Topo Ing Ngrame

Minggu ke-2, 8 Maret 2018


Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar


Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat Blitar



Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para Warga Padhepokan
Tanah Jawi niki gadah unen-unen. Tanah Jawa ini punya ilmu.  Jika diresapi benar-benar. Jika dilaksanakan dengan ikhlas, maka akan membuat kita semua menjadi semakin yakin dengan Islam dan menambah kuatnya iman. Ketika Kanjeng Sunan Kalijaga menerima amalan, menerima ilmu yang disebut Rajah Kalacakra dan salah satu Mpu yang mengajari adalah Mpu Windudjati.

“He, Jebeng anakku Said, guno lan sekti kuwi bakal kalah karo sabar lan nrimo. Mengertilah bahwa sabar dan nrimo itu hanya bisa dijalankan atau akan lebih baik jika dilakukan dengan Topo Ngrame”. 

Para Warga Padhepokan
Topo ing ngrame. Jika kita melihat bahwa hiruk pikuknya dunia ini, Masya Allah…. Kalau kita melihat juga bahwa hati manusia, nafsu dan alam gegayuhan manusia maka orang itu akan terseret kedalam alam yang sangat ramai dan kompleks, termasuk juga hati manusia. Walaupun didalam bathin itu ada roso dan didalam roso itu ada aku (dalam ilmu hakikat) namun kalau kita kaji didalam hati manusia ada banyak keramaian. Mengapa disebut keramaian? Ramainya batin itu meninggalkan sepi. Ramainya batin itu meninggalkan semuanya. Ramainya batin itu tan katon ning netro. Kalau dalam istilah sekarang “Galau”.

Para Warga Padhepokan
Kembali ke ajaran Sunan Kalijaga tentang Topo Ngrame. Dunia ini ibarat perempuan tua yang memakai tongkat yang mendekati kiamat. Kita harus betul-betul bisa topo ngrame. Dunia ini penuh dengan kesibukan untuk mencukupi dan mengurusi kebutuhan hawa nafsu. Batin ini membingungkan. Pikiran manusia juga ramai, bagaimana untuk menjegal temannya. Ada yang melalui do’a-do’a jelek. Ada yang menggunakan teori trik politik dan adu domba. Ada yang mencukupi nafsu aluamahe, kerjanya makan terus, kebutuhan nafsu syahwadiyah dan tidak memperdulikan sekitarnya. Ada yang melakukan segala sesuatunya yang penting aku, bukan aku ning Pangeran tapi aku ning hawa nafsu.

Para Warga Padhepokan
Maka diajarkanlah oleh Sunan Kalijaga yaitu Topo Ngrame. Didalam alam dunia yang penuh tipuan yang penuh fatamorgana ini  maka bertapalah dalam arti  bukan duduk bersila, berdiam diri tidak bergerak tapi jagalah hawa nafsumu, jagalah kekarepanmu, jagalah panca indramu. Manakala sudah dijaga semua itu maka yang terjadi adalah hidup adalah untuk kebaikan, hidup adalah untuk menolong. Tan guno rasaning urip lamuno uriping dewe tan guno marang liyan. Tidak berguna hidup kita jika tidak berguna kepada orang lain.

Para Warga Padhepokan
Alam dunia ini apa yang tidak ada. Mungkin sekarang tidak ada tapi suatu saat pasti ada. Dahulu yang disebut 'kalung wesi’ tidak ada tapi sekarang ada berwujud rel. Dahulu yang disebut ‘kapal mabur’ juga tidak ada tapi sekarang ada dan disebut pesawat dan lain-lain. Jika kita sekarang berfikir mempunyai sesuatu yang berharga misal motor atau mobil maka suatu saat pasti akan menginginkan yang lain. Mampukah kita semua menjaga, mengendalikan hawa nafsu ini.

Mampukah kita mendorong untuk jauh lebih baik agar berguna bagi sesama dan menggunakan hidup ini untuk kebaikan orang lain. Tidak harus kyai, tidak harus guru tapi siapa saja bisa. Maka ada kalimat terakhir dari Rajah Kalacakra, ya jaramu ya muro jaya, maknanya diri ini menjayakan Pangeran didalam hati maka sejatinya manusia bakal joyo-joyo wijayan.

Alam ini fana. Jika kita terus mengejar hawa nafsu yang tidak pernah cukup maka kita akan kelelahan lahir batin mengejar itu semua. Tapi manakala kita bisa topo ning ngrame, migunani marang liyan dan tidak merugikan yang lain maka kita semua akan merasa tenang dan dicukupi oleh Allah dan Allah akan memberi hidayahnya.

Para Warga Padhepokan
Kalau sudah begitu untuk menyempurnakan ada pesan dari Mbah Ridwan sebagai pendiri Padhepokan PUSAKA,

“Le, Kekerono hawa nafsu, ngekeh-ngekehno eling, mongko kowe bakal slamet selawase.”

Eling…ternyata dimaknai banyak yaitu sholat kita, kebaikan kepada orang lain dan sebagainya. Kita tinggalkan kesombongan. Apapun itu jangan sampai ilmu kita, derajat pangkat kita akan menjadi cikal bakal kesombongan dan sesuai dengan ajaran Rasulullah yang mengajarkan andap ashor, saling menghormati, mengajarkan kerukunan.

Oleh karena itu malam ini mari kita coba memulai melakukan topo ngrame, semoga kita tidak terhanyut oleh keramaian dunia, tidak terhanyut oleh hawa nafsu. Al-Fatihah

Mugi-mugi kulo lan panjenengan sak anak turun kulo lan panjenengan, kadadosaken hamba Allah, tansah eling marang Gusti Pangeran, nderek-nderek dawuhe Allah lan mboten menentang kekuasaan Allah. Al-Fatihah

Mugi-mugi Allah maringi Nur ing ngatase  kita, ing ngatase anak turun kita, Allah maringi hidayah lan keselametan donya akhirat, roso kita soko bab sing olo, roso kita saking beboyo. Al-Fatihah

Wassalamu'alaikum Wr. Wb





Postingan Populer