Menjadikan Hati Ini Kiblat Untuk Beribadah Kepada Allah Kanthi Noto Roso

Minggu ke-1, 4 Mei 2018


Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar
Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para dulur Warga Padhepokan
Sudah tidak terasa satu malam Jumat lagi kita masuk bulan Ramadhan. Seperti biasanya  jika bulan Ramadhan mari bersama-sama ngudi kaweruhing batin lan ngudi kaweruhing akal jembaring pikir  jembaring iman kanthi maos tauhid. Kita semua diciptakan dialam dunia ini sebenarnya bagian dari sebuah perjalanan menuju desa terakhir dan alam terakhir yaitu darul akhirat. Sebelum menuju desa terakhir itu kalau disebuah Negara tentunya kita harus mempunyai paspor yang berarti sebuah catatan, catatan amal kebaikan kita semua dan didalam catatan ini kita tidak boleh sekali-kali mencampuri hak-hak mutlak Allah dengan meng-kafirkan orang lain…dan menganggap diri kitalah yang masuk surga. Padahal surga dan neraka itu sejatinya hanya welasing Allah. Buku catatan itu hanya sarana dari sebuah perjalanan kita ketika memasuki alam jisim ini.

Para dulur Warga Padhepokan
Oleh karena itu dalam dunia hakikat, orang berjalan itu harus tau arah-arah, mau kemana kita ini. Jika sudah tahu arah maka akan tahu jalan jika misal arah ke timur maka jalan mana yang bagus dan jika sudah tahu arah maka akan tahu tujuan utama yaitu mengabdi kepada Allah tidak ada yang lain. Apa yang kita lakukakn sebenarnya hanyalah mengharap ridho Allah. Sehingga kita semua benar-benar menyadari bahwa setiap pancaran darah kita harus ikhlas kepada Allah, ngalap ridhone Gusti.  Pada saat memasuki darul akhirat inilah yang disebut yaumul mizan dimana suatu hari untuk dipertimbangkan. Kita semua mungkin ada yang bangga dengan sholatnya yang dahinya gosong serta dalilnya yang menyakinkan namun apa yang dilakukan kurang ikhlas, karena ikhlas adanya didalam hati. Kita tidak pernah tahu yang dilakukan si dadap si fulan adalah sebuah keikhlasan ataukah dianggap supaya dipuji orang lain dan sebagainya. Ataukah yang kita lakukan ini supaya di “wah” orang lain atau untuk migunani gae sak padane titah.

Para dulur Warga Padhepokan
Ada sebuah kisah. Seorang filsuf menulis dengan sebuah pena celup. Suatu saat ketika sudah mencelupkan pena ada lalat haus dan hinggap diujung pena untuk minum cairan tinta. Apa yang dilakukan oleh filsuf atau orang alim itu? Seorang filsuf itu menghentikan aktifitsnya dan memberi kesempatan kepada lalat itu untuk minum dan setelah kenyang lalat itupun pergi. Diakhir umurnya seorang filsuf itupun meninggal dan alkisah beliau masuk surga. Ditanya oleh malaikat, “Kenapa kamu masuk surga hai Fulan?”.
“Apakah karena amal saya, ya malaikat”, jawab filsuf
“Bukan..”, jawab Malaikat
“Apakah karena sholat saya”
“Bukan…”
“Apakah karena saya ini sering memberi kepada orang lain”.
“bukan juga…”
“Terus apa yang memKalau kamu atahubuat saya masuk surga, ya malaikat..?’ Tanya seorang filsuf itu dengan bingung
Malaikat berkata, “Wahai Fulan ahli filsuf, Kamu masuk surga sebenarnya karena menolong seekor lalat untuk minum tinta pada ujung penamu”

Begitu agungnya Allah maka tidak bisa kita prediksi apakah kita akan masuk surga. Tidak seperti sekarang banyak orang berkoar-koar bisa masuk surga, orang lain haram, orang lain bidah, orang lain kurafat, bahkan seorang yang tidak melakuan sesuatu yang tidak dilakukan Rasulallah akan ditahayulkan dan lain-lain. Mengertilah bahwa Allah itu Maha luhur. Allah itu selalu mendengar apa yang dihati manusia, sirri apa tidak. Apa yang dilakukan itu baik tapi sejatinya jelek atau yang dilakukan jelek tapi sebenarnya baik.

Para dulur Warga Padhepokan
Kalau kita cermati, tali silaturahim dan persaudaraan saat ini sudah putus. Dahulu jika berkumpul maka akan selalu berbincang-bincang saling menyapa tapi yang terjadi saat ini orang sibuk main Handphone tidak peduli sekitarnya. Banyak yang suka SMS, Suka Melihat orang Susah, Susah Melihat orang Senang. Suka membuat fitnah.

Para dulur Warga Padhepokan
Kalau kita mempelajari ilmu hakikat, mampukah hati kita menjadi kiblat atau tujuan utama suatu ibadah kepada Allah kanthi noto roso. Bisakah hati ini jadi punjering lakuning urip. Sudahlah kita benar-benar ikhlas ngarsaning Allah. Oleh karena itu seberapapun besarnya ujian hidup kepada manusia adalah sebuah percobaan, coban. Harusnya bisa milah dan milih . Milah mana yang bagus dan mana yang tidak dan milih. Kita tidak boleh membuang yang jelek yang kita benci, kalau kita tidak melakukan boleh karena baik dan jelek menurut Abdul Qodir Jaelani adalah dua cabang dalam satu pohon artinya baik dan jelek itu semua adalah ciptaan Allah.

Makanya Sunan Tembayat berpesan Totonen atimu yen milik noto uripmu, seberapapun banyak dunia kita manakala hati ini tidak pernah toto, baik toto ibadah mahdah atau seberapa jauh hati kita noto ibadah khusus kerono atau kanggo sakpadane titah. Contohnya dalam sholat banyak orang melakukan Allahu Akbar tapi hatinya belum toto. Maka ada sholat wustho yaitu berdiri sebelum takbiratul ikram yang berarti hatinya di-toto atau mengheningkan cipta., pikiran focus tidak kemana-mana.

Hati yang belum toto ini berarti bagian penyakit hati dan dzikir itu adalah obat penyakit hati. Kita bisa mengupas jiwa kita, mengupas hati kita karena hati sudah toto. Kita tidakk mudah menyalahkan orang lain. Kita bisa introspeksi diri karena hati sudah toto.

Para dulur Warga Padhepokan
Baitul keramaian didalam hati ini suatu saat ramai sekali ketika kita berdzikir tapi suatu saat juga sangat ramai untuk menyalahkan orang lain. Oleh karena itu hati ini harus ada seberapa persen yang kosong untuk ada “Aku”, ada roso, ada Allah. Jika lebih dalam maka kita akan semakin bingung tapi jika kita bingung maka kita akan mudah menemukan Allah.

Jika kita sudah nemu arah, nemu jalan, nemu tujuan maka dari satu tujuan itu kita berharap dapat bertemu dengan Allah. Bukan surga atau neraka lagi. Surga neraka itu hanyalah efek alamiah dari sebuah kebaikan dan itu mutlak kepunyaan Allah. Marilah kita toto hati kita, kita toto roso kita agar semua kejadian yang mengenai kita dan orang lain memunculkan didiri kita suatu keikhasan, ketawakalan dan hanya mengharap ridho Allah.

Para dulur Warga Padhepokan
Didalam bukan Ramadan ini marilah jika ada waktu dan kesempatan, kita belajar bersama suatu ilmu hakikat, belajar bersama ilmu manunggaling kawulo gusti. Bukan untuk perbandingan tapi untuk mempertebal keyakinan dan memperkuat keimanan. Semoga kita selalu diberi kebaikan oleh Allah. Al-Fatihah

Postingan Populer