Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Minggu ke-1, 2 Agustus 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar


Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat


 Assalamu'alaikum Wr. Wb
Para warga padhepokan
Di musim bunga, beribu-ribu kupu-kupu yang indah warnanya membuat senang kita yang melihatnya. Kupu-kupu itu nambah reseping ati, nambah nyukuri nikmate Allah. Ada kupu-kupu putih, ada kupu-kupu hitam, kupu-kupu gajah, bermacam-macam corak dan warnanya bahkan ada yang klaper kecil sekali. Bahkan kupu-kupu itu disadari atau tidak ada satu hal kenikmatan yaitu ketika minum madu kenapa ketika kupu-kupu mengambil sari madu bunga sekaligus kakinya akan membantu pembuahan pada tanaman. Kalau kita pahami kupu-kupu itu sebenarnya berasal dari seekor ulat dan mungkin dari sebagian orang akan jijik terhadap ulat tersebut. Bahkan pada sebagian orang yang tidak tawar ulat itu bisa mengakibatkan alergi. Apalagi jenis ulat serit atau ulat lintang dapat membunuh seekor kambing.

Itulah para warga...Itulah gambaran dunia. Janganlah kita hanya berfikir tentang kesenangan kita sendiri dengan melihat kupu-kupu itu. Kita hanya berfikir tentang baiknya saja. Kita hanya berteman dengan orang baik-baik saja. Tidak pernah berfikir bahwa jagad ini ada prosesnya diciptakan dari yang jelek menjadi baik. Bahkan dari contoh ulat tersebut, jika kita diberi anugerah oleh Allah menjadi rahmatan lil alamin, nur yang mampu menerangi sekitarnya. Jika kita mampu berteman dengan ulat maka mereka akan memberikan kebaikan kepada kita, contohnya ulat sutra, kalau kita pelihara maka ulat sutra akan menghasilkan kain sutra. Ulat yang akan berubah menjadi kupu-kupu yang indah.

Para warga padhepokan
Mampukah kita semua menjadi nur, mampu membawa Islam yang ada didiri kita itu menjadi rahmatan lil lamin. Saat ini masya Allah...orang yang harusnya menjadi rahmatan lil alamin, memberikan keteduhan, ada gerakan pengawal fatwa MUI. Lho..MUI dikawal untuk apa, fatwa itu hanyalah suatu ketetapan agar setidak-tidaknya untuk mengingatkan kembali dan fatwa itu jadi keputusan yang mengikat. Contoh, umpamanya MUI mengharamkan rokok, apakah orang yang merokok disini akan ditangkap dan dihukum? berbeda dengan ketetapan hukum, jika ada orang yang tidak memakai helm maka akan ditilang. Seperti saat ini ada gerakan ulama untuk menjadi calon presiden. Inilah seolah-olah kita hanya melihat keindahan, padahal ulama itu adalah da'iyah, da'i, orang yang mengajak menjadi kebaikan tapi tidak menjadi amar atau pemimpin.

Umar bin khatab mempunyai anak yaitu Abdullah bin Umar, beiau ditawari menjadi seorang Gubernur Mesir dan beliau tidak mau memanfaatkan sesuatu dalam masalah urusan kewarganegaraan. Saat ini tidak, hilang yang namanya solikah soleh itu, kenapa orang alim pada bingung ingin ke istana. Yang alim ini lupa kealimannya hanya untuk kepentingan sendiri dan lupa akan umatnya. Oleh karena itu mari kita toto hati kita, jagad ini sudah tua dan menjadi tua. Seperti kata nabi, "Dunia ini bagai seorang wanita bungkuk tua yang memegang tongkat dan berjalan terseok".

Mari kita ikuti kyai yang sepuh alim, mampu memberikan sinar pada lingkungannya.
Orang jika kufur maka akan membakar semua ulat yang pada akhirnya tidak ada lagi kupu-kupu, tidak ada lagi keindahan. Saya yakin dikanan kiri kita bukankah orang-orang yang pasti baik, tidak. Oleh karena itu kita toto hidup kita dimulai dari hati kita. Kita memohon kepada Allah setidak-tidaknya kita diberi kewenangan, diberi anugerah untuk memberikan manfaat untuk lingkungannya supaya kita semua berakhlak.

Para warga padhepokan
Banyak ulama yang ahli fikih, seperti bermain bola jadi wasit, sedikit-sedikit disemprit, sedikit-dikit pelanggaran, sedikit-dikit haram, bid'ah dan lain-lain. Contohnya, didaerah sedulur kita, daerah Magetan, dahulu ketika panen padi diawali dan disyukuri dengan selametan. Kenapa seperti itu, ada maknawiyah yang diajarkan Maulana Maghribi ketika singgah di lereng Gunung Lawu, adanya kebersamaan, makan bareng dengan do'a bersama, jika disebut sukuran susah maka sering disebut Sedekah bumi, artinya sedekah tumrap kita sendiri yang sudah memetik ulu watune bumi dan diiringi dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Datanglah sekelompok orang yang saat ini sedang berkembang yang tidak mengerti mengkafir-kafirkan mereka yang tidak memahami dan menafsirkan Al-Qur'an dengan caranya sendiri maka orang-orang yang memetik padi dan makan disawah dikafir-kafirkan karena makannya disawah. Apakah bedanya makan disawah dengan dirumah? Apakah jika makan disawah itu masuk neraka dan makan dirumah tidak?. Ini sudah banyak di Indonesia.

Ada mungkin kepolisian, Kita tidak bisa menyalahkan kepolisian, kyai pun juga ada yang salah, itu karena personalnya. Tiba-tiba polisi dikatakan salah, thogut dan lain-lain padahal itu hanya oknum, bisa dibayangkan jika tidak ada polisi, bagaimana kondisi jalan itu, semrawut, bagaimana senangnya para penjahat? maka kita toto. Ulat itu jangan dimatikan tapi tunggu dan jadikan kupu-kupu yang bagus. Buah Alpukat itu tidak akan jadi bagus jika tidak ada ulatnya, inilah yang kita harus pahami.
Kita semua jika Allah mengijinkan dan dapat anugerah untuk menjadikah kebaikan sakpadane titah, berakhlakul karimah maka kita menjadi bagain dalam rahmatan lil alamin. Seperti kanjeng nabi pernah berpesan, "Tidaklah aku diturunkan didunia kecuali untuk memperbaiki akhlak".  Bukan untuk memperbaiki hukum tapi akhlak.

Ada orang sholat dengan kondisi gelap (lampu dimatikan), akhirnya dibilang bid'ah, padahal jaman nabi dahulu juga tidak ada listrik. Manfaatkan apa yang sudah diberikan Allah kepada kita untuk kebaikan, walau sekecil apapun, senyum kepada orang lain, membuang duri dan batu ditengah jalan. Padhepokan tidak membatasi warganya jadi sesuatu, apapun itu tidak masalah. Tidak harus jadi kyai untuk bermanfaat untuk lingkungan. yang jadi pejabat jadilah pejabat yang kerono Allah dan memanfaatkan jabatan untuk kepentingan bersama bukan untuk kepentingan pribadinya. yang menjadi petani maka jadilah petani yang baik karena Allah. Kerono niku kita tidak boleh membasmi keburukan tapi kita mengajak dari yang jelek menjadi baik.

Para warga padhepokan
Termasuk dakwah kepada diri kita sendiri. Ada orang datang ke saya dan bercerita bahwa suaminya bertato dan merasa tidak masuk surga. Tidak usah berfikir seperti itu, tidak usah memotong hak Allah, surga nerka itu adalah hak Allah. Seumpama ada suatu suku di Indonesia yang bertato dan masuk Islam maka ketika mendengar seperti itu trus bagaimana? dia akan putus asa. Orang Jawa sebelum Islam datang sudah mengenal Allah, sudah mengenal Tuhan cuma tiketnya yang belum ada. Makanya ada ungkapan, "Pangeran niku tan kinoyo ngopo", bahkan urip niku ora kenek jinongko karena ada ketentuan-ketentuan Allah. Manusia itu akan sombong jika sudah jongko jangkani uripe. Seperti halnya dawuh Kanjeng Sunan Tembayat, "Ngopo uripmu iki mbok gawe susah, gawenen seneng, ning gunakno uripmu kangge nyenengne liyan". Ini pesan Sunan Tembayat dalam Serat Suluk Sujinah. Urip kok maskumambang thok, mbrambang ora ngerti arahe. Misal lagi, ada orang anaknya tedak siti dan dibuatkan tangga dari tebu, itupun dibid'ahkan. Memang di Arab tidak ada tebu, tebu itu Anteping Kolbu nya kita setelah anak kita ajak dan dido'akan dengan membaca syahadat agar mantab qolbunya tentang Islam.

Contoh lagi, Seumpanya sujud memakai kopiah, selain untuk menutupi kepala dan rambut tapi secara filsuf atau filsafat adalah sujud itu adalah puncak sholat. Jangan sampai kita ketika sujud itu terhalang apapun, wis manunggal marang Allah. Jangan pernah merasa sombong, merasa kuat, merasa kaya karena kita tidak punya apa-apa. Bahkan kepala kita yang paling dihormatipun kita letakkan paling bawah dibawah pantat ketika bersujud. Mari kita bersama menata hati, insya Allah diparingi ijabah.

Assalamu'alaikum Wr. Wb  

Postingan Populer