulah perang batin dihatinya. Jiwanya meronta, jiwa dan ruhnya tahu bahwa itu adalah orang tuanya. Maka sadarlah dia dan dia rindu kebahagian. Dia rindu kebersamaan seperti dahulu. Tapi Allah tidak bisa lupa dengan kelakuannya dimasa lalu maka ketika ingin kembali ke kampung halamannya di Kali Gintung ternyata Ayah Ibunya sudah meninggal tanpa dia ketahui. Betapa menyesal dan merasa bersalah hatinya. Ternyata semua dunia yang dimiliki tidak ada gunanya. Penyesalan yang tiada habisnya.




Para warga padhepokan
Karena itu saya pribadi nenuwun ngarsani Allah, ojo sampi pisan-pisan nyalahke Pangeran. Ojo sampi kita lali mergo kudung donya. Tetaplah menjadi jiwa-jiwa Padhepokan. Tetap menjadi jiwa padhepokan selalu menolong sesama, yo bahu yo pikir, baik jiwa dan raga, yo donya yo brono, sehingga Allah mencintai kita semua dan menjadikan kita dan keturunan kita menjadi manusia yang berguna bagi sesama. Aamiin…

Wassalamu'alaikum Wr. Wb


Pinarak Ing Dampar Binatu Roto

Minggu ke-3, 15 Maret 2018


Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Assalamu'alaikum Wr. Wb


Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat


Para Warga Padhepokan
Jika kita melihat bulan Rajab ini kita mengingat perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha. Dimana kita semua mendengar dari kisah-kisah dan membaca Al-Quran bahwa dari perjalanan itulah Rasulullah menerima perintah Sholat yang dari sejarahnya dari banyak rakaat sholat menjadi hanya 5 kali sholatan. Kalau kita kaji selain menembah kepada Allah, Sholat itu sebenarnya adalah sebuah dzikir untuk mengingat Allah. Ada Subuh, Dhuhur, Ashar, Magrib waktu yang pendek sekali dan Isya. Sesempit apapun dan sebanyak apapun pekerjaan kita jangan pernah kita lupa dengan Allah, lupa tidak berdzikir kepada Allah. Jika kita lupa sedetik saja maka syetan yang ikut mengalir dalam aliran darah kita akan semakin melenakan kita. Seperti yang saya utarakan tadi pagi :

Pinarak ing dampar binatu roto
nggondho kukus aruming dupo 
ngeningne cipto...
manembah mring Allah
nenuwun dateng Dzat kang moho kuoso
mugi raharjo ing negari jiwo rogo padhepokan pusoko
mugi kasembadan nopo kang dados gegayuhan
Duh...Gusti tetep manunggalaken kulo lan Panjenengan
Amin...

Kita tidak duduk di dampar kencono karena itu bukan maqom kita. Dampar kencono tidak untuk kita orang padhepokan. Maqom kita adalah abdi. Kita semua dianjurkan untuk duduk di binatu rata, diantara batu-batu, batu cadas, batu hitam  yang rata sehingga kita semua tidak terlena oleh duniawi, tidak terlena oleh kedudukan derajat pangkat dan enaknya dunia. Jika kita sudah lupa karena kondisi dunia maka kita semua tidak akan mambu pupusing dupo, keharuman abadi dari Allah dan tidak lagi jiwa kita tentram.

Para Warga Padhepokan
 Oleh karena itu para warga padhepokan, banyak hal yang membuat orang itu lupa kepada Allah, ada yang karena ilmunya merasa pintar dan akhirnya menuhankan ilmunya, seolah-olah apa yang dia pikirkan karena ilmiah lepas dari kuasanya Allah. Padahal Allah itu adalah berkuasa atas segalanya didunia ini.

Dzikir itu jangan sampai putus. Ada dzikir hati kita setiap saat hu Allah..hu Allah..hu Allah…ya Allah menggema dalam relung-relung hati kita sehingga kita semua walaupun berjalan karena Allah, bernafas karena Allah dan lain-lain. Sehingga sesuai dengan pesan Rasulullah :

Inna sholati, wanusuki, wamahyaya, wamamati, Lillahirabbil ‘alamin
Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah kerana Allah, Tuhan seluruh alam

Ada yang berdzikir selain dengan hati juga berdzikir dengan tindakan, aweh pitulung, aweh kamulyan marang sapadane liyan. Ada subuah kisah dimana ada gunung yang bernama Jabal Abu Lahab tempat dimana untuk menguburkan Abu Lahab yang jasadnya berbau busuk dan tidak ada yang mau mendekat karena Allah menurunkan siksaan sepanjang waktu sampai menjelang kiamat tapi akan berhenti pada hari Senin dan Kamis. Kenapa seperti itu? Karena Abu Lahab pernah merayakan kelahiran Nabi Muhammad, keponakannya pada hari Senin dan membebaskan budaknya pada hari Kamis. Itulah balasan yang baik dari Allah untuk kebaikan Abu Lahab walaupun dia adalah seorang yang belum mau diajak menuju Islam.

Para Warga Padhepokan
Dengan tindakan ini, Insya Allah akan diampuni segala kesalahan. Kalau kita teladani Kanjeng Sunan Kalijaga sudah memberi pesan kepada Kanjeng Sunan Tembayat tentang mahligai, singgasana Allah dalam Baitul Mukarrom yang merupakan keramaian dalam ilmu Hakikat. Ramai dan sepinya manusia itu dumunung didalam hati. Walaupun kita duduk sendiri tapi jika terus berdzikir kepada Allah maka sesungguhnya itu adalah ramai dalam mengingat Allah. Namun jika didalam keramaian tapi jika sepi penggalih maka akan hilang dan sepi dari ingatnya kepada Allah. Maka sesuai dengan pesan Rasulullah bahwa baik jeleknya manusia dari segumpal darah yaitu hati. Kita beramal dan berdzikir dengan arkan dengan tindakan tetapi harus dilandasi dengan Baitul mukarram, dengan hati kita agar kita semua ikhlas. Jangan berfikir apapun tapi lakukan kebaikan apa saja maka Allah akan menghitung dan memberi balasannya.

Mari kita memohon kepada Allah agar kita semua dimana saja semoga Allah memberi kesehatan, kemulyaan dunia dan akhirat. Al-Fatihah

Mugi-mugi warga padhepokan dateng pundi mawon, ingkang susah paringono bungah, ingkang dados petani mugi diparingi hasil, ingkang dados peternak mugi diparingi slamet ternakipun lan sukses, ingkang dados pedagang dipun paring sukses lan kathah hasilipun. Al-Fatihah.

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Topo Ing Ngrame

Minggu ke-2, 8 Maret 2018


Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar


Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat Blitar



Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para Warga Padhepokan
Tanah Jawi niki gadah unen-unen. Tanah Jawa ini punya ilmu.  Jika diresapi benar-benar. Jika dilaksanakan dengan ikhlas, maka akan membuat kita semua menjadi semakin yakin dengan Islam dan menambah kuatnya iman. Ketika Kanjeng Sunan Kalijaga menerima amalan, menerima ilmu yang disebut Rajah Kalacakra dan salah satu Mpu yang mengajari adalah Mpu Windudjati.

“He, Jebeng anakku Said, guno lan sekti kuwi bakal kalah karo sabar lan nrimo. Mengertilah bahwa sabar dan nrimo itu hanya bisa dijalankan atau akan lebih baik jika dilakukan dengan Topo Ngrame”. 

Para Warga Padhepokan
Topo ing ngrame. Jika kita melihat bahwa hiruk pikuknya dunia ini, Masya Allah…. Kalau kita melihat juga bahwa hati manusia, nafsu dan alam gegayuhan manusia maka orang itu akan terseret kedalam alam yang sangat ramai dan kompleks, termasuk juga hati manusia. Walaupun didalam bathin itu ada roso dan didalam roso itu ada aku (dalam ilmu hakikat) namun kalau kita kaji didalam hati manusia ada banyak keramaian. Mengapa disebut keramaian? Ramainya batin itu meninggalkan sepi. Ramainya batin itu meninggalkan semuanya. Ramainya batin itu tan katon ning netro. Kalau dalam istilah sekarang “Galau”.

Para Warga Padhepokan
Kembali ke ajaran Sunan Kalijaga tentang Topo Ngrame. Dunia ini ibarat perempuan tua yang memakai tongkat yang mendekati kiamat. Kita harus betul-betul bisa topo ngrame. Dunia ini penuh dengan kesibukan untuk mencukupi dan mengurusi kebutuhan hawa nafsu. Batin ini membingungkan. Pikiran manusia juga ramai, bagaimana untuk menjegal temannya. Ada yang melalui do’a-do’a jelek. Ada yang menggunakan teori trik politik dan adu domba. Ada yang mencukupi nafsu aluamahe, kerjanya makan terus, kebutuhan nafsu syahwadiyah dan tidak memperdulikan sekitarnya. Ada yang melakukan segala sesuatunya yang penting aku, bukan aku ning Pangeran tapi aku ning hawa nafsu.

Para Warga Padhepokan
Maka diajarkanlah oleh Sunan Kalijaga yaitu Topo Ngrame. Didalam alam dunia yang penuh tipuan yang penuh fatamorgana ini  maka bertapalah dalam arti  bukan duduk bersila, berdiam diri tidak bergerak tapi jagalah hawa nafsumu, jagalah kekarepanmu, jagalah panca indramu. Manakala sudah dijaga semua itu maka yang terjadi adalah hidup adalah untuk kebaikan, hidup adalah untuk menolong. Tan guno rasaning urip lamuno uriping dewe tan guno marang liyan. Tidak berguna hidup kita jika tidak berguna kepada orang lain.

Para Warga Padhepokan
Alam dunia ini apa yang tidak ada. Mungkin sekarang tidak ada tapi suatu saat pasti ada. Dahulu yang disebut 'kalung wesi’ tidak ada tapi sekarang ada berwujud rel. Dahulu yang disebut ‘kapal mabur’ juga tidak ada tapi sekarang ada dan disebut pesawat dan lain-lain. Jika kita sekarang berfikir mempunyai sesuatu yang berharga misal motor atau mobil maka suatu saat pasti akan menginginkan yang lain. Mampukah kita semua menjaga, mengendalikan hawa nafsu ini.

Mampukah kita mendorong untuk jauh lebih baik agar berguna bagi sesama dan menggunakan hidup ini untuk kebaikan orang lain. Tidak harus kyai, tidak harus guru tapi siapa saja bisa. Maka ada kalimat terakhir dari Rajah Kalacakra, ya jaramu ya muro jaya, maknanya diri ini menjayakan Pangeran didalam hati maka sejatinya manusia bakal joyo-joyo wijayan.

Alam ini fana. Jika kita terus mengejar hawa nafsu yang tidak pernah cukup maka kita akan kelelahan lahir batin mengejar itu semua. Tapi manakala kita bisa topo ning ngrame, migunani marang liyan dan tidak merugikan yang lain maka kita semua akan merasa tenang dan dicukupi oleh Allah dan Allah akan memberi hidayahnya.

Para Warga Padhepokan
Kalau sudah begitu untuk menyempurnakan ada pesan dari Mbah Ridwan sebagai pendiri Padhepokan PUSAKA,

“Le, Kekerono hawa nafsu, ngekeh-ngekehno eling, mongko kowe bakal slamet selawase.”

Eling…ternyata dimaknai banyak yaitu sholat kita, kebaikan kepada orang lain dan sebagainya. Kita tinggalkan kesombongan. Apapun itu jangan sampai ilmu kita, derajat pangkat kita akan menjadi cikal bakal kesombongan dan sesuai dengan ajaran Rasulullah yang mengajarkan andap ashor, saling menghormati, mengajarkan kerukunan.

Oleh karena itu malam ini mari kita coba memulai melakukan topo ngrame, semoga kita tidak terhanyut oleh keramaian dunia, tidak terhanyut oleh hawa nafsu. Al-Fatihah

Mugi-mugi kulo lan panjenengan sak anak turun kulo lan panjenengan, kadadosaken hamba Allah, tansah eling marang Gusti Pangeran, nderek-nderek dawuhe Allah lan mboten menentang kekuasaan Allah. Al-Fatihah

Mugi-mugi Allah maringi Nur ing ngatase  kita, ing ngatase anak turun kita, Allah maringi hidayah lan keselametan donya akhirat, roso kita soko bab sing olo, roso kita saking beboyo. Al-Fatihah

Wassalamu'alaikum Wr. Wb





Sujud Ngarsane Allah Dengan Benar-Benar Sujud

Minggu ke-1, 1 Maret 2018


Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat Blitar


Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para Warga Padhepokan
Pada suatu hari Abu Hanifah Tsabit An-Nuqman berjalan-jalan dan bertemulah dengan seorang anak kecil berumur sekitar 8 tahun yang memakai terompah/bangkiak (jawa) yang bersol tinggi. Syech An-Nuqman mendekat dan merangkul anak kecil tersebut sambil menyayang pipinya dan berkata seolah memberi nasihat.

“Hai bocah bagus, ati-ati ya le.. lek gawe bangkiak, Hati-hati kalau jatuh”. Anak kecil itu diam saja dan melihat kearah Syech An-Nuqman.

Sejurus kemudian anak itu bertanya, “Syech, Panjenengan niku sinten (Anda itu siapa)?”

“Aku Abu Hanifah An-Nuqman bin Tsabit, wahai bocah bagus”, jawabnya

Dipandangi lagi Syech An-Nuqman oleh anak itu dalam diam dengan pandangan penuh arti.

“Bukankah engkau adalah Al-Imam Al-Adzim, Imam besar, bukankah engkau Imam Hanafi”, kata anak itu.

“Benar, akulah Hanafi”, jawab sang Imam

“Engkau adalah Imam Agung, Imam Hanafi yang mempunyai mahzab aliran Hanafiah. Aku peringatkan engkau wahai Imam Hanafi..! Aku ngelekne dateng panjenengan, Imam Hanafi…jangan sampai jatuh imanmu hanya karena rumongso duwur soko pangelombone tiyang”, bocah itu menjawab dan langsung berjalan pergi

Imam Hanafi tersadar dan langsung menangis kemudian berkata, “Ya Allah…ijinkan aku tetap iman kepadamu. Ijinkan aku tidak terbelenggu oleh nama kebesaran duniawi, ya Robi”.

Para Warga Padhepokan
Betapa sulit meletakkan kepala kita ditanah. Betapa sulitnya kita benar-benar sujud ngarsane Allah. Benar-benar kita semua tidak berfikir tentang duniawi. Benar-benar kita tidak berfikir tentang kebesaran nama kita. Sehingga kita meletakkan anggota tubuh kita yang paling terhormat yaitu kepala kita ketempat paling terendah yaitu tanah atau dalam pasujudan. Kalau kita sudah mau menghayati maknawiyah sujud, maknawiyah kita berserah diri kepada Allah.

Bahkan dilambangkan bahwa jika ada selembar ramput pun bila menghalangi tempat kita sujud membuat tidak sahnya sholat. Filosofinya, jangan ada segala sesuatu apapun namanya, apa itu keduniawian, apa itu derajat pangkat, tingginya nama kita yang menghalangi berserah diri kepada Allah. Jika sampai kita terhalang sujud kita ngarsane Allah, terhalang rasa manembah kita kepada Allah. Selembar rambut pun yang ada dihati kita menghalangi kita sujud ngarsane Allah. Masya Allah...maka kita akan tergolong orang-orang yang tidak sampai.

Krono niku kita harus menjadikan dunia ini adalah sebuah kendaraan. Tapi manakala itu kita jadikan acuan utama maka itu bagaikan rambut yang ada dikening kita ketika sujud yaitu bagian yang menghalangi kita untuk sampai kepada Allah, menghalangi kita sampai kepada Allah.

Para Warga Padhepokan
Kita harus memahami betul jangan sampai iman, rasa manembah dumateng Allah niku terhijab, apapun namanya. Kadang-kadang otak kita, akal kita justru menjadi halangan karena kepandaian, seolah-olah segala sesuatu harus bisa diakalkan, termasuk dzatullah. Akal kita tidak akan sampai, siapa pun orangnya, akal kita tidak akan bisa menggapai dan tidak akan bisa memahami namun jika kita berfikir tentang ciptaan Allah yang menunjukkan keberadaan dan  kebesaran Allah maka itu akan membuat kita semakin sujud.

Para Warga Padhepokan
Kita memahami tentang diri kita sendiri walaupun hidup di alam dunia ini kita semua akan butuh dunia namun jangan pernah menjadikan dunia ini tujuan utama. Yakin, Hasbi Allah…Allah akan mencukupi kita semua. Namun kita harus selalu bersyukur, tansah seleh ing ngatase urusan.

Monggo sepindah malih, mari kita memohon, nenuwun ngarsane Allah, mugi-mugi kulo lan sak anak turun kulo lan panjenengan tansah diresiki saking pangodane iman, tansah diparingi jejeging iman, keselametan dunia akhirat, kabejan dunia akhirat.
Al-Fatihah

Mugi Allah tansah nylametaken saking panggodane syetan, panggodane donya. Mugi-mugi diangkat derajatipun, dimuliakan oleh Allah.
Al-Fatihah

Wassalamu'alaikum Wr. Wb





Postingan Populer