Mudun Dadi Rojo Adeging Pandito

Aurotan
Minggu ke-4, 27 September 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Assalamu'alaikum Wr. Wb
 
Kedatangan kita ke Sunan Tembayat bukan karena "dolan" atau bersenang-senang tapi sesungguhnya kita mengkaji hati kita. Sunan Tembayat adalah orang yang meninggalkan duniawi, mudun dadi rojo adeging pandito, itu istilah dari para sepuh. Meninggalkan sesuatu yang bersifat duniawi. Menggalkan sesuatu yang kita kejar mati-matian namun pada saat mati tidak satupun yang kita bawa. Kita mencari dunia, golek kemit, kemit itu materi, golek duit, bisa lupa paseduluran, bisa lupa tetanggan, saudara satu kandung, saudara satu perguruan bisa lupa. Itu karena nafsunya ingin memiliki duniawi, tega dengan lainnya. Ada yang keluar dari padhepokan lantas menfitnah disana-sini itu yakin saya....tidak memahami sejarah panjang Sunan Tembayat yang meninggal kan duniawi, meninggalkan urusan dunia dan pemerintahan hanya untuk madeg pandito artinya menata dirinya kembali, mencari jati dirinya, golek opo sing digowo tenan bukan golek opo sing ditinggalne.

Tentunya kejujuran, kejujuran dalam patembayatan, kejujuran dalam sebuah kerukan ini yang kita cari. Kita iqtibar, ngaji disana kepada yang sampun sumare. Tindak lampah nopo to kados ngoten niku? Kalau orang haji lau laka ya muhammad, krono panjenengan ya muhammad kulo nglampahi haji. Pada saat disini kita ikuti tindak lampah para ulama yang benar-benar para ulama dan para sepuh. Seperti kisah Rasulullah, ketika ada seorang yang senang berbuat zina ahli judi dan lain-lain menghadap ke beliau,

"Ya Rasulullah apa yang harus aku lakukan...?".

Rasul menjawab, "Kowe gelem jujur lamun tak takoni?"

"Baik ya Rasulullah", Jawabnya.

Pada saat dia mau berbuat maksiat maka dia ingat pesan Rasulullah bahwa suatu saat akan ditanya dan dia berjanji akan berkata jujur maka jauhlah dia dari sifat kejahatan dan kemaksiatan. Sunan Tembayat juga seperti itu, beberapa murid yang terkenal adalah Syekh Dumbo dan Syekh Ula. Didaerah sana sering disebut Mbah Ula dan Syekh Dumbo. Ula itu kalau bahasa arab bermakna pertama jadi dia adalah murid yang pertama bersama Syekh Dumbo.

"Kamu merampok aku itu untuk apa. Aku tidak membawa apapun".

Walaupun didalam tongkat bambu istrinya Sunan Tembayat ada berlian namun Sunan Tembayat tidak tahu. Maka pada saat direbut, beliau berucap, "iki lho salahe wong telu", atau sekarang istilah tersebut dikenal dengan Salatiga. Sebenarnya yang harus kita bawa untuk adeging pandito adalah keimanan, keyakinan. Kalau ada kehidupan maka Pangeran pasti memberi kehidupan. Yen enek urip mesti Pangeran maringi panguripan. Inilah pesan-pesan implisit, tersirat yang panjenengan mangerteni, kejujuran mencari duniawi itu harus kita lakukan. kadang-kadang sifat itu muncul, kejujuran tidak ada, donyane koncone diembat dan lain sebagainya. Ini jauh-jauh dari ajaran Islami.

Islam itu bukan gebyar seperti yang dipahami orang seperti sholawat dan lain-lain. Islam memang mempuyai banyak hal namun ada dua yang paling menonjol yaitu habluminallah wa habluminannas. Habluminallah, nyekseni yen Pangeran iku mung siji. Jika sudah bersaksi maka Pangeran menurunkan Nur Muhammad. Nur Muhammad itu menyampaikan risalah tauhidiyah walaupun menyampaikannya melalui Nabi Adam, Idris sampai kepada Muhammad dan lain-lain. Jadi Nur Muhammad ada sebelum awang-awang. Nur Muhammad ada pada saat alam masih wahdah. Habluminannas apa? Bagaimana hubungan dengan sesama manusia termasuk kejujuran. Jujur marang awake dewe, jujur marang sak padane titah. Kalu kita sudah tidak jujur terhadap hati kita sendiri tentunya akan mungkar yang ada dihati kita.

Lungguhing roso koyo dewe Kanjeng Sunan Tembayat sebenarnya benar-benar meninggalkan dunia bukan berarti tidak butuh dunia sama sekali, tetap butuh untuk perjuangan namun tidak men-Tuhankan duniawi. Karena banyak saat ini orang-orang pintar namun meninggalkan Tuhan. Allah bukan dianggap sebagai penentu. Ada orang sakit batuk dan diobati dengan obat tertentu dan sembuh. Maka dunia kedokteran menganggap bahwa obat itu yang menyembuhkan. Kalimat "obat itu yang menyembuhkan" adalah menunjukkan bahwa Pangeran seperti tidak punya kekuatan untuk menyembuhkan. Padahal obat itu adalah sebuah wasilah lantaran Allah memberi kesembuhan.

Malah sekarang banyak ulama-ulama yang menggelikan, jika ikut aku maka surga dan jika ikut mereka maka neraka. Tidak memelihara jenggot neraka, memelihara jenggot surga. Ini bagaimana? kyai-kyai NU masuk neraka semua karena banyak yang tidak punya jenggot. Inilah yang harus kita kaji. Seolah-olah  mereka penentu.

Contoh lagi, "Perbaiki sholatmu maka rejekimu akan besar", Sholat itu tidak ada hubungannya dengan rejeki, sholat itu tidak ada hubungannya dengan sakit dan kematian. Sholat itu kecintaan kita kepada Allah bagi seorang yang puncak iman. Sholat itu kewajiban kita menyembah Allah bagi orang-orang syariat. Maka jika ada yang ngedumel. "Saya ini sudah wiritan, saya ini sudah sholat tapi kok masih miskin", bagi orang yang tidak memahami, orang sholat akan mendapatkan nikmat, dan bukan urusan manusia, Rejeki adalah hak Allah. Maka lakukanlah kebaikan, baik buruknya manusia adalah terletak pada hati. Segumpal daging bernama hati. Kalau mau berfikir bahwa berdoa bukan hanya berucap tapi interaksi dan hubungan rasa dengan Allah. Meminta kepada Allah karena cinta kepada Allah. Dunia tidak ada artinya karena hanya fana, sementara.

Sebagai bukti kecintaan kita kepada Allah malam ini maka mari kita bacakan Al Fatihah, semoga hidup di dunia mulia, dan rejeki yang barokah.

Assalamu'alaikum Wr. Wb


*****


ZIARAH  PADHEPOKAN PUSAKA 2018
Sunan Tembayat - Minang Langse - Jogjakarta - Kyai Hasan Besari
Sabtu, 29 September 2018

Tepatnya pada Sabtu, 29 September 2018 pukul 14.00 rombongan Keluarga Besar Padhepokan Sunan Tembayat beserta Pimpinan yaitu Gus Hairi Mustofa melakukan kunjungan ke Makam Sunan Tembayat. Rombongan terdiri atas dua bus dengan jumlah sekitar 100an orang. Mereka bertolak dengan satu tujuan untuk berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah.  Segala persiapan telah panitia lakukan; mulai dari pesan bus, mendata peserta, membuat banner, menghimpun dana, memetakan tempat duduk, menyusun acara, sampai dengan mempersiapkan konsumsi perbekalan dan lain-lain.
 
Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Menjelang Maghrib tiba di Masjid Agung Ponorogo untuk sejenak istirahat dan melaksanakan Sholat Maghrib dan makan bersama menikmati bekal yang telah dipersiapkan oleh panitia. Tiba di Klaten sekitar pukul 23.00 WIB dan dilanjutkan istirahat di penginapan Banyu Biru milik Bu Tiek. Sebuah rumah joglo berdinding kayu. Walaupun beralaskan karpet namun cukup nyaman untuk merebahkan tubuh mengurangi rasa penat perjalanan. Pada pukul 01.00 rombongan mandi dan berganti pakaian untuk berangkat menuju paseban makam Sunan Tembayat.

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Masjid Agung Ponorogo

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Dengan penuh khusyuk dan pasrah kepada Allah SWT rombongan melakukan doa bersama-sama dipimpin oleh Gus Hairi Mustofa selaku Pimpinan Rombongan. Ada 3 rombongan lain yang secara bersamaan hadir disana, yaitu rombongan dari Blitar, Kota Batu, Malang dan Ungaran. Walaupun begitu di tengah suasana tengah malam yang begitu hening dan lampu yang temaram tidak mengurangi niat dan menjadikan suasana penuh kekhusyukan dalam memanjatkan doa kepada Allah.

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Menaiki Anak tangga menuju makam Sunan Tembayat
Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Pendaftaran di penerima tamu

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Menunggu giliran memasuki Cungkup Makam

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Sekitar pukul 03.00 WIB rombongan meninggalkan komplek makam, namun beberapa orang ada yang melanjutkan perjalanan ke Jabalkat yaitu naik ke bukit sebaris dengan kompleks makam dengan jarak tempuh sekitar 30 menit berjalan kaki. Sedangkan rombongan yang lain kembali ke penginapan untuk melanjutkan istirahat sambil mempersiapkan diri untuk bersihkan badan menyambut datangnya waktu sholat Subuh.

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Pesanggrahan di Puncak Jabalkat
Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Tepat pukul 07.00 rombongan meninggalkan Makam Sunan Tembayat dan melanjutkan perjalanan ke makam Minang Langse diakhiri dengan sarapan bersama di komplek makam Minang Langse. Walaupun dengan kesederhanaan para santri berdoa dengan penuh kekhusyukan dan sarapan bersama yang terlihat guyub dan penuh kesederhanaan, tidak sedikitpun mengurangi nikmat yang luar biasa bisa bersama-sama orang yang bisa dikatakan sehati dan setujuan. Rasa persaudaraan yang terasa sayuk dan kental menjadikan warga padhepokan menemukan kebahagiaan yang tidak semu namun satu rasa dan satu hati menjadikan dunia hanyalah tempat berbagi, tempat berkasih sayang dan tempat untuk mengagungkan Allah semata. Yang nantinya kepastian dari Nya secara Nyata bahwa kita semua akan kembali pada-Nya.

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Sarapan pagi

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Menuju Makam Minang Langse
Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat


Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat


Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Seorang cantrik Padhepokan berkonsentrasi berdoa di Minang Langse
Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Sarapan pagi

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Sarapan pagi guyup rukun
Menjelang siang, rombongan melanjutkan perjalanan kembali dengan tujuan Malioboro tempat dimana bisa mencuci mata melihat hingar bingar dunia dengan penuh riuhnya. Saat yang tepat untuk menjadikan pengalaman rohani yang nyata bahwa dunia diisi dengan penuh ragam dan warna. Keindahan kota Jogjakarta, kota dengan catatan sejarah yang mengakar, pedagang yang ramai, tukang becak yang ramah, kuliner yang begitu menggoda, arus kendaraan yang begitu padat dan terik matahari yang menyengat, tentunya suatu keadaan yang jauh berbeda dengan rombongan alami di malam sebelumnya. Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk dan bimbingan kepada umat-Nya. Allohumma Aamiin.
Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Berpose di Malioboro

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Sholat Ashar di dirikan di Masjid Wedi Klaten dan Malam kedua dilanjutkan dengan kunjungan ke Makam Kyai Hasan Besari dimana rombongan melakukan doa bersama dan dilanjutkan dengan malaksanakan sholat Isya' berjamaa'ah. Sambil rehat sejenak dengan hidangan kopi, cilot dan aneka minuman ringan menikmati malam kebersamaan di komplek Makam Kyai Hasan Besari yang notabene seorang ulama dengan keagungan pada masanya.

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Makam Kyai Hasan Besari

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Menara Masjid Kyai Hasan Besari
Lelap tak bisa ditahan ketika rombongan bertolak menuju kampung halaman. Ada sedikit cerita dimana bus 1 yang dikendarai oleh Gus Hairi Mustofa mengalami kejadian yaitu mesin bus tidak dapat melaju di salah satu tanjakan dan terpaksa semua penumpang turun untuk memperbaiki situasi. Berbagai usaha dilakukan untuk memperbaiki dan tak lama kemudia mesin dapat normal kembali sehingga rombongan dapat melanjutkan perjalanan. Di atas bus Gus Hairi bercerita bahwasanya kejadian tadi ternyata ada seorang anak kecil perempuan yang memanggil salah satu penumpang bernama Pak Khusnun dan dia meminta sesuatu. Dengan sigap Gus Hairi menyuruh salah satu putranya untuk memberikan minyak wangi ke anak perempuan tersebut. Setelah minyak wangi diterima tak lama kemudian anak kecil perempuan tersebut menghilang dan dengan ucap syukur mesin bus dapat kembali berjalan normal. Alhamdulillah perjalanan berlanjut dengan lancar dan dengan mengucap Alhamdulillahi robbil alamiin rombongan tiba di Padhepokan Sunan Tembayat dengan selamat tanpa kurang suatu apapun sekitar pukul 23.00 WIB.

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat


*****



           
          

Postingan Populer