Tutupono Apikmu Koyo Dene Nutupi Elekmu

Minggu ke-4, 24 Agustus 2018


Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Khaul ke 31  Mbah Naib sepuh Moh.Ridwan

Assalamu'alaikum Wr. Wb
Para dulur warga Padhepokan
Mari kita tepo tulodo dateng Mbah Ridwan almarhum karena dengan tepo tulodho Insya Allah kita saget nderek tindak lampahipun lan memahami apa yang beliau ajarkan dengan baik. Keikhlasan dalam setiap langkah. Ketegasan jiwa tentang agama, tentang negara kita, tentang perdamaian itu yang pernah diajarkan kepada kita. Kalau dilihat beliau masih ada keturunan garis lurus dari pangeran Ontowiryo, berarti pada dirinya mengalir darah-darah yang mengajarkan ketegasan namun tetap welas asih kepada mereka yang tidak mampu. Mari para warga, mari kita teladani dan ikut tindak lampah mbah Ridwan, Sunan Tembayat dan tentunya Rasulullah yang menjadi panutan kita.

Mbah Naib itu pernah bilang "Tutupono apikmu koyo dene nutupi elekmu"  Kebanyakan orang itu berusaha menonjolkan diri bahwa akulah yang paling baik, akulah yang berkorban untuk semua orang. Kalau kita memahami yang sebenarnya, sedikit takabur itu seperti api yang didalam merang, kalau api itu selalu menyala tidak terasa akan membakar merang tersebut. Oleh karena itu kesombongan didalam diri atau ketakaburan akan membakar seluruh amal kebaikan. Petuah-petuah kejawen jika kita dengarkan sepintas, ternyata apa yang disampaikan Mbah Ridwan itu adalah sangat-sangat Islami. Islam itu ketemu Kejawen koyo tumbu ketemu tutup.


Para dulur warga Padhepokan
Selanjutnya Mbah Naib Ridwan juga pernah berkata, "Le, ngiluo..oncekono gambarmu yen kowe wis weruh moko kowe bakal ngerti sopo to Pangeranmu". (Berkacalah...kupaslah dirimu, jika kamu sudah tahu maka kamu akan mengerti Pangeranmu" Maka kita berfikir bahwa jika dihubungkan dengan ajaran Islam, man arofa nafsahu faqad arafa rabbahu, Siapa yang mengerti dirinya maka bakal mengetahui Robnya. Begitu juga sebaliknya, Siapa yang mengetahui Pangerannya maka akan paham dengan dirinya. Maka apa yang dikatakan ini sudah menjadi satu karena setuhune ingsun tajaline dzat kang moho suci, sebenarnya manusia semua itu tajaline wahananing sifat yaitu Pangeran tapi kadang jika disampaikan ke muka umum tidak menutup kemungkinan kita ini bisa dianggap musyrik atau murtad. Namun sebenarnya kalu kita betul-betul mempelajari dan memahami ke-Islaman yang hakiki, Innalilali wa inna ilahi roji'un, Asal ora ono mbalik ora ono, mblalik ing ngarsane Gusti, mbalik ing alam wahdah dan pada saat Izroil sudah meminang kita untuk kembali kepada Allah, ruh kita kembali kepada Allah, tidak setitikpun walaupun sedzarah yang menghalangi pinangan Izroil kepada Allah. Dunia yang kita kejar-kejar, kita rangkul dan kita cintai ternyata harus terpisah dan berpisah.

Para dulur warga Padhepokan

Maka pesan ketiga yaitu puncak ing suluk yaitu menjauhi dunia. Maknanya...para dulur
tahun 1987 menjelang beliau meninggal dunia. ketika itu saya masih SMA dan kebagian menjaga pada malam hari. Setiap malam selalu memberi nasihat. Kembali ke Puncak ing suluk yaitu menjauhi dunia, bukan berarti orang Islam itu berpisah dari dunia tapi orang Islam itu jangan sampai ketunggangan dunia. Bahkan lebih baik jika kita orang Islam menunggangi dunia maksudnya jika kita punya harta maka jangan lupa dengan orang yang lemah dan jika kita punya kuasa maka jangan lupa melindungi yang lemah.


Para dulur warga Padhepokan
Kita semua banyak minum dari sumber air Mbah Ridwan yaitu sumber air ilmu. Setiap malam Jum'at kita belajar dan tidak berhenti belajar mengenal diri kita sendiri. Mengamalkan amalan-amalan Kanjeng Sunan Tembayat yang itu turunkan dari Kanjeng Nabi kepada Sayidina Ali sampai kepada Sayidina Husein dan sampai kepada kita. Jadi amalan-amalan kita dimalam Jum'at adalah bukan amalan buatan orang tapi diberikan oleh Kanjeng Nabi kepada menantunya Ali. Itu yang disampaikan Mbah Ridwan walaupun status mbah Ridwan menerima amalan dari Mbah Murtobi'ah itu adalah menantu, tapi menantu kesayangan. Akhirnya itu tetap kembali ke garis lurus.

Para dulur warga Padhepokan
Seperti disampaikan diatas bahwa kita minum dari air yang sama berarti sumber ilmu yang kita pelajari adalah sama. Walaupun kondisi-kondisi keadaanlah yang memaksa kita kadang-kadang harus berbeda. Ada yang menggunakan ajaran itu diubah menjadi do'a-do'a untuk menolong orang, ada yang diubah menjadi keselamatan, ada yang diubah untuk keselamatan tubuh dan penglaris badan untuk memperlancar rejeki dan lain-lain. Tapi pada dasarnya tetaplah ilmu itu mengalir dari sumber yang sama. Oleh karena itu malam ini kita memperingati meninggalnya Mbah ridwan. Mari kita semua sedikit meresapi ilmu beliau. Sedikit meresapi ketawakalan, syukur kita bisa berbagi kepada lingkungan sehingga kita bisa menjadi seperti harapan Mbah Ridwan yaitu kita semua dan semua anak turun kita menjadi nur Muhammad yang memberikan keselamatan dan kedamaian bagi lingkungan sesama. Maturnuwun.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb 
 

Postingan Populer