Dununge Iman

Aurotan 21 Maret 2019

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat Blitar

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para wargo Padhepokan
Orang yang meningkatkan imannya, meningkatkan segala sesuatunya, meningkatkan kecintaannya kepada Allah dalam beribadah, dalam melakukan apapun akan perintah Allah bukan karena perintahnya namun karena kecintaannya maka akan timbul didalam manahnya keasyikan kepada Allah yaitu dzikir-dzikir. Gesang itu hanya benar-benar karena Allah, tidak menoleh apapun tentang dunia dan siapa saja.

Keasyikan kepada Allah ini kadang-kadang dari kacamata orang yang tidak memahami, orang ini meninggalkan syariat namun sebenarnya kecintaan kepada Allah yang berlebihan dan itu merupakan kecintaan murni dari hatinya.

Para wargo Padhepokan
Ada seorang sufi wanita Rabiah Al-Adawiyah setiap hati menangis karena saking cintanya kepada Allah yang melebihi segalanya.

Syekh Siti Djenar kecintaannya kepada Allah dan dianggap oleh orang dengan sebutan Wihdatul wujud tanah Jawi.

Al-Hallaj juga seorang yang mencintai Allah lebih dari segalanya diatas manusia yang lain kecuali Rasulullah. Kecintaan ini membuat orang-orang menganggap beliau menduakan Allah karena mengaku sebagai Allah.

Namun sak tenane tidak seperti itu. Karena kebenaran yang sejati adalah kita benar-benar tidak ada. Mulut kita untuk berdzikir ini adalah pemberian dan kepunyaan Allah. Telinga kita, tangan kita juga pemberian dan kepunyaan Allah. Orang yang sedang asyik kepada Allah ini sebenarnya tidak bisa dinilai dan dihina dari sisi syariat.

Contoh kisah Nabi Musa yang diminta para pengikutnya untuk sholat istiqo' menurunkan hujan namun hujan belum juga turun.

Musa kemudian bertanya kepada Allah, "Ya Allah...mengapa belum juga turun hujan, apakah doa kami tidak sampai".

Dijawab oleh Allah, "Pengikutmu itu yang ikut sholat tidak semuanya meminta. Ada yang suka menggunjing orang lain, ada yang hatinya selalu membentuk kemunafikan, ada yang didalam hatinya itu tidak sholat."

"Kalau seperti ini saya harus bagaimana?", tanya Musa

"Temuilah orang yang namanya Barroh, ciri-cirinya seperti ini...", jawab Allah

Akhirnya Nabi Musa berangkat mencari Barroh yang dinilai masyarakat pada waktu itu seorang yang biasa dalam beribadah syariat namun hatinya selalu mencintai dan mengingat Allah. Setelah bertemu diceritakan keluhan masyrakat untuk meminta hujan dan ternyata belum juga dikabulkan oleh Allah.

Barroh sekonyong-konyong berkata, " Ya Allah apa susahnya Panjenengan menurunkan hujan, Apakah hujan sudah tidak menurut kepada Panjenengan. Tidaklah rugi menurunkan hujan kepada orang-orang munafik itu, bukankah Panjenengan adalah Pangeran yang menciptakan alam ini. Turunkanlah hujan ya Allah"

Musa marah karena Barroh tidak mempunyai adab dalam meminta kepada Allah namun Allah melarang karena begitulah sifat Barroh, kamu tidak tahu sejatinya didalam hatinya Barroh itu asyik masuk kepada-Ku.

Setelah Barroh berucap seperti itu maka hujan turun dengan lebatnya.

Baca Juga :

Para wargo Padhepokan
Ditanah Jawa ada beberapa kisah seperti itu, tahun 1985 di Jogyakarta, Kanjeng Sultan Hamengkubuwono IX ketika akan memasuki keraton ada seorang tukang becak dalam kondisi siang panas yang menyengat. Tukang becak itu dari jauh melakukan penghormatan dan berkata,"Duh Gusti...nyuwun jawah Gusti".

Sultan Hamengkubuwono IX hanya menoleh dan tersenyum. Ketika memasuki Keraton, hujan turun dengan lebatnya. Itulah keasyikan-keasyikan hati ini kepada Allah. Kecintaan kita kepada Allah diatas segalanya.

Jangan cinta ini ditipu-tipu. Mengakunya cinta kepada Allah ternyata mencintai duniawi. Mengaku takdim kepada Guru namun sebenarnya mengambil keuntungan untuk kepentingan sendiri dan dibalik itu memanfaatkan keadaan.

Punya pimpinan yang ikhlas namun dimanfaatkan kebaikan pimpinan itu untuk keuntungan pribadi.

Ada yang sholat dengan khusu' namun kenyataannya sholat itu untuk kedok, menipu hatinya sendiri. Tidak ada lagi keikhlasan dan kecintaan kepada Allah. Mungkin dari 100 orang yang sholat dimasjid, berapa orang yang mencintai Allah, berapa orang yang benar-benar ikhlas?.

Para wargo Padhepokan
Oleh karena itu Totonen atimu yen milek noto uripmu. Kalau kita sudah menata hati kita untuk mencintai Allah dalam segala hal, dalam segala sisi kehidupan maka sebenarnya Allah juga akan pelan-pelan menata hati kita, menata hidup kita. Sekali lagi Hasbi Allah..Hasbi Allah...namung dateng Panjenengan ya Allah...Namung dateng Panjenengan.

Mari kita noto ati, tidak menjadi munafik pada diri kita sendiri antara lisan dan hati. Tapi kita menata hati kedepan, saya yakin kita semua akan dicukupkan oleh Allah. Cukup keamanannya, cukup ketentramannya. Cukup keayemane (kedamaian).

Jika kita memburu ayem maka akan senang tapi jika memburu senang belum tentu ayem (damai). Karena ayem adanya dihati dan senang adanya dipikiran. Orang itu jika hatinya ayem maka pikirannya tetap jalan namun jika pikirannya senang, hati bisa gelisah.

Contoh orang yang memakai sabu-sabu, pikirannya akan senang, akalnya akan bebas karena hanya menghindar dari masalah namun hatinya pasti akan gelisah. Begitu juga orang yang selingkuh, akal pikiran akan senang namun hatinya khawatir dan tidak tenang karena takut ketahuan.

Para wargo Padhepokan
Mari sekali lagi sedanten warga Padhepokan nglerehne ati, madakne ati ugo lesan, yakin kanthi lerehing ati, Allah dadosne kulo lan panjenengan kawulo kinasih. Mari kita maos umul kitab, mugi kesalahan ingkang lalu dipun ngapuro Allah.

Kedepan kito tansah pinuntun dening Allah, noto roso noto ati noto pikir. Dipun paringi kemudahan dalam segala hal. Dipun paringi ayemme ati padange pikir, tentreme ati tentreming pikir.

Al-Fatihah.

Assalamu'alaikum Wr. Wb 
         

Postingan Populer