Ojo Sok Cidro Lisan Karo Atimu

Minggu ke-5, 30 Agustus 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar
 
Padhepokan Pusaka SUnan Tembayat Blitar


Assalamu'alaikum Wr. Wb
Para warga Padhepokan
Kita semua melaksanakan tugas perjalanan hidup manusia, kurang lebih separuh perjalanan. Ibarat pohon, umur ini seperti sehelai daun yang menempel diranting pohon. Jadi setiap tahun kita ini berkurang. Seumpama oleh Allah diberi jatah gesang misal 63 th seperti kanjeng nabi maka usia kita sekarang tinggal tersisa berapa? Satu persatu berjatuhan dan sekarang usia kita tinggal berapa? Tapi para wargo padhepokan, di dalam sisa umur yang menjadi jatah kita, rasa-rasanya kita semua ini susah sekali untuk manunggal kepada Allah. Rasanya jika kita berdzikir, jika kita berbuat baik, berbuat kebaikan kepada sesama makhluk hidup tapi rasa ini kadang-kadang ingin menyatukan dengan Allah sangat susah, ada saja penyakit riya, ada saja penyakit ujub. Disaat kita berupaya untuk mencapai keasyikan kepada Allah, muncul orang-orang yang tidak segolongan dengan kami, misalnya. "Hai...kamu-kamu ini adalah ahli bid'ah", kata mereka. Akhirnya orang seperti kita ini menjadi bingung, apa yang harus kita lakukan?

Para warga Padhepokan
Memang sepeninggalan kanjeng nabi Muhammad, seolah-olah tidak ada yang tidak bid'ah. Mungkin jika kita makan mie maka bisa bid'ah karena Kanjeng Nabi tidak memakan mie, beliau memakan kurma. Kanjeng Nabi tidak minum air memakai gelas tapi menggunakan tuwu' maka gelas ini menjadi bid'ah, menurut mereka. Kita semua menjadi tidak ada benarnya padahal tidak seperti itu. Kanjeng Nabi itu memberi dasarnya, umpamanya kanjeng nabi kalau makan sambil duduk dibawah, kakinya diangkat sedikit yang satu bersila yang satu diangkat sedikit, kalau disini seperti orang "bedingkrang" tapi sedikit. Tapi esensinya yang terbaik pada saat makan itu adalah sambil duduk. Apakah makan dengan cara seperti sekarang haram, apakah bid'ah? Jaman apa sekarang yang tidak bid'ah? Mungkin pakaian kita tidak sama dengan kanjenga nabi, itu juga mungkin sudah bid'ah.

Banyak para alim yang menutupi kebaikannya agak tidak diketahui orang lain dengan tujuan agar tidak mengganggu manunggalnya dengan Allah, agar tidak mengganggu keasyikannya dengan Pangeran. Beberapa saat yang lalu ada seseorang namanya Mbah Samut. Orang ini mungkin dianggap orang majnun. Beliau sangat sederhana dalam berpakaian, kadang-kadang hanya bertelanjang dada. Beliau hanya duduk sambil bergumam. Orang menganggap sudah gila karena aktivitasnya. Tapi tidak pernah terbersit dari mulutnya kata-kata kasar, mengumpat dan ucapan yang melukai orang lain. Kalau dalam jarak 10 meter kita mengheningkan jiwa maka sebenarnya Mbah Samut ini sedang berdzikir mengagungkan asma Allah.

Maka pada suatu saat ada seseorang yang sowan kepada Kyai Kusnan. "Le...carilah seseorang bernama Mbah Samut. Tapi kalau kamu tidak bertanya maka gak akan bertemu. Dipasar, rambutnya gimbal. Temuilah...sampaikan salamku".

Rasa was-was itu ada kalau nanti tidak bertemu. Bagaimana kalau nanti itu orang gila beneran. Maka ketika sudah bertemu disampaikanlah salam dari Kyai Kusnan. Seketika itu Mbah Samut tersadar dengan raut muka memerah dan berkata, "Kurang ajar Kusnan, sudah membuka topeng ingsun, nganggu kesenangan ingsun...". Setelah itu tidak beberapa lama Mbah Samut kondur ngarsaning Gusti Allah.


Para warga Padhepokan 
Jaman dahulu banyak ulama, orang alim beruzlah dipuncak-puncak gunung, dibukit-bukit. Bukan berarti mereka tidak bermasyarakat tapi berusaha menata dirinya agar tidak terlalu tergoda oleh urusan duniawi namun dia tetap berbuat baik kepada sesama. Banyak orang-orang yang berguru kepadanya, banyak yang nyantrik tanpa meminta imbalan. Masya Allah...

Tapi jaman sekarang sudah berubah dan terbalik. Beberapa saat yang lalu ada seseorang dari Plosoklaten datang ke Padhepokan bercerita dengan keluh kesahnya. Seseorang tersebut bercerita bahwa pernah meminta tolong kepada seseorang yang dinilai alim dan 'ampuh' untuk membantu menjualkan tanahnya untuk menutup hutang. Bagaimana jawaban yang diminta bantuan? Malah berkata, "Susahmu itu tidak seberapa dengan susahku..tak doakan segera laku tapi uangnya nanti aku pinjam 150 juta" bagaimana kalau seperti ini? Tidak memahami kesusahan orang lain. Justru menimpakan dan menambah beban kepada orang lain.
 
Akhirnya orang itu datang ke Padhepokan sambil menagis dan berkata bahwa mengapa selalu diberi ujian ini, selalu ditipu orang lain. Saya beri nasihat bahwa, Orang itu jika ditipu, jika Sakit, terkena cobaan sebenarnya Gusti Allah itu membantu menjauhkan pikirannya urusan duniawi, memalingkan hatinya dari urusan duniawi untuk menuju kepada Allah dan jika bisa menerima kodratnya Allah dengan ikhlas maka Allah akan ridho kepada dirinya.

Para wargo Padhepokan...sifat seperti diatas bukanlah sifat orang-orang Padhepokan. Padhepokan itu mungkin oleh Allah sudah ditakdirkan untuk tempat orang yang susah. Mungkin ketika orang susah akan semakin mendekat kepada Allah. Ditempat lain mungkin juga sama saja seperti itu. Jika kumpul di Padhepokan mungkin ketika berkumpul maka akan sedikit-sedikit terobati dari permasalahan yang ada. Ketika cobaan itu diganti dengan cobaan yang enak maka berpalinglah dari Allah dan dari Padhepokan. Saya pernah berkata bahwa seandainya berbuat baik itu bukan perintah Allah maka saya tidak berbuat baik. Kalau memang berbuat baik itu menimbulkan fitnah. Tapi karena ini perintah Allah maka apapun yang terjadi saya akan berusaha dan berupaya menyampaikan kebaikan, menebar keselamatan dan kedamaian.

Kejadian-kejadian itu sebenarnya dimulai dari hati ini. Nawaitu..menyembah Gusti Allah apakah kita betul-betul ikhlas menjadi muslim? Apakah kita benar-benar

"Inna solati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil alamiin" 
(Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam).

Atau sekedar Allah menjadi tempat pelarian, ketika susah, ketika ada masalah atau benar-benar lillah. Tidak bisa menyebut setiap orang yang tahu adalah kita sendiri. Kita ke Padhepokan itu berteduh, apakah benar-benar kaffah masuk, ikut mengagungkan asma Allah dalam tingkah laku, dalam ucapan, dalam hati atau sekedar saya berlindung dari permasalahan yang ada, itu kembali kehati masing-masing. Maka di Padhepokan ada tulisan "Ojo sok cidro lisan karo atimu". Apa yang ada dihati dan lisan samakan. 


Para warga Padhepokan
Setidak-tidaknya kita jujur kepada hati kita sendiri. Bagian daripada keasyikan kepada Allah adalah kejujuran. Orang yang tidak jujur diantaranya adalah munafik, termasuk sholat itu ada orang yang munafik kepada Allah. Sebenarnya sholat tapi hanya melakukan gambar sholat. Mestinya lillah tapi ternyata tidak lillah.

Kerono niku ing dalu niki, monggo kito membersihkan hati. Hidup itu tidak usah menghitung nikmatnya Allah. Kerono saktenane nikmatnya Allah itu tidak bisa dihitung. Belajarlah menjalankan yang baik dengan sebenarnya dan semampunya. Mari sekali lagi, kita memohon kepada Allah agar kita dan anak turun kita semua diberi keselamatan dunia akhirat, selamat dari iri dan dengki. Al-Fatihah 

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

*******

UNDANGAN
RUWATAN NAGARI
KIRAB PUSAKA DAN BUDAYA


Assalamu'alaikum...

Ngaturi rawuh penjenengan mbenjing :
Senin Malam Selasa
 Tgl 10 Malam 11 September
Jam 18.30
Tempat : Padhepokan Pusaka
Keperluan :  Pamaosan Khizib Agung

Mekaten undangan.
Karawuhan  mugi dados amal kesaenan  penjenengan
Nyuwun si aebaraken sedanten wargo 

Wassalamu'alaikum

Pamangku padhepokan pusaka
Bpk. Hairi Mustofa   

Postingan Populer