Mbangun Roso Sak Padane Titah (Kesalehan Sosial)

Aurotan
Minggu ke-3, 20 Oktober 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Kesalehan Sosial untuk sesama

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Jika kita perhatikan baru-baru ini terjadi bencana alam yang merupakan fenomena dahsyat dan diluar perkiraan manusia, diluar perkiraan prediksi-prediksi alat yang dibuat oleh manusia. Fenomena alam seperti di Palu, Donggala, Sigi, Aceh dan NTB adalah bentuk-bentuk peringatan Allah. Peringatan itu bisa berbentuk suatu ujian. Artinya didalam penderitaan apakah kita melupakan Allah? Sehingga banyak yang menjual keimanan dan ditukar menjadi bahan makanan atau kita tetep netepi iman ngarsanipun allah lan derek tindak lampah kanjeng gusti rasulullah SAW. Yang kedua, Allah memberi kahanan sepert itu adalah untuk mengingatkan manusia, artinya Allah itu berkuasa atas segala-galanya, Innama Amruhu Idza Arada Syaian An Yaqula Lahu Kun Fayakun.

Kalau sudah menjadi ketetapan Allah, walaupun dipasang alat secanggih apapun, jika Allah sudah berkata kun fayakun maka pasti jadi. Walaupun disisi lain Allah juga berfirman bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum bilamana mereka tidak berusaha. Ayat ini asbabun yaitu ayatnya agar manusia bisa berusaha walaupun ketentuan-ketentuan itu ginaris ing kodrat irodat berupa takdir

Selanjutnya Allah menjadikan sesuatu yang diluar batas kekuatan akal  itu adalah untuk mengingatkan manusia. Saat ini manusia dibelenggu dengan kepandaiannya, dibelengu dengan akal pikirnya akhirnya pikiranitu dituhankan. Seolah-olah alam ini diatur, Allah diatur. Harusnya akal itu untuk penyeimbang. Padahal akal itu diberikan kepada manusia pertama yaitu Adam untuk mendudukkan posisi manusia ditengah-tengah antara malaikat dan setan serta akal ini menjadi penyempurnaning roso. Namun yang terjadi saat ini tidak....banyak terjadi manusia yang menuhankan akalnya. Sesuatu yang dikehendaki Allah terkadang dengan akalnya itu kehendak Allah dikait-kaitkan dengan seseorang, karena presidennya itu, karena gubernurnya itu, karena disana ada yang seperti ini akhirnya jadi seperti itu...masya Allah. Kehendak Allah bukan dijadikan untuk menghujat, kehendak Allah yang berupa penderitaan dijadikan untuk membangkitkan semangat sak padane titah, menjadi semangat untuk saling membantu.

Perjuangan saling membantu inilah yang mengingatkan saya pada perjalanan seseorang. Kanjeng Sunan Kalijogo dalam perjalanan spiritual kehidupannya, dibangkitkan hidayahnya oleh Allah karena melihat kemiskinan-kemiskinan yang ada disekitarnya. Walaupun beliau sendiri adalah putra dari Adipati Wilwatikta yang tentunya bergelimang harta namun begitu Allah menurunkan hidayah melalui mata hati dan pikirannya melihat sekeliling, Sunan Kalijogo aweh paweweh mengambil dari gudang perbendaharaan kadipaten dan dibagikan kepada sesama. Akhirnya tetap ketahuan oleh ayahandanya, dimarahi dan diusir dari kadipaten. Inilah  titik awal yang menjadi hidayah itu maujud dihatinya. Beliau pergi uzlah, mengkhatamkan Quran bahkan getaran bacaan quran yang dibaca dengan roso itu sampai menggetarkan Kadipaten Tuban Wilwatikta.

Beliau tidak akan pulang sebelum mampu menyelesaikan segala urusan ukhrawinya dalam bentuk kesejajaran jiwa sesuai keinginannya. Dikuburkan Sunan Kalojogo oleh guru-gurunya agar merasakan kematian dalam hidupnya. Sunan Kalijogo mampu membunuh hawa nafsunya dan beliau dibangunkan setelah 7 hari 7 malam dalam tidur panjangnya  tidak makan, kalau orang jawa menyebut ngebleng. Dalam tidurnya beliau berdzikir wa Allohu Allah... tapi dzikirnya ini siiri, qolbi. Pencerahan demi pencerahan hati, nuriyah-nuriyah sinar didalam hati dari pangeran muncul. Tidak langsung mengumbar hawa nafsunya dengan makan tapi hanya diberi  aroma bau nasi liwet, ini sebagai penguatnya. Setelah itu beliau mendapatkan petunjuk, mendapatkan karomah-karomah.

Dakwahnya pun beliau mengajarkan kesalehan sosial. Beliau tidak hanya duduk, wiritan dan berfatwa, tidak seperti itu. Beliau dengan tekun berkesalehan sosial, nulung sakpodo-podo maklu jumangkah ing bumine Allah. Setapak demi setapak mengajarkan kebaikan, mengajak kepada ketauhidan walaupun didalam kemasan-kemasan adat istiadat. Namun kecintaan beliau kepada lingkungannya dan kesalehan sosial membuat berkembangnya Islam dengan sangat pesat tanpa kekerasan.

Mungkin saat ini fenomenanya berbeda. Ayat Quran yang mestinya digunakan menjadi pembeda antara yang hak dan batil serta sebagai petunjuk yang lurus akhirnya dipergunakan, diperjual dengan sorbannya serta politiknya  untuk memecah belah bangsa, seolah-olah yang sudah bersorban itu ulama yang alim. Ternyata dibalik itu banyak hal-hal tendensius, tidak mampu membayar utang dan berusaha menggulingkan pemerintahan yang sah.

Kesalehan-kesalehan ini menurun kepada Kyai Hasyim Ashari. Pada awal-awal perjuangan Indonesia hanya memakai senjata keris, tombak, bambu runcing dan beberapa bedil yang kuno melawan senjata yang jauh lebih canggih milik Belanda dan Inggris. Dalam keadaan seperti itu Mbah Dirman, Panglima Besar Jendral Soedirman menyarankan Soekarno untuk sowan ke Mbah Hasyim untuk minta petunjuk. Mbah Hasyim tidak dengan serta menjawab tapi dipanggil Mbah Wahab menuju Tebu Ireng. Mbah Wahab itupun tidak langsung menjawab, beliau mengkaji kitab dan masih memanggil beberapa kyai khos bahkan dipanggil juga Kyai Abbas Munteg. Baru setelah itu diputuskan sebuah resolusi jihad, setiap laki-laki tua maupun muda wajib berjihad dalam radius tertentu bagi umat Islam. Dan Islam dikomandokan bukan dengan slogan yang lain namun dengan kata Allahuakbar untuk melawan penjajah bukan melawan bangsanya sendiri.

Kalau kita cermati, saat ini kesalehan sosial sudah hilang. Mengapa masih ada orang yang seperti itu? Mari kita bersama-sama ikut tindak lampah kanjeng rosul, kyai sepuh, orang alim sing betul-betul alim yang tidak menjual agamanya dan kepandaiannya untuk mendapatkan harta. Kesalehan sosial sangat-sangat dibutuhkan. Jika kita lihat dan kita mendengar sirah rasulullah tentang seorang pengemis Yahudi buta dan miskin yang setiap hari disuapi oleh Rasulullah padahal pengemis itu setiap saat menghujat Rasulullah. Apa yang ada didalam peristiwa tersebut? Jika kita kristalkan dan kita simpulkan bahwa intinya adalah jiwa paseduluran atau patembayatan. Apakah kita akan bertanya partainya apa jika akan membeli diwarung? Apakah kita akan bertanya agamamu apa jika akan menolong? Kita ini Indonesia, kita ini umat Islam, kita ini sama-sama manusia yang harus membangun roso antara manusia. Bahkan kalau kita mengkaji bahwa muslim itu adalah satu, jika jari kelingking merasa sakit maka mulut yang akan berbicara.

Mambangun roso sak padane titah atau kesalehan sosial itu dimulai dari hati kita. Apakah tidak ada manusia yang berkhianat kepada kebaikan? Banyak yang sudah berkhianat atas kebaikan. Kita beri kebaikan, dibalas dengan kejahatan. Kita berbuat baik dengan ikhlas tapi dibalas dengan khianat. Tapi kita harus percaya seberat dzarrah pun kebaikan akan ada balasannya begitu juga kejelekan sebesar dzarrahpun ada balasannya. Karena Allah mempunyai asma yaitu sebagai hakim yang adil. Oleh karena itu mari kita selalu berbuat baik sak padane titah. Sudahlah....jika kita berbuat baik maka Allah juga akan memberikan kebaikan bagi kita dan anak turun kita semua. Dan semua orang yang sudah berbuat dholim kepada kita maka Allah akan melempar dengan panasnya neraka.

Apakah tidak ada orang yang berkhianat kepada Padhepokan? banyak sekali para warga....Banyak yang berpendapat bahwa seolah-olah padhepokan ini mengajarkan kesesatan, tidak sholat, tidak mengajarkan puasa dan lain-lain. Sampai saya berkata, "Kalau seperti itu ayo masuk kesini, mari ikut jamaah sholat disini". Namun setiap sholat tidak serta merta saya umumkan kesemua orang. Sholat itu adalah kebutuhan kita kepada Pangeran. Kalau saya mau zakatpun tidak perlu digembar-gemborkan kepada yang lain. Kalau mau memberi kepada anak yatim tidak tiap muharram saja karena mereka tidak butuh makan ketika muharram saja namun mereka setiap hari harus kita beri sebagai bentuk kesalehan sosial. Ayat-ayat Quranpun sebagai besar berisi perintah-perintah untuk kesalehan sosial. Oleh karena itu para warga mari kita berbuat baik kepada sesama semoga Allah memberi kemudahan kepada kita semua dan anak turun kita semua. Al-Fatihah.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb            
 

Postingan Populer