Minggu ke-1, 1 Maret 2018
Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Para Warga
Padhepokan
Pada suatu
hari Abu Hanifah Tsabit An-Nuqman berjalan-jalan dan bertemulah dengan seorang
anak kecil berumur sekitar 8 tahun yang memakai terompah/bangkiak (jawa) yang
bersol tinggi. Syech An-Nuqman mendekat dan merangkul anak kecil tersebut sambil
menyayang pipinya dan berkata seolah memberi nasihat.
“Hai bocah bagus, ati-ati
ya le.. lek gawe bangkiak, Hati-hati kalau jatuh”. Anak kecil itu diam saja dan
melihat kearah Syech An-Nuqman.
Sejurus
kemudian anak itu bertanya, “Syech, Panjenengan niku sinten (Anda itu siapa)?”
“Aku Abu
Hanifah An-Nuqman bin Tsabit, wahai bocah bagus”, jawabnya
Dipandangi
lagi Syech An-Nuqman oleh anak itu dalam diam dengan pandangan penuh arti.
“Bukankah
engkau adalah Al-Imam Al-Adzim, Imam besar, bukankah engkau Imam Hanafi”, kata anak itu.
“Benar,
akulah Hanafi”, jawab sang Imam
“Engkau
adalah Imam Agung, Imam Hanafi yang mempunyai mahzab aliran Hanafiah. Aku
peringatkan engkau wahai Imam Hanafi..! Aku ngelekne dateng panjenengan, Imam Hanafi…jangan
sampai jatuh imanmu hanya karena rumongso duwur soko pangelombone tiyang”,
bocah itu menjawab dan langsung berjalan pergi
Imam Hanafi tersadar
dan langsung menangis kemudian berkata, “Ya Allah…ijinkan aku tetap iman
kepadamu. Ijinkan aku tidak terbelenggu oleh nama kebesaran duniawi, ya Robi”.
Para Warga
Padhepokan
Betapa sulit
meletakkan kepala kita ditanah. Betapa sulitnya kita benar-benar sujud ngarsane
Allah. Benar-benar kita semua tidak berfikir tentang duniawi. Benar-benar kita
tidak berfikir tentang kebesaran nama kita. Sehingga kita meletakkan anggota
tubuh kita yang paling terhormat yaitu kepala kita ketempat paling terendah
yaitu tanah atau dalam pasujudan. Kalau kita sudah mau menghayati maknawiyah
sujud, maknawiyah kita berserah diri kepada Allah.
Bahkan dilambangkan bahwa jika
ada selembar ramput pun bila menghalangi tempat kita sujud membuat tidak sahnya
sholat. Filosofinya, jangan ada segala sesuatu apapun namanya, apa itu
keduniawian, apa itu derajat pangkat, tingginya nama kita yang menghalangi
berserah diri kepada Allah. Jika sampai kita terhalang sujud kita ngarsane
Allah, terhalang rasa manembah kita kepada Allah. Selembar rambut pun yang ada
dihati kita menghalangi kita sujud
ngarsane Allah. Masya Allah...maka kita akan tergolong orang-orang yang tidak
sampai.
Krono niku kita harus menjadikan dunia ini adalah sebuah kendaraan.
Tapi manakala itu kita jadikan acuan utama maka itu bagaikan rambut yang ada dikening
kita ketika sujud yaitu bagian yang menghalangi kita untuk sampai kepada Allah,
menghalangi kita sampai kepada Allah.
Para Warga Padhepokan
Kita harus
memahami betul jangan sampai iman, rasa manembah dumateng Allah niku terhijab, apapun
namanya. Kadang-kadang otak kita, akal kita justru menjadi halangan karena
kepandaian, seolah-olah segala sesuatu harus bisa diakalkan, termasuk
dzatullah. Akal kita tidak akan sampai, siapa pun orangnya, akal kita tidak akan
bisa menggapai dan tidak akan bisa memahami namun jika kita berfikir tentang
ciptaan Allah yang menunjukkan keberadaan dan kebesaran Allah maka itu akan membuat kita
semakin sujud.
Para Warga
Padhepokan
Kita memahami
tentang diri kita sendiri walaupun hidup di alam dunia ini kita semua akan
butuh dunia namun jangan pernah menjadikan dunia ini tujuan utama. Yakin, Hasbi
Allah…Allah akan mencukupi kita semua. Namun kita harus selalu bersyukur,
tansah seleh ing ngatase urusan.
Monggo
sepindah malih, mari kita memohon, nenuwun ngarsane Allah, mugi-mugi kulo lan
sak anak turun kulo lan panjenengan tansah diresiki saking pangodane iman,
tansah diparingi jejeging iman, keselametan dunia akhirat, kabejan dunia
akhirat.
Al-Fatihah
Mugi Allah tansah
nylametaken saking panggodane syetan, panggodane donya. Mugi-mugi diangkat
derajatipun, dimuliakan oleh Allah.
Al-Fatihah
Wassalamu'alaikum Wr. Wb