Bedo Kui Rohmatulloh

Aurotan Desember 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat Blitar


Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para wargo Padhepokan
Allah memberikan sesuatu hal yang berbeda satu sama lainnya, itu sejatinya untuk melatih kita. Saat ini apa yang disebut Islam selalu dimusuhi. Yaman Islamnya kuat namun dipecah dan akhirnya menjadi Yaman Utara dan Yaman Selatan. Indonesia pun Islamnya kuat salah satunya NU namun Islam Indonesia saat ini juga disusupi orang-orang HTI dan organisasi lain sehingga menjadi orang-orang yang su'ul adab. Takbir yang itu asma Allah namun untuk demo dan demonya dikaitkan politik.

Habib Luthfi datang ke Solo beberapa minggu yang lalu ketika saya berkunjung ke Tembayat. Beliau menghadiri haul Habib Anis. Haul itu paling tidak disukai oleh  kelompok yang sudah disebut diatas. Haul itu disebut bid'ah karena mendoakan orang mati. Ketika Habib Luthfi selesai dan meninggalkan acara, ada sekelompok orang yang berpakaian putih-putih seperti yang lain namun menyebut takbir sambil berteriak "Ganti Presiden". Nah...fenomena inilah yang membuat agama hanya menjadi tunggangan. Maka permasalahan ini tidak akan dijawab oleh Allah oleh mereka yang menggunakan agama bukan menjadi agemaning ati. Mereka datang kepada Allah hanya untuk politik bukan untuk  menyembah, bukan datang karena kecintaannya kepada Allah.

Para wargo Padhepokan
Orang sudah banyak yang lupa.
Orang banyak yang lupa menggunakan agama untuk kemuliaan mencari dunia bukan mencari kemuliaan sejati, kemuliaan hati.
Jika dunia ini sudah diperoleh maka mereka akan lupa dengan Pangerannya.

Habib itu bukan orang yang maksum, bukan orang yang selalu akan diampuni dosanya.
Mereka juga akan mempertanggungjawabkan segala tindakannya.
Apakah misal saya seorang keturunan trah Tembayat akan berbuat seenaknya sendiri berbuat?
Oleh karena itu hati...sekali lagi, hati untuk menggrahito sholat dengan hati, dunia dengan hati, Allah akan menjawab.
Saya tidak akan mengatakan itu akan dikabulkan atau ditolak karena yang berhak mengabulkan dan menolak hanyalah Allah.
Kalau saya sampai seperti itu bukankah berarti saya seperti firaun.

Para wargo Padhepokan
Jangan sedikit-sedikit memerintah orang.
Jangan sedikit-sedikit menyalahkan orang.
Ati ini di toto.
Kalau beragama harus beragama yang benar, berakhlak yang benar.
Untuk seperti Kanjeng Nabi itu sangatlah jauh kita.
Tapi setidak-tidaknya kita ikut derek lampahe Kanjeng Nabi.
Kanjeng Nabi sangat menghormati sesama.
Kajeng Nabi tidak menjadikan agama menjadi komunitas politik untuk memperkaya diri sendiri. Bahkan Kanjeng Nabi pernah ditawarkan emas sejabal uhud namun beliau tidak bersedia.

Para wargo Padhepokan
Kanjeng Nabi memang miskin namun dalam kemiskinannya beliau tidak pernah mengeluh.
Karena kemiskinan Kanjeng Nabi itu adalah pilihan bukan keterpaksaan.
Karena itu sampai Rasulullah bersabda, "Siapapun yang mencintaiku maka aku akan mencintai, safa'atku kepadanya".

Tresnane Kanjeng Nabi sampai seperti itu.
Kanjeng Nabi masih sugeng, beliau masih hidup didalam hati kita.
Mari kita noto ati dalam menyembah Allah. Mari menata hati berbuat kebaikan sakpadane titah. Semoga dengan itu Allah menjawab segala kebutuhan kita.
Kepada warga Padhepokan dimana saja semoga selalu diberi sehat, panjang umur.
Al-Fatihah.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb       

Postingan Populer