Pasrahing Jiwo

Minggu ke-3, 19 Juli 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat Blitar

 Assalamu'alaikum Wr. Wb
Para warga Padhepokan
Sebuah kisah... sore itu datanglah seseorang dengan segala derita kepada sang Sunan..dengan senang hati sang Sunan melayani orang tersebut. Orang itu menceritakan derita hatinya.

"Wahai saudaraku...apa yang membuatmu menderita ?", tanya Sang Sunan.

"Duh Kanjeng Sunan...mengapa dunia ini kadang seperti memanggil-manggilku kadang meninggalkanku, seakan fatamorgana..mengapa dunia ini selalu memberikan harapan palsu dengan segala gemerlap, harapan dan kemewahan akan tetapi justru kepedihan dan derita datang kepadaku yang tak kunjung selesai...kenapa dunia ini menipuku", jawabnya.

Para warga Padhepokan
Dunia seolah-olah selalu lari darinya. Ia memburu dunia namun dijauhi dan ia berlari dibelakangnya, persis seperti orang yang menyangka fatamorgana itu air. Ketika ia tiba di fatamorgana, ia tidak mendapatkan apa-apa. Dunia ini sebenarnya fana..apa yang di lihat baik hari ini bisa jelek di hari esok... dan pasti fana itu penggoda keabadian jiwa iman...Apa yang mau  kamu kejar didunia ini, wong donyo niku sak kedeping netro, sak gebyaring mata.

Inilah dunia yang banyak membuat orang terperdaya. Ia tak lain sekadar permainan yang hasilnya hanya kecapekan dan kelalaian belaka. Dunia menyibukkan orang dari hal-hal yang bermanfaat untuk kehidupan akhirat. Dunia tak lebih dari sebuah tanaman yang tumbuh subur di musim hujan, yang tidak seberapa lama kemudian layu dan mengering di musim kemarau. Dan akhirnya bak anai-anai yang beterbangan ditiup angin. Sungguh, betapa cepatnya tanaman itu binasa. Walaupun tidak memungkiri bahwa hidup itu pasti ada hawa nafsu. Yen ora ono urip mesti ora ono hawa nafsu itu mesti memerlukan dunia. Tapi jangan dibuat dunia ini menjadi tujuan utama. Krono sak tenane kabeh niku fana kecuali Allah kang baqa’.

Maka yang paling penting didalam hidup ini adalah tumataning ati manfaating diri. Atine awake dewe papak lungguh ing roso manfaatne  jiwo kita lan rogo kita tumrap sak padane titah gawe sowan ngarsane Allah

Kalau sudah hatinya seperti itu maka yakin demi Allah, maka hidup kita tentunya mesti "toto" dan menyadari bahwa hidup ini adalah sebuah ujian. Ada ujian mudah dan ada ujian sulit. Ada yang kelihatannya kaya karena dielu-elu oleh Allah. Ada yang kelihatannya miskin, karena Allah kangen karo pangrintihe wong. Orang kalau sudah toto ketika ada musibah maka selalu menyebut, Allah..Allah..Allah. Jika belum toto maka selalu timbul menyalahkan orang lain, menggunjing dll.
Oleh karena itu para dulur warga padhepokan, jagad agung mari kita kendalikan

Ojo sampe ngreridu atine ewake dewe ing ngatase iman. Kita harus selalu waspada tentang duniawi supaya iman kita tidak tergoda oleh dunia dalam bentuk apapun. Panggodane ning alam donya niki kathah sanget. Berupa uang, mungkin kita diuji dengan kekayaan, kita lupa Allah. Diuji dengan kemiskinan, kita lupa Allah. Diuji dengan anak, istri, saudara, jabatan dan berbagai macam bentuk godaan lainnya 

Para warga Padhepokan
Alloh menjadikan dunia dan alam seisinya ini bertasbih padaNya...kita sebagai "Kholifah" di bumi ini kita harus menata mulai diri ini dan alam ini..kita harus bisa memilah dan memilih atas segalanya.. dan pemilihan kita atas dunia ini kita harus menjadi jelas kita sendiri menjadi pemimpin termasuk pemimpin bagi diri sendiri...dan setiap pemimpin dimintai pertanggungan jawab.

Selain tugas manusia sebagai khalifah di bumi ini yaitu beribadah kepada Sang Maha Pencipta, tugas lain manusia di bumi ini yaitu menjaga alam dan isinya. Alam yang memberikan kita keberadaan hidup, oleh karena itu kita harus menjaga dan melestarikannya. Dengan cara menggunakan apa yang ada di alam ini dengan secukupnya tanpa berlebihan. Tidak merusak apa yang ada di alam ini,ckarena itu akan merugikan diri kita sendiri.

Tugas lain manusia sebagai khalifah di bumi ini yaitu saling menyayangi dan menjaga setiap sesama umat manusia, menolong sesama saudaranya tanpa membedakan suku, agama, warna kulit dan sebagainya. Allah menciptakan umat manusia beragam bukan untuk saling menjatuhkan atau saling bermusuhan, melainkan untuk saling mengenal, supaya kita bisa belajar satu sama lainnya. Karena itu jangan jadikan perbedaan untuk kita saling menjatuhkan dan perpecahan. Manusia hidup di bumi ini butuh orang lain, antara satu sama lainnya saling ketergantungan. Tanamkan rasa toleransi dan menyayangi, senantiasa tolong menolong, serta selalu mengingatkan dalam kebaikan.

Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi ini maksudnya manusia diciptakan untuk menjadi penguasa dan pengatur segala yang ada di bumi ini yaitu menjaga tumbuh-tumbuhan, hewan, hutan, laut, gunung, ikan dan lain-lain. Manusia sebagai khalifah di bumi ini harus bisa memanfaatkan semua yang ada di bumi ini demi kemaslahatannya. Manusia sebagai khalifah di bumi memiliki kewajiban bersama yang dibebankan Allah yaitu mengekplorisasi kekayaan bumi untuk kemaslahatan umat manusia.Selain itu tugasnya yaitu memelihara bumi dan memelihara akidah yang ada di dalamnya.
 
Saudaraku.. marilah kita memilah dan memilah..berpegang al furqon.. jangan kita melihat dari sisi fisik saja namun dalam segalanya. Semoga kita dapat mengemban tugas sebagai kholifah-Nya dan anak turun kita semua mendapat ampunan dan hidyah-Nya..

Pramilo niku itu para dulur padhepokan, kita nenuwun ing ngarsane Allah diparingi jejeg-e iman, ing ngatase kita lan anak turun kita kanthi umul kitab Fatihah. Kita suwunaken dumateng Allah, kita anak turun kita sedoyo ingkang susah paringi bungah, ingkang sakit paring sehat, ingkang ekonominipun rusak mugi Allah enggal paring rejeki ingkang halal barokah, ingkang kagungan utang enggal saget nyahur, Allah nglimpahaken rahmat, Allah paring barokah,
Al-Fatihah


Wassalamu'alaikum Wr. Wb




Tiyang Niku Bakal Ngunduh Wohing Pakarti

Aurotan 12 Juli 2018 

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar  

Tiyang Niku Bakal Ngunduh Wohing Pakarti

Padhepokan Pusaka Suann Tembayat Blitar

Assalamu'alaikum Wr. Wb
Para warga Padhepokan
Rasulullah pernah berkirim surat kepada penguasa Romawi agar penguasa Kaisar Romawi membawa Islam untuk men-tauhidkan Allah. Pada waktu itu penguasa Romawi menjawab, "Seandainya aku tidak sebagai kaisar, seandainya aku tidak berfikir tentang perpecahan rakyatku, tentunya aku sudah masuk kepada agama Muhammad dan aku anjurkan yang lain untuk masuk agama Muhammad".

Inilah, sungguh suatu keikhlasan dan pengakuan yang tulus oleh seorang kaisar Romawi terhadap ke-esaan Allah dan ke-esaan itu dimanifestasikan kedalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan cara memahami kehendak Allah, tidak menuntut Allah dan mencintai Allah, sehingga dalam keikhlasan itu, Allah mencukupkan terhadap kita, mencukupkan segala urusannya dan dari keikhlasan kita, ridho kita atas pemberian Allah maka sebaliknya Allah akan ridho kepada kita semua.

Para warga Padhepokan
Ada sebuah kisah nyata, seseorang pedagang pisang di Sanankulon Blitar. Setiap hari beliau keliling disekitar Sanankulon, ketika ada jalan yang rusak berlubang menuju SD Sanankulon yang dibangun, beliau membeli semen untuk digunakan menutup lubang jalan-jalan tersebut. Pada saat ada orang yang membangun masjid beliau berhenti dan memberikan keuntungan pada hari itu sejumlah Rp. 300.000,- dan ketika ditanya sejumlah santri, beliau menjawab bahwa ini dari Hamba Allah.

Ada beberapa orang yang bertanya kepada penjual pisang tersebut, "Mbak kok bisa, Apakah Mbah tidak punya permasalahan?".Jawab si Mbah, "Masalah itu apa? sebetulnya setiap orang punya masalah. Manakala seseorang itu ikhlas maka Allah akan mencukupkan semuanya. Jika saatnya akan membayar sekolah anak saya maka saya hanya bedo'a...ya Allah saya minta rejeki untuk membayar, paginya pisang saya diborong seseorang. Begitu juga ketika ada pagar sekolah SD atau MI yang rusak maka saya berdo'a...ya Allah saya minta rejeki dan alhamdulillah besoknya saya bisa membantu walaupun hanya satu sak semen".

Para warga Padhepokan
Keikhlasan iniah yang betul-betul mencukupkan jiwanya, mencukupkan hatinya, keridhoan hatinya atas pemberian allah. Allah menjawab setiap do'a-do'anya. Allah menjawab setiap permasalahannya. Kerono niku para dulur mari kita berintrospeksi terhadap diri kita sendiri, apakah kita sudah betul-betul ikhlas terhadap Allah? sudahkah kita betul-betul ikhlas didalem peparinge Allah. Namun kita juga harus berfikir apakah justru kita menjadi munafik dihadapan Allah. Dalam arti begini, kita kemana-mana pergi jauh berdakwah dan seolah-olah menjadi orang yang beriman. Jasmani kita kemana-mana namun hati kita tidak tertuju kepada Allah. Maka yang muncul pada saat itu adalah kemunafikan kita kepada Allah.

Kemana-mana kita berbicara tentang surga dan neraka padahal tidak seperti itu dan harusnya kita tidak berusaha memahami bahwa surga dan neraka itu hakikatnya adalah sebuah balasan. Maka itu yang harus kita hayati dan pahami. Sholat kita, ibadah kita, hakikatnya hanyalah untuk Allah. Keikhlasan-keikhlasan itu juga untuk Allah.

Suatu contoh, Syekh Ibnu Athoillah pernah mengatakan bahwa ketika kita mengerjakan keta'atan maka itu tidak akan membuat Allah kaya dan sebaliknya jika kita mengerjakan suatu kemaksiatan maka sebenarnyalah bahwa kemaksiatan itu tidak akan merugikan Allah.

"Sebenarnya apa yang kita lakukan baik itu kebaikan atau keburukan pada hakikatnya kembali kepada diri kita sendiri"

Para warga Padhepokan
Mari kita ikhlaskan segala apa yang kita lakukan. Mari kita tetap menjadi satu karena Allah, berbuat baik karena Allah, menyatu dengan roso ning awake dewe roso jiwane awake dewe. Berbuat baik kepada siapa saja tanpa perlu memandang latar belakang apapun, apakah beda agama, beda ras, beda bangsa. Yakinlah bahwa kebaikan itu untuk diri kita sendiri. Sesuai dengan pesan Kanjeng Sunan Kalijogo, "Tiyang niku bakal ngunduh wohing pakarti".

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat Blitar
 

Aku Roh Rahsane Menungso, Menungso Roh RahsaKu

 Aurotan 5 Juli 2018 

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar  

Aku Roh Rahsane Menungso, Menungso Roh RahsaKu

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat Blitar

  
Assalamu'alaikum Wr. Wb


Para warga Padhepokan
Ada santri ada Kyai. Kyai itu macam-macam. Ada Kyai tutur, kerjaannya hanya menasehati orang, bagaimana hidup ini lebih baik, lebih tentrem. Ada Kyai sembur, Kyai ini jika diminta nasehat bingung untuk menyampaikan. Inginnya berjalan ke Timur tapi bingung untuk menyampaikan. Ada Kyai catur, sukanya bermain politik, berbuat kelicikan dan sebagainya. Ini macam-macamnya kyai. Nah para dulur warga Padhepokan, yang apes itu sebenarnya kyai yang kebetulan kyai tutur juga kyai sembur.

Alkisah, suatu hari ada santri yang menghadap kyai tersebut. Santri ini protes, "Saya sudah mengamalkan segala amalan dari panjenengan, saya sudah mengamalkan wiridan juga dzikir dari panjenengan. Amalan-amalan ini diijazahkan ke saya tapi sedikitpun kok tidak ada keinginan saya yang berhasil". Maka kyai tersebut terdiam. Diamnya seorang ulama yang benar-benar ulama. Sejenak ulama itu menangis dan menjawab didalam hati, "bagaimana anak ini kok tidak mengerti". Jawaban itu tidak harus diucapkan kyai. Jawaban itu sebenarnya adalah "lillahi robilalamin". 

Para warga Padhepokan
Selama ini dzikir, wirid, lakon, sholat, puasa sekalipun itu, dari seribu orang mungkin hanya beberapa saja atau bahkan tidak ada yang mencapai kata lillah. Ada yang berharap surga, ada yang berharap niat, ada yang takut neraka. Kebanyakan orang belum memahami bahwa wirid, dzikir itu hanya latihan untuk menyapa Allah. Tidak usah berharap jika mengamalkan ini akan menjadi sakti, tidak mempan ditebas dll. Maka Allah sudah tahu maknawiyah apa yang dihajadkan. Allah akan memberi imbalan. Tidak terus-terusan bertanya kepada kyai karena bukan kyai tersebut yang mengabulkan do'a. Kyai itu hanya menuntun, noto ati kanthi dzikir. Orang noto ati itu tidak bergerak hanya fisiknya saja, noto ati ini berhubungan dengan jeroan. Banyak orang itu yang casingnya bagus tapi jeroannya masya Allah...sudah tidak karu-karuan. Casingnya bagus bisa Sam---ung, no--ia dll tapi jeroannya mesin-nya mati. Orang yang penting bukan seperti itu, bukan casingnya kalau hp-nya itu nyala, sambung sakpadane menungso, maringi kesaenan tumrap sakpadane manungso, migunani tumrap sakpadane manungso, fainsya Allah...niku dadi sak apik-apike manungso.

Para warga Padhepokan
Kalau seseorang itu tidak memahami betul maka yang terjadi adalah kondisi seperti sekarang ini. Agama itu sudah diprofesikan. Kalau kita lihat dilayar TV itu kita sedih, mengakunya ustad tapi naif. Lihat dimedsos, contohnya seperti baru-baru ini (orang yang kurang paham) dia tidak memahami Islam Nusantara itu bagaimana. Islam yang terbentuk seiring dengan kebudayaan. Menurutnya agama itu terpisah dari kebudayaan sehingga yang dikatakan Rahmatan lil alamin itu hanya agama saja. Hanya orang bodoh yang berpikir seperti itu. Artinya Islam itu bisa berkembang dimana saja seiring dengan kebudayaan. Orang Arab menggunakan jubah maka bisa memakai jubahnya. Orang Indonesia memakai sarung maka Islam bisa dengan orang sarungan. Orang Malaysia memakai celana dan sarung ditekuk juga bisa Islam memakai itu.

Ada yang mengkritik sholawat, "Jama'ah kok sholawat harusnya tahfidzul Quran". Allah dawuh, bersholawatlah atas nabi. Ustad-ustad hari ini bukan suatu keyakinan tapi sebagai profesi, semuanya hanya uang. Apakah orang Islam yang berjubah lebih baik dari pada orang Islam yang bersarung? Apakah yang bersarung lebih jelek dari pada memakai celana dan bersarung ditekuk separuh seperti Malaysia? Apakah kita lebih jelek dari Suku Uighur China Islam yang memakai celana putih panjang itu? Tidak....Yang dimaksud Rahmatan lil alamin itu bisa berkembang dimana saja dan bisa seiring dengan apa saja, sejauh tidak bertentangan dengan fikih-fikih Allah. Dan yang kedua, Yasinan disalahkan, "harusnya Qur'an bukan Yasin". Apakah Yasin bukan bagian dari Al-Qur'an? Kalau kita tidak mampu membaca Al-Qur'an dalam jumlah banyak maka membaca Yasin. Apa perlu membuat kumpulan Al-Baqoroan, dengan surat yang amat panjang?

Para warga Padhepokan
Murid atau santri yang tidak memahami semacam ini maka dia tidak akan sampai kepada Allah sampai kapanpun dzikirnya. Banyak seperti disampaikan diatas, santri yang bertanya kepada gurunya bahwa selama ini sudah melakukan perintahnya tapi kok tidak sampai apa yang dia inginkan. Karena apa yang dilakukan dzikir itu tidak karena Allah. Niat itu lebih dari separuh amalan. Kanjeng Nabi itu dawuh, siapa saja yang istiqomah mengamalkan surat Al-Waqiah maka dia tidak akan diberi kemiskinan sampai kepada anak turunnya. Tapi jika membaca surat Al-Waqiah jangan dimaknai atau diniati minta kaya tapi lillah maka fadilah akan langsung datang dari Allah. 

Ada lagi, "Islam ya Islam tidak ada Muhamadiyah". Muhamadiyah itu sekelompok orang yang mengaku dirinya pengikut Muhammad. NU itu adalah orang-orang ahli sunnah yang terpinggirkan oleh keadaan. Jadi sebelum ada NU sudah ada tahlilan, Yasinan yang diiringai oleh kebudayaan dan Agama ditumpangkan pada saat itu. 

Kembali lagi, jika semua do'a dikabulkan sesuai keinginan kita maka niscaya akan saling berbenturan. Contoh, petani yang menanam jagung  dan satunya menanam padi. Yang satu berdoa agar diberi hujan dan sebaliknya yang satu berdoa meminta panas maka jika dikabulkan sekaligus maka akan berbenturan dan tidak berjalan dengan baik. Allah itu berdiri sendiri dan tidak bisa diatur seperti itu.
Oleh karena itu saya berpesan seperti ini, lakukan apa saja dengan keikhlas kerono Allah. Sudahlah jika segala sesuatu kerono Allah, panjenengan ridho ingatase peparinge Allah maka Allah bakal ridho ingatase panjenengan. Kerono nopo, "Aku roh rahsane menungso, menungso roh rahsaKu", dalam ilmu hakikat. Maka puncak syukur itu adalah ridho. Aturan Allah itu pasti lebih baik. Allah memberikan takaran rejeki setiap orang.

Para warga Padhepokan 
Takdim kita kepada Sunan Tembayat yang kita teladani, keikhlasan Tembayat. Begitu juga Kanjeng nabi ketika disuruh menghentikan risalah dan akan diberi jabatan, emas dan wanita maka Nabi tidak bergeming dan berkata, "jika matahari ada ditangan kananku dan bulan ada di tangan kiriku maka aku tidak akan berhenti untuk berdakwah". Kanjeng Sunan Tembayat ikhlas meninggalkan segala kedudukan dan harta, berjalan dari Semarang ke desa Paseban Klaten. Kalau menuruti raga dan angen-angen maka lebih baik menjadi Bupati, mempunyai kedudukan dan harta yang melimpah tapi tidak untuk Kanjeng Sunan Tembayat. Keikhlasan Allah-lah yang dicari. 

Sekali lagi mari kita tata hati kita. Kita kembalikan keikhlasan ini atas segala sesuatunya. Amalan-amalan kita tidak lagi menjadi tunggangan angan-angan tapi benar-benar amalan menjadikan keikhlasan sehingga Allah memberikan balasan tanpa kita minta. Al-Fatihah.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Memahami Per-Makrifatullah Melalui Ayat-ayat Kauniyah

Aurotan 28 Juni 2018 

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar  

Memahami per-makrifatullah melalui ayat-ayat kauniyah Allah

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
  
Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para Warga Padhepokan
Pada suatu malam berjalanlah Syekh Jalaludin ar-Rum (Jalaludin Rumi 1207-1273) didepan halaman rumahnya
Begitu melihat desiran angin yang mengerakkan ujung-ujung daun, pupus-pupus tumbuhan, menarilah tanaman itu. Mereka menari karena suka dan gembira itu diwujudkan untuk melihat dan memahami akan kebesaran Allah.

Kalam raya yang sedemikian hebat untuk bertasbih akan kebesaran Allah maka mengingatkan kepada Syekh Jalaludin ar-Rum bahwa menyembah Allah itu dengan gembira, memahami kemakrifatan Allah, memahami keberadaaan Allah, memahami ayat-ayat kauniyah dan pada saat itu Syekh Jalaludin ar-Rum menciptakan sebuah Tarian Sufi dengan tangan menengadah satu dan tangan yang lain terjulur kedepan. Sungguh sebuah keindahan dengan berkeliling, hatinya terus berdzikir kepada Allah. Hatinya terus mengingat Allah..... 

Para Warga Padhepokan
Syekh Jalaludin ar-Rum sungguh menggambarkan betapa tangan kanannya menghadap keatas dan kepala "bertengkleng" ke arah sana menggambarkan bahwa kita bersandar kepada Allah, iya kanak budu wa iyyaka nasta'in...sedangkan tangan kirinya kedepan maka menyadari betul bahwa kita adalah bagian dari alam maka rangkulan tangan untuk sesama hamba Allah untuk berbuat kebaikan . Kita tidak membedakan lagi suku, tidak lagi membedakan bangsa. Tidak lagi membedakan Agama namun berbuat baik untuk semuanya, tanpa mengenal kasta dan perbedaan kulit. maka berbuat baik kepada sesama sesungguhnya hakikatnya adalah berbuat baik untuk diri sendiri.

Para Warga Padhepokan
Begitu juga Kanjeng Sunan Tembayat memahami ayat-ayat kauniyah Allah, disekelilingnya terdapat banyak perbedaan banyak kemiskinan maka Sunan Tembayat menggunakan sumpah kepada muridnya, bagian dari bertasbih kepada alam semesta ini. Bagian daripada mengagungkan keberadaan Allah. Kanjeng Sunan Tembayat yang menjadikan sesepuh dari Padhepokan Pusaka yang menjadi penerus dari ajaran dari Sayidina Ali yang terus bermutawadhu sampai kepada kita maka Sunan Tembayat pada waktu itu, wahai warga padhepokan...menyantuni si miskin, diajarkan bertobat kepada Allah. Diajarkan hanya bersandar kepada Allah tapi dibalik itu beliau mengajarkan kerukunan terhadap sesama tanpa membedakan apapun yang ada didiri manusia bahkan terhadap segala sesuatu dialam ini.

Para Warga Padhepokan
Monggo kulo lan panjenengan meneladani Rasulullah yang pada waktu itu di Madinah penduduknya bukan hanya orang Islam tapi ada Yahudi dan ada Nasrani. Bahkan Rasulullah sendiri dikenal pertama kali oleh seorang pendeta Nasrani berdasarkan kitab Injil kepada pamannya Abu Thalib. Rasulullah bahkan menyampaikan bahwa barang siapa mengganggu Yahudi di Madinah maka akan berhadapan dengannya.

Kepada Sunan Tembayat yang kita ta'dzimi mari kita tauladani, mari kita ikut menciptakan kerukunan , mengasih sesama. Sungguh suatu kenistaan jika hidup kita hanya berorientasi dunia. Jiwa kita hanya menjadi tunggangan keduniawian, menjadi tunggangannya keinginan.

Saat ini Pilkada, Pilgub, ada sekelompok orang yang menjual program, menjelekkan sesama, mengadu domba hanya untuk memenuhi kebutuhan angan-angan. Jiwanya menjadi tunggangan. Oleh karena itu para dulur, apa yang akan terjadi?  maka orang itu akan jauh dari sifat Syekh Jalaludin ar-Rum, jauh dari sifat Kanjeng Sunan Tembayat bahkan lebih jauh lagi dari sifat Kanjeng Rasulullah yang mengayomi sesama. Rasulullah yang menerima Nur Muhammad yang menyampaikan sebagaimana Islam adalah Rahmatan lil Alamin.

Para Warga Padhepokan
Kerono niku Para dulur warga Padhepokan, mari kita semua sekali lagi kita bermakrifat dengan ayat-ayat kauniyah Allah, tansah bertasbih sebagaimana alam raya ini. Mari kita renungkan di-diri kita ini, dihati kita ini bahwa hanya Allah yang maha segala tiada yang lain. Dan Allah tidak memerlukan semuanya karena Allah bersifat mukhalafatu lil hawaditsi.

Mugi-mugi Kulo lan Panjenengan, sak anak turun kulo lan panjenengan, tansah diparingi keselametan dunia akhirat, bejo donya bejo akhirat, mulyo donya mulya akhirat. Ya Karim...Ya Karim...Ya mujibul saailiin.
Al-Fatihah

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Postingan Populer