Aurotan Maret 2019
Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Sesuai dengan pesan Kanjeng Sunan Tembayat, banyaklah kita duduk dengan para alim, orang yang banyak ilmu dan diamalkan. Jaman sekarang banyak perkara jika kita pilah-pilah tentang ulama. Ada yang ulama disebut mualimin, ulama yang punya ilmu dan diamalkan. Puncak dari ilmu itu adalah kebijaksanaan. Bijaksana dari ilmunya. tidak gampang sambat, tidak gampang mengeluh, tidak gampang menangis dan tidak gampang menyalahkan.Orang itu harusnya kaya ning tidak punya apa-apa dan tidak butuh apa-apa. Tapi ada juga orang alim namun tidak mengamalkan ilmunya. Mengerti samubarang tentang ilmu agama namun dia mempunyai ilmu hanya untuk memecah belah. Contohnya saat ini banyak info-info dimedia sosial yang ternyata bertujuan untuk memecah belah umat. Ada yang punya ilmu namun hanya digunakan untuk menipu. Mengatasnamakan Allah untuk menipu. Ada yang mengaku ulama namun sejatinya tidak mengerti serta tidak mengamalkan.
Lakonono uripmu kuwi kanthi ikhlas. Maksimalkan kita semua saling srawung kepada yang lain. Maksimalkan kita saling bermuhasabah, saling tetulung, saling sambung silaturahmi namun kewajiban kita hanya satu yaitu taat kepada pangeran.
Para wargo Padhepokan
Sunan Amangkurat I (1619-1677) meninggal di Tegal sampai di sebut Sunan Sedo ing Tegal Arum. Apa yang terjadi, Sunan inilah yang pertama kali membuat keris dari bahan biji besi, biji nikel dari langit yang jatuh untuk pamor. Keris ini dipergunakan untuk membunuh kekasih Allah lebih dari 1000 ulama pada waktu itu. Tragedi itu merupakan salah satu sisi gelap sejarah Mataram.
Bahkan salah satu ulama yaitu Panembahan Pangeran menyampaikan bahwa "Titenono besok yen ono kebo bule matane biru bakal ilang wong jowo, kari separo yen panggah melu kuwi".
Maksudnya jika masih mengikuti budaya-budaya kekafiran dan budaya yang tidak njawani. Pembunuhan ini terjadi kalau sekarang di pasar Prambanan. Oleh karena itu disana ada tugu peringatan pembunuhan.
Baca Juga :
Setelah itu banyak muncul pemberontakan salah satunya oleh anaknya sendiri yaitu Mas Rahmat (Amangkurat II), kelak dibantu oleh Panembahan Rama (Kajoran) dan Raden Trunojoyo (Madura) yang membuat Amangkurat I terusir dari istananya dan melarikan diri terlunta-lunta ke arah barat sampai pada akhirnya meninggal dan dimakamkan di Tegal.
Itulah bentuk-bentuk Allah berperang melawan orang-orang yang memusuhi kekasih-Nya. Jangan dikira memerangi kekasih Allah itu hanya mengangkat pedang atau senjata tapi namun perilaku tidak hormat, diajak berbuat baik malah berbuat sebaliknya, memfitnah ulama dll.
Contoh paling sederhana adalah banyak sekali orang-orang padhepokan difitnah. Namun Pangeran tidak tingal diam coba panjenegan perhatikan, musibah demi musibah akan menghampiri dan menggulung mereka.
Mari kita nenuwun marang Allah, mugi-mugi ati niki, ati anak turun kito sedoyo, tansah pinaringan rejeki. Dadoso kawula kang paring roso welas lan roso asih ingatase sak padane titah.
Al-Fatihah
Wassalamu'alaikum Wr. Wb