Kejeniusan Lokal Dakwah Sunan Kalijaga

Minggu ke-3, 19 April 2018


Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat Blitar

Assalamu'alaikum Wr. Wb
Para dulur Warga Padhepokan
Suatu kisah perjalanan kehidupan, Rasulullah menyebarkan Islam dengan perjuangan yang sangat panjang. Bukan sekedar fisiknya. Bukan sekedar rohaninya tapi juga hartanya. Dua per tiga tanah Mekah awalnya adalah milik Siti Khadijah. Dalam perjuangannya Rasulullah menyantuni yang fakir, memberikan kepada yang miskin sampai Muhammad itu mengalami kemiskinan yang amat sangat bahkan sering ketika malam hari beliau mengganjal perutnya dengan sebongkah batu agar tidak lapar dan tidak terlihat kalau sebenarnya sudah tidak punya apa-apa, Masya Allah….
Kedua, dalam perjalanan itu suatu saat Allah menghendaki memanggil kembali Khadijah. Rasulullah pun menangis, “Ya Khadijah, setelah kamu siapa lagi yang akan percaya jika aku adalah utusan Allah”. Ali berdiri dan langsung menjawab, “Aku...ya Rasulullah, Aku percaya bahwa panjenengan adalah utusan Allah”. Ali yang disimbulkan dengan seseorang muda yang sangat mempunyai ketegasan dan dedikasi.

Para dulur Warga Padhepokan
Kerono itu para dulur,  perjalanan Rasulullah yang sangat berat ini ada para wali Allah yang mengikuti lampahipun Rasulullah. Salah satunya adalah Kanjeng Sunan Kalijaga atau  Raden Mas Said atau Jebeng. Beliau adalah satu-satunya wali asli dari Tanah Jawa, Indonesia. Terkenal dengan sebutan Syech Malaya. Syech berarti  “Guru” dari Malaya berarti Melayu yang berarti asli dari Indonesia. Sunan Kalijaga adalah putra dari Adipati Tuban Wilwatikta. Beliau sering mengambil bahan makan sembako digudang untuk diberikan kepada fakir miskin. Kanjeng Sunan Kalijaga tidak pernah berniat memberontak dan tidak ada keinginan mencuri tapi beliau menyadari bahwa harta ayahnya tentunya belum di-zakati, diambil dan dibagikan. Namun sebagimana biasanya dalam setiap perjuangan selalu ada yang berkhianat. Ada seorang yang memakai topeng yang sama dipakai dengan Sunan Kalijaga tapi tidak berbuat kebaikan namun justru malah melakukan pemerkosaan dan pencurian. Oleh karena itu rasa geram Raden Mas Said kepada orang-orang ini dan ternyata orang tersebut adalah Lokajaya, seorang berandal yang juga berpakaian hitam sama dengan Sunan Kalijaga.

Para dulur Warga Padhepokan
Dalam ketiadaan ketentraman batin Sunan Kalijaga, ada salah satu abdi yang mengetahui bahwa sembako yang ada digudang itu yang mengambil adalah Sunan Kalijaga dan dilaporkan kepada Ayahnya. Akhirnya Sunan Kalijaga dihukum oleh ayahnya, salah satunya adalah dipukul jarinya yang mengakibatkan jari sunan Kalijaga agak cacat sedikit. Tapi demi rasa hormatnya kepada ayahnya maka tidak sedikitpun beliau menggunakan kesaktiannya, beliau menerima hukuman tersebut dengan ikhlas. Pada akhirnya Sunan Kalijaga harus keluar dari bumi Kadipaten Tuban dan sebelum menggetarkan bumi Kadipaten Tuban dengan membaca Al-Quran beliau tidak diperkenankan kembali ke Tuban.

Sunan Kalijaga bukanlah orang yang mudah putus asa. Dengan rasa ikhlas beliau menganggap hukuman dari orang tuanya adalah sebagai pendorong untuk meningkatkan ketaqwaan, Sunan Kalijaga akhirnya menuju sebuah gua yang ada di daerah sekitar Tuban yang sampai saat ini disebut Gua Akbar. Disitu Sunan Kalijaga setiap hari menghapalkan Al-Quran dan bergaul dengan masyarakat sekitar tanpa diketahui orang tuanya. Suatu saat dimalam Jum’at, antara jam 21.00 sampai tengah malam, Sunan Kalijaga membaca Surat Kahfi dari jauh. Al-Quran yang ada dirumah Kadipaten Tuban terbuka sendiri dan tidak seorangpun ada yang mendengar suara Sunan Kalijaga kecuali kedua orang tuanya dan adiknya Dewi Roso Wulan.

Suasana mejadi sepi. Abdi dalem tidak ada yang terjaga, semua tertidur. Hawa semakin dingin dan angin seakan berhenti. Begitu berhentinya itu, getaran demi getaran bacaan Al-Quran langsung masuk sanubari orang tua dan adiknya.

Setelah itu Sunan Kalijaga tidak berniat kembali ke Rumah Kadipaten Tuban. Ini sangat bermakna para dulur. Beliau tidak ingin kembali dalam kedudukan duniawi. Beliau tidak mau tergoda duniawi. Beliau berjalan menebarkan ukhrowiyah hasanah, kebaikan jiwa.

Setelah berjalan melewati daerah Bang Wetan Ampel beliau sempat mampir ke tempat Nyai Karimah, seorang kekasih Allah yang makamnya ada di Kembang Kuning. Nyai Karimah menyarankan beliau ke Sunan Ampel. Disana kelak beliau menjadi murid sekaligus menantu Sunan Ampel. Suatu saat Sunan Ampel berkata kepada Sunan Kalijaga, “Ngger Jebeng anakku…Siro kanggo sekaran Kalijogo, mangertenono..yen kowe kuwi oleh tugas koyo dene Syech Subakir pinongko numbali tanah Jowo, ning kowe ugo nggendong ngramut tanah Jowo.”

Maknanya apa para dulur…Sunan Kalijogo menjadi seorang kekasih Allah dengan kelembutannya, kejeniusannya dan kearifan lokalnya justru lebih berhasil dalam meng-Islamkan Masyarakat bahkan sampai ke Sumatera. Lebih dicintai rakyat dari pada kemewahan pakaian orang lain. Sebagai contoh, mereka yang berpakain kearab-arab-an itu justru menjadikan rakyat menjadi jarak untuk mengkaji ajaran agama tapi yang berpakaian dan berperilaku lokalnya justru memunculkan kejeniusan lokal dan menambah taqwa dan membuat orang menjadi tidak sungkan untuk belajar agama.  Sunan Kalijaga dengan tenang dan dengan cara-cara yang menyentuh jiwa akhirnya beliau berhasil meng-Islamkan Tanah Jawa bahkan menjadi Islam terbesar didunia.

Para dulur Warga Padhepokan
Kejeniusannya, memunculkan dan mengingatkan kepada pemimpin pada waktu itu yaitu Sultan Trenggono. Beliau tidak mau menegur Sultan Trenggono dengan kasar namun mengajak anak-anak kecil sowan ke tempat Sultan untuk menyanyikan tembang Gundul-Gundul Pacul. Kalau seorang Gundul pacul sudah gembeleng maka wakul akan ngglempang. Kalau pemimpin sudah tidak bisa peduli lagi maka rakyat yang disimbulkan dengan ketersediaan pangan (wakul/bakul) akan ngglempang atau tidak punya kepercayaan. Sunan Kalijaga pun sempat ditawari menjadi patih namun tidak berkenan dan tetap ingin bersama-sama dengan rakyat. Termasuk ketika anaknya lahir diberi nama Pangeran Wijil yang berarti muncul. Artinya beliau berharap anak-anaknya nanti mampu mengangkat penderitaan umat yang ada didaerahnya.

Rasulullah juga seperti itu, Abu Jahal sering menawari kenikmatan dunia kepada Rasulullah untuk menghentikan dakwahnya. Namun Rasulullah menjawab, “Seandainya matahari ada di tangan kananku dan rembulan ditangan kiriku serta gunung Jabaluhud menjadikan emas untuk aku maka aku tidak akan menghentikan dakwahku.” Tugas kejiwaan. Tugas dari Allah.

Para dulur Warga Padhepokan
Mari kita mengkaji terhadap diri kita sendiri, Apakah yang kita lakukan sudah Ikhlas? Apakah hati kita sudah ditata untuk menata hidup kita? Atau jika melakukan sesuatu sekedar untuk kamuflase saja. Seolah-olah ketika berbicara menunjukkan kebaikannya namun justru sebaliknya. Kelak suatu saat apa yang kita lakukan pasti ada pertangung-jawabannya. Kenapa ketika dzikir itu harus sirri. Sirri itu adalah merupakan bagian dari evaluasi diri kita sendiri.

Walaupun jauh kita tetap menjadi umat Rasulullah. Kita ikut langkah kanjeng Nabi. Kita punya waliyullah Kanjeng Sunan Kalijaga yang rela berkorban untuk umat. Kita punya leluhur Kanjeng Sunan Tembayat. Kita tidak sekedar bangga mempunyai leluhur Sunan Tembayat. Kita tidak sekedar bangga pewaris ilmu Sunan Tembayat namun evaluasinya adalah sudahkan kita ikut tindak langkah dalam sebuah keikhlasan, noto ati sehingga kita semua toto gesangipun?

Mugi-mugi Allah paring kanugerahan ingatase kita lan anak turun kita kanthi noto ati niki, mugi-mugi Allah  paring keselametan dunia akhirat, bejo donya bejo akhirat lan mulyo donya mulyo akhirat. 
Al-Fatihah

Mugi-mugi Allah paring ketentreman ingatase jiwa-jiwa kita lan anak turun kita. Semoga Jiwa yang gersang akan subur karena Allah.
Aamiin…. 

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Serat Suluk Joko Linglung

Minggu ke-2, 12 April 2018


Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar


Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat Blitar

 Assalamu'alaikum Wr. Wb
Para dulur Warga Padhepokan
Kanjeng Sunan Kalijogo, telah mengarang salah satu kitab atau serat suluk. Suluk dari kata ‘Salik’ artinya mencari jalan, yaitu Serat Suluk Joko Linglung. Jangan dimaknai joko itu berarti lelaki tapi dimaknai orang kebingungan. Di akhir jaman manusia itu pada bingung, pada linglung. Bingung ‘marang patraping sapodo-podo’ artinya patrap marang hamba-hamba Allah dan bingung marang Allah. Banyak orang yang berteori, berdalil dan memaknai ayat-ayat Al-Quran dengan tafsirnya. Tafsir itu bisa salah dan bisa benar. Sehingga tidak lagi melihat para alim, tidak lagi melihat ulama-ulama yang sepuh, baik sepuh ilmunya juga sepuh hatinya, sepuh kelakuannya. Yang muncul saat ini benar-benar sesuai dengan suluk linglung yang ditulis oleh Sunan Kalijogo. Ada orang-orang yang membentuk kelompok tafsir Al-Quran. Menafsiri dengan gayanya sendiri. Tidak lagi mempelajari ilmu dengan akalnya. Ada yang memahami sesuatu itu hanya dari melihat kata-katanya bukan dari kelakuan.

Para dulur Warga Padhepokan
Umpamanya seperti ini, ada yang menganggap bahwa tahlil itu bid’ah karena hanya berpedoman Idza maata Ibnu Adama…dst, mendoakan orang itu tidak sampai dan mereka berkata bahwa Rasulullah tidak pernah tahlil. Tahlil itu bukan ibadah khusus dengan Allah tapi ibadah hubungannya dengan manusia. Kalimat yang dibaca di dalam tahlil adalah kalimat Allah yang memuji Allah , memuji Rasulullah dan pada puncaknya baru meminta kepada Allah agar Si Fulan yang sudah meninggal diberi ampunan oleh Allah. Ini yang disalahkan padahal ketika ada orang yang meninggal kita berkewajiban yaitu memandikan, mengkafani, menyolatkan dan menguburkan. Ketika sholat mayit

Allahummagh firlahu warhamhu wa'aafihi wa'fu anhu
Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat, sejahtera dan maafkanlah dia

Ini adalah juga do’a meminta ampunan untuk si Fulan kepada Allah. Setelah itu orang akan kebingungan dengan nuraninya sendiri, berbuat ini salah, itu salah, ikut kyai salah, padahal ulama sepuh-sepuh yang alim itu memberikan tauladan dalam gerak hidup sehari-hari. Oleh karena itu disebut Joko Linglung, tidak tahu mana utara mana selatan.

Para dulur Warga Padhepokan
Itulah serat Joko linglung. Kenali diri kita sendiri.

Man arofa nafsahu faqod arofa robbahu,
Sopo mangerteni awake dewe moko deweke bakal ngerti Pangeran

Jangan kita hanya mengenal hawa nafsuya saja. Memang hawa nafsu itu tandanya hidup tapi kita harus mengenal bahwa hidup kita ada yang menghidupi yang maha hidup.  Urip kang ora mati yaitu Allah. Kenali diri kita sendiri. Janganlah kita membiarkan hawa nafsu ini berkembang menguasai hati kita, menguasai nalar-nalar kita yang pada akhirnya tumbuh menguasai ing dalem penggawe atau aff’al kita. Diantaranya adalah kita tidak pernah merasa cukup apa yang diberikan oleh Allah.
Kata cukup yang dimaknai adalah segala sesuatunya pas. Tapi kata “cukup”  jika tidak diimbangi dengan hati maka tan ono pas e, tidak akan lengkap.

Para dulur Warga Padhepokan

Sopo wongge nyukuri nikmatku moko bakal aku tambah nikmate lan sing sopo wonge kufur ingatase nikmat-Ku moko saktenane siksaku luwih perih.

Siksa itu tidak berarti api yang menyala-nyala tapi siksa itu bisa berasal dari diri kita sendiri misal, tidak pernah merasa tentrem, tidak pernah merasa bahagia dll. Justru siksa dari hati kita sendiri ini akan sulit mengendalikan dan kepedihannya berkepanjangan. Obatnya hanya eling marang Allah. Ingat Allah dalam setiap tarikan nafas kita. Eling  arang Allah berupa dzikir baik dzikir hati kita, dzikir lisan kita, dzikir pikiran kita, dzikir dengan harta kita (zakat).

Para dulur Warga Padhepokan
Kalau kita sudah mengenal hati kita dengan dzikir yang tidak pernah putus. Kemana saja  wajah kita menghadap maka kita berhadapan dengan Allah dan kita tidak akan melakukan segala sesuatu yang bersifat meninggalkan Allah. Yang ada hanyalah rasa syukur. Dan Allah itu jumeneng ing atine awake dewe. Sebenarnya kita sudah merasa bahwa Allah itu ada didalam hati kita tapi roso itu kita abaikan, kita tinggalkan karena hawa nafsu. Dari serat Joko linglung, salah satunya mengisahkan perjalanan proses ke-Islaman Brawijaya V. Suatu saat Prabu Brawijaya V ini berlari kearah Gunung Lawu ke Hargo dalem dan ditemuilah beliau oleh Kanjeng Sunan Kalijogo.

“Duh…Gusti Prabu apa yang menghalangi panjenengan tidak bisa menerima tauhid ?’.

Walaupun Kanjeng Sunan Kalijogo saat itu mengerti bahwa hidayah, tauhid itu tidak bisa dipaksakan namun hidayah itu turun dari Allah seperti halnya kisah Abu Lahab Paman Nabi Muhammad.

Prabu Brawijaya V berkata, “Cucuku Kalijogo, Saktenane ingsun wus ngrasuk ning agomo niro (Islam) nanging mangertenono  yo ngger….kabeh tan wurung bakal bali ngarsane Sang Hyang Widi (Allah). Ning aku ora pingin nggawe loro ning  atine liyan”. Itu yang disampaikan.

Masya Allah…sebuah rasa hormat kepada sesamanya bahkan seorang raja kepada rakyatnya yang mayoritas pada saat itu bukan beragama Islam. Menyembunyikan penggawene supaya tidak terlihat oleh orang lain di Hargo Dalem dekat degan Candi Cetho. Tapi sebenarnyalah, Kanjeng Brawijaya V ngrasuk didalam ageman Nabi Muhammad. Setelah itu Prabu Brawijaya V mengubah namanya menjadi Sunan Lawu.

Dalam perjalanan dakwahnya, Sunan Lawu selalu diikuti oleh Burung Gagak. Burung Gagak kalau didalam hasanah Jawa adalah perwujudan dari Sabdo Palon Noyo Genggong.  Sabdo Palon Noyo Genggong berkata kepada Suna Lawu bahwa akan ikut ngrasuk kedalam ageman Agama Nabi Muhammad tapi jika suatu saat dunia Arab merusak tanah Jawa maka akan menagih janji.

 Para dulur Warga Padhepokan
Kenapa dikatakan orang arab merusak tanah Jawa. Bukan karena Islamnya, karena Islam itu Rahmatan Lil Alamin, membawa kedamaian. Jika kita melihat bahwa dijazirah Arab ada budaya berperang antar kabilah, ini adalah bukanlah perintah Islam. Maka datang orang-orang Arab datang kesini menyebarkan Islam dengan damai kemudian dilanjutkan dengan Wali, kekasih Allah, para Ulama yang sehaluan dengan wali yang sudah disebut.

Namun gelombang-gelombang selanjutnya adalah orang-orang yang merasa pintar dan membawa sebagian budaya Arab ke Indonesia. Maka apa yang  terjadi para dulur? Islam ini sudah tidak lagi menjadi agemaning hati. Tidak lagi sebagai sebuah keyakinan tapi sebagai alat untuk mendebat orang lain, sebagai alat untuk menyalahkan oang lain. Tidak lagi mengenal kita sebagai orang Indonesia. Yang datang menggunakan sepatu yang tidak dilepas artinya mereka yang datang tidak lagi menggunakan sopan santun, memusuhi aparat, digunakan sebagai alat politik, Agama diperjual belikan. Masya Allah…sangat-sangat jauh dari angenaning ati bab Pangeran. Pangeran itu tahu yang sirri, tahu yang dhohir dan batin, apa yang ada dihati kita. Maka yang terjadi apa para dulur? Sabdo Palon menagih janji.

Mari hati ini ditata. Islam ini dibuat agar Rahmatan Lil Alamin. Menghormati budaya kita dan Islam dikembangkan sesuai dengan budaya kita tanpa menyakiti dan melukai. Manakala seseorang merasuk kedalam Agama Allah Islam harus merasa bahwa Islamlah yang memudahkan. Islam bukan Agama yang ribet. Islam adalah Agama yang penuh toleransi kepada umatnya.

Kerono niku monggo nenuwun ing ndalu niki, mugi-mugi Allah tansah paring hidayah ingatase kita lan anak turun kita lan mulyaaken kita lan anak turun kita dari beribu-ribu pintu kemuliaan.
Al-Fatihah

Ya Robbi, berilah rejeki kepada saya dan para warga beserta anak turunnya, menjadikan umat yang menjaga Islam kanthi kaffah.
Al-Fatihah

Ya Allah paringi keselametan warga Padhepokan sedoyo.
Al-Fatihah


Wassalamu'alaikum Wr. Wb


Sajeroning Roso Niku Enten Aku

Minggu ke-1, 5 April 2018


Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Padhepokan Pusaka Suna Tembayat Blitar

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para Warga Padhepokan
Kalau kita berfikir dan hayati, sebuah keyakinan didalam hati kita bahwa sebuah perjalanan didalam rohani kita dan sesuai dengan pesan Rasulullah, Al haqqu mirobbika, kebenaran itu datangnya dari Allah dan kebenaran itu manakala ada dihati kita semua tanpa ditumpangi oleh hawa nafsu, tanpa ditumpangi oleh kepentingan-kepentingan maka suara hati itulah yang dinamakan sebuah kebenaran. Sebenarnya jika kita menghayati benar, tidaklah asing tentang Allah. Tidaklah asing tentang yang Maha Pencipta. Karena apa para warga? Ati kulo lan panjenengan berdasarkan keyakinan sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Kanjeng Syech Siti Djenar...


Sajeroning roso niku enten Aku….

Kalau kita mau merasakan, Aku Allah itulah yang Maha benar yang menuntun kita semua. Kita merasakan tidak asing tentang Allah kalau kita menggunakan roso pangroso…akal yang didasari oleh roso, roso yang dikembangkan oleh akal sehingga akal dan roso harus berjalan seimbang.


Para Warga Padhepokan
Kita merasakan ada sebuah kekuatan-kekuatan yang diluar kekuatan dan akal manusia serta  segala sesuatu yang tidak bisa diperhitungkan lagi oleh manusia baik secara akal dan roso.  Namun sebenarnya itu adalah kekuatan Allah yang Maha segala dan kita ini adalah bagian, tidak bisa terlepas dari Allah. Allah adalah dzat mutlak. Allah mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas dan tidak bisa dicampuri oleh kekuatan manusia. Jika kita belajar ilmu Hakikat yang sebenarnya Hakikat maka kita tidak bisa mengaku bahwa segala sesuatu itu dari kita tapi kita harus sadar bahwa laa haula walaa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim, ora ono samubarang doyo kekuatan kang patut sinembah kejobo kekuatan Allah kang Agung. Jangankan kita bergerak, menyampaikan sesuatu saja jika tidak seijin Allah maka tidak akan bisa. Oleh karena itu segala sesuatunya itu Allah

Para Warga Padhepokan
Lamun niku sadar, garising menungso ing awang-awang, dalam Bahasa hakikat ketika kita dalam alam wahdah maka sebenarnya segala sesuatunya sudah tertulis di Lauhul mahfudz, maka sebenarnya semua sudah digariskan oleh Allah tapi bukan berarti kita tidak berusaha tapi segala sesuatu sudah menjadi ketetapan Allah. Maknanya apa para dulur? Kita tidak boleh takabur, kita tidak boleh sombong. Atas dasar kehendak Allah itulah yang paling penting bagi diri kita adalah ngalap ridhone Allah, menjadikan kita Ikhlas. Jika Allah sudah ridho maka apapun tidak ada yang mustahil bagi Allah. Allah itu kuasa atas samubarang. Sebagai contoh kekuatan Allah untuk menciptakan Adam Hawa dan Nabi Isa. Namun inti semua itu adalah kehendak Allah maka jadilah.

Para Warga Padhepokan
Oleh karena itu semua yang terjadi didunia ini jika kita sadari didalam serat Suluk Linglung Sunan Kalijogo, orang itu selalu bigung, jika tidak gondelan roso maka orong itu sebenarnya bingung. Arep opo sing dilakoni? Oleh karena itu sekali lagi, roso niki kita gondeli. Kejadian dialam dunia ini mungkin jika sesuai akal membuat tidak enak sama sekali .Ketika miskin kita ingin kaya. Tapi setelah kaya kita sadar betapa repotnya menjadi orang kaya. Pada saat kita sibuk yang kita rindukan adalah kapan kita bisa istirahat? Tapi ketika istirahat aku tidak punya uang kapan bisa bekerja? Itulah para dulur. Ketawakalan itu yang penting. Ridho atas pemberian Allah. Kerono itu monggo kita selehne ati kito. Kita letakkan hati kita , roso kita. Ketetapan Allah itulah yang terbaik. Ketetapan Allah manakala kita menerima dengan ikhlas maka akan menambah iman kepada Allah.

Monggo sepindah malih, mari kita memohon, nenuwun ngarsane Allah, mugi-mugi kulo lan sak anak turun kulo lan panjenengan tansah diresiki saking pangodane iman, tansah diparingi jejeging iman, keselametan dunia akhirat, kabejan dunia akhirat.
Al-Fatihah

Mugi Allah tansah nylametaken saking panggodane syetan, panggodane donya. Mugi-mugi diangkat derajatipun, dimuliakan oleh Allah.
Al-Fatihah

Wassalamu'alaikum Wr. Wb



Memayu Hayuning Jiwa Pribadi, Memayu Hayuning Diri, Memayu Hayuning Bawono

Minggu ke-5, 29 Maret 2018


Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Poro Warga Padhepokan  rohima kumulloh.
Menyingkap ketinggian gunung Jabal Akhad ato Jabalekad.. Sebenarnya gunung itu tidak tinggi. Gunung itu tidak lah istimewa.. Namun yang istimewa  adalah..ketika adzan dikumandangkan.. Kenapa ada yang terganggu? utamanya Keraton Demak bahkan meminta melalui Sunan Kali Jogo untuk memangkas ketinggian gunung itu agar tidak mengganggu keraton...

Para warga padhepokan  allohumayarkham...
Sungguh arif sifat kejawen orang Jawa.. Gunung itu tidak tinggi dsb.. Namun bila kita telaah lebih dalam... Di sekitar gunung masyarakatnya majemuk agama dan kepercayaan.. Pada awal penyebaran Islam mungkin adzan di anggap mengganggu  maka dengan kearifan lokal Kanjeng Sultan Demak menyampaikan agar adzan di kumandangkan dengan lembut dan menghormati sesama peluk penghayat dan masyarakat di sana... (bahkan kanjeng sultan pasang badan.. Istilah sekarang ).. Dengan petunjuk Kanjeng Sunan Tembayat maka para cantrik padhepokan Sunan Tembayat.. melembutkan suara adzan dengan logat Jawa sebagai mana guru Kanjeng wali sepuh Kalijogo... Warna Islam yang Rahmatan lil alamin semakin jelas terlihat dan mewarnai kehidupan di sana saat itu...

Para wargo  padhepokan rohimakumulloh...
Saat ini muncul aliran baru yang mengakui sebagai ahli tafsir Al-Qur an.. melupakan hadist.. Tidak menghormati sesama, lupa kearifan lokal bahkan mengklaim yang lain salah.. Memecah belah keadaan masyarakat dan umat... Namun Tembayat tetaplah Tembayat..  Dengan jiwa hati afngalnya.. Tetap rukun patembayatan...  Semoga.. Dasar Islam yang Rahmatan lil alamin. Memayu hayuning jiwa pribadi, memayu hayuning diri, Memayu hayuning bawono tetap mengakar di jiwa kito sedoyo.. Allohuma amin...

Mugo-mugo kulo lan penjenengan anak turun kulo lan penjenengan  tansah pinaringan jejege iman slamet dunya akhirat.. Amin.. 

Al-Fatihah

Postingan Populer