Urip Kuwi Tan Guno Yen Tan Migunani Tumprap Sakpadane Titah

Minggu ke-4, 26 April 2018


Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat Blitar


Assalamu'alaikum Wr. Wb
Para dulur Warga Padhepokan
Urip manungso niku tan ono guna yen tan migunani tumrap sapadane titah.
Ada sebuah kisah..kita sebut saja si Fulan.  Dia adalah seorang ahli sujud, ahli tahajud, sampai-sampai dahinya gosong, berwarna hitam, seolah-olah menunjukkan kepada khalayak ramai bahwa dia itu ahli sujud. Suatu malam dia terbangun selepas ditengah malam dan berniat untuk sholat Tahajud padahal waktu itu adalah musim dingin di tanah Arab. Namun dia kaget ketika berwudlu ada seorang yang berdiri dibelakang dan memperhatikannya. Segera diselesaikan dan menoleh kebelakang. Ada seseorang yang berdiri membawa sebuah buku yang tebal.

“Siapa kamu?”, Tanya Si Fulan
“Aku Malaikat”, jawab sosok tersebut. “Aku Malaikat yang mencatat amalan semua yang ada dibumi untuk aku laporkan kepada Allah”.
“Terus..yang kamu bawa itu apa?”, Tanya si Fulan
“Ini adalah catatan orang-orang yang ahlul jannah (Ahli Surga)”, jawab Malaikat.
“Sebentar..namaku ada disitu, gak?”, Tanya si Fulan lagi.
Dibuka buku tersebut, Malaikat berkata, “Namamu tidak ada”.
Kaget Si Fulan mendengar itu, “Lho…aku ini ahli sujud, ahli tahajud……jangan-jangan kamu keliru melihatnya?... coba dilihat lagi pelan-pelan”.
Malaikat pelan-pelan mencari nama si Fulan dan sesaat kemudian berkata, “Benar…namamu tidak ada…kamu tidak masuk kedalam golongan orang-orang ahli surga”.
 “Ya Malaikat…padahal aku ini adalah umat Muhammad, aku ini ahli sujud, aku ini ahli tahajud”, protes si Fulan
“Muhammad itu berpesan Kuntum Khoirunnas, Khairunnas anfa’uhum linnas..sebaik-baiknya manusia diantara kamu adalah yang paling berguna bagi sesama/orang lain. Jika kamu sholat sejatinya sholat itu untuk kamu sendiri. Jika kamu tahajud sejatinya tahajud itu untuk dirimu sendiri. Jika kamu puasa sejatinya puasa itu untuk membersihkan racun dirimu sendiri. Jika kamu zakat sejatinya hanya membersihkan hartamu sendiri”, jawab Malaikat.

Begitu mendengar si Fulan langsung lemas terduduk.

Para dulur Warga Padhepokan
Jika kita melihat dari pesan Rasulullah, Kuntum Khoirunnas, Khairunnas anfa’uhum linnas bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna bagi sesama/sakpadane. Sesama ini bisa diartikan kepada makhluk Allah. Apakah itu hewan, tumbuhan , alam, manusia. Sesuai juga dengan pesan Kanjeng Sunan Tembayat bahwa :

“Urip kuwi tan guno yen urip kuwi tan migunani tumprap sakpadane titah”

Jika ada waktu, tafakur digunung Jabalkat, kita bisa tafakur didalam gubuk dan mengarah ke kiblat. Dengan tafakur yang tinggi dan kerendahan diri kita barangkali kita ingin bertemu dengan Kanjeng Sunan Tembayat maka beliau pasti berpesan, “Urip kuwi tan ono gunane yen urip kuwi tan migunani marang sakpadane titah”.

Apapun yang diciptakan Allah tentang kita ketika ginaris di Lauhul Mahfudz dan ketika masih jadi satu di alam wahdah maka sebenarnya kita sudah digariskan oleh Allah. Jadi apa saja, ada yang menjadi petani, peternak, sopir, ahli informatika, guru, tentara, pedagang. Jabatan, pangkat, derajat sebenarnya sudah ditentukan di Lauhul Mahfudz sebelum di kun fayakunkan. Setelah di alam dunia ini, kita oleh Allah diajarkan dengan diberikan pikiran, hati dan roso untuk bisa milah dan milih. Milah itu mana yang baik dan mana yang buruk sedangkan milih itu mana yang akan dilakukan  dan tidak dilakukan. Jika sudah seperti itu maka seandainya ada seseorang mempunyai pangkat, misal polisi maka manfaatkan ke-Polisiannya untuk berbuat baik kepada sesama. Kalau jadi guru maka manfaatkan keguruannya untuk berbuat baiklah kepada sesama. Kalau jadi petani maka manfaatnya ilmu petaninya untuk kebaikan sesama termasuk kebaikan kepada tanaman dan alam. Kalau jadi pedagang manfaatkan ilmu dagang untuk kebaikan sesama, termasuk tidak mengurangi timbangan dan lain-lain. Jangan merugikan orang lain dan tidak mengeluarkan sesuatu untuk menipu orang lain.

Kanjeng Sunan Tembayat juga mengajarkan seperti itu. Saling memberi, saling mengasihi, saling menyayangi, saling menolong bahkan Allah akan memberi umatnya jika umatnya welas asih kepada sesama. Jadilah kyai yang sebenarnya, tidak perlu kyai yang usztad-uztadan. Jangan kyai yang menjual do’a, misal…. mengambil keuntungan pribadi dengan menjual do’a.

Para dulur Warga Padhepokan
Kita bisa instropeksi diri kita, sudahkah diri ini, ragaku ini, pikiranku ini, roso ini migunani marang sakpadane titah? Sudahkan ada manfaatnya dan memberi kebaikan kepada yang lain? Kalau jadi petani sudahkah aku memelihara tanamanku dengan baik?

Tentunya kita semua sebagai hamba Allah, sebagai umat Muhammad, ingin sekali ikut tindak lampahe Kanjeng Nabi. Setidak-tidaknya menjadi manusia yang mendekati sempurna. Dadi manungso kang migunani. Dadi manungso kang apik, yo kuwi manungso kang aweh pitulung lan manungso kang ono manfaate marang sakpadane titah. 

Para dulur Warga Padhepokan
Panjenengan bisa menelaah ini, banyak orang yang memanfaatkan jabatannya, derajatnya, kedudukannya bukan untuk kemaslahatan, bukan untuk kebaikan TAPI hanya untuk kepentingannya pribadi. Yang kyai menggunakan ke-kyaiannya untuk memperkaya diri sendiri. Yang pejabat seperti itu…yang polisi…yang petani…LUPA jika hidup itu dipertanggung-jawabkan. Bahkan hidup kita tan enek guno, ora klebu sak apik-apike umat, kita memperkaya diri sendiri, memarjinalkan apa saja.

Panjenengan mungkin ingat ada yang mencari keris yang bisa memindah beras, terjual sejumlah sekian…. itu ujung-ujungnya ke-marjinal, keuntungan atau untuk pesugihan, bukan untuk kemaslahatan umat, Masya Allah. Banyak seperti itu…karena itu kita ikut pesan Kanjeng Nabi bahwa setidak-tidaknya mendekati sebagus-bagusnya orang. Kita harusnya menyadari dengan sebenar-benarnya sadar, kanthi roso niki kita ngugemi MULAI DETIK INI….aku pengin dadi manungso kang ono gunane lan migunani sak padane titah.

Mugi-mugi kulo lan panjenengan lan sak anak turun kulo lan panjenengan, dening Allah dipun takdiraken, dipun owahi lamunto  takdir niku kirang sae kadadosaken manungso ingkang migunani sakpadane titah.
Al-Fatihah

Mugi-mugi kulo lan panjenengan lan sak anak turun kulo lan panjenengan, diparingi derajat ingkang inggil, derajat ilmu agama iman donyanipun sahinggo derajat ilmu agama iman lan donyanipun kangge kesaenan sak padane titah, kangge tetulung sak padane titah.
Al-Fatihah 

Wassalamu'alaikum Wr. Wb






Postingan Populer